Kadang sulit bagi seseorang untuk "melepas" kepemilikan materi dunia dalam memberi dan berbagi kepada sesama, orang lain dan keluarga yang lebih membutuhkan.
Perasaan inipun acapkali saya alami, walaupun materi dunia itu "tidak seberapa" atau berjumlah relatif kecil.
Namun walau ada rasa itu, saya tetap memaksakan diri dan melepas hubungan saya dengan sebagian materi yang saya peroleh tsb.
Pemaksaan diri dan peng-kondisi-an rasa bahwa hal tersebut adalah perbuatan baik, akan membuat diri saya lambat laun menjadi terbiasa "melepas" ikatan diri dengan materi dunia.
Apakah kita harus berbagi materi akan apa yang kita peroleh?
Apakah berbagi ini membuat kita menjadi lebih miskin dan menderita?
Kepada siapa kita berbagi?
Berapa jumlah berbagi?
Kapan kita harus berbagi?
-----
Mungkin Anda merasakan apa yang saya rasakan dahulu, menerima sebuah materi memberikan sebuah kebahagiaan.
Seperti ditraktir, diberi kado, diberi bantuan dan diberi uang.
Namun sekarang perasaan saya tersebut berubah, saya kurang merasa bahagia kala menerima.
Perasaan saya sekarang berubah menjadi sedih dan berhutang.
Ya, saya kurang bahagia kala menerima, dan lebih bahagia kala bisa memberi dan berbagi.
Memberi dan berbagi membuat diri saya lebih ringan, tenang dan bahagia, daripada menerima.
-----
5 pertanyaan diatas silahkan Anda menjawab sendiri, karena semua berpulang kembali kepada paham dan nilai hidup diri masing-masing.
Tetapi yang pasti, Anda dan saya ada dan hidup di dunia ini bukan hanya untuk diri sendiri dan keluarga inti semata, melainkan layak memberi makna kepada siapapun atas setiap kehadiran dimanapun.
Berbagi tidak akan membuat saya menjadi miskin dan menderita, melainkan membuat saya menjadi lebih kaya dan bahagia.
Akh...indahnya berbagi.
Uang bukan tujuan hidup, melainkan hanya alat.
Berbagi berkat mengangkat harkat dan martabat manusia.
Demikian dan semoga bermanfaat.
Salam,
Freddy Pieloor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.