Rabu, 15 Juni 2011

AYAT MUHKAMAT DAN MUTASYABIHAT

Ayat yang muhkamat merupakan pokok-pokok isi Al Qur'an, dan yang mutasyabihat (tersamar), walaupun bukan pokok isi Al Qur'an, tapi itu adalah petunjuk. Ya memang itulah Al Qur'an, ada yang Muhkamat dan ada yang Mutasyabihat.

Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur''an dan yang lain (ayat-ayat) mu-tasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS 3:7)

Cobalah untuk memahami ayat Al Qur’an Surat Maryam ayat 23, 24 dan 25. Silahkan anda baca dari berbagai tafsir baik dari Departemen Agama, maupun tafsir-tafsir Al Qur’an dari dalam negeri maupun tafsir-tafsir dari luar negeri, melalui searching di Internet.

Firman Allah s.w.t.:
"Maka (Maryam) merasa sakit untuk melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: 'Aduhai! Alangkah baiknya aku mati sebelum ini dan aku menjadi barang yang tidak berarti lagi dilupakan'." (Surah Maryam: 23)
"Maka Jibril menyeru ke arahnya dari tempat yang rendah: 'Janganlah kamu takut/bermuram durja, sesungguhnya Tuhanmu menjadikan anak sungai di bawahmu dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon tersebut akan menggugurkan buah yang masak kepadamu." (Surah Maryam:24-25)
"Maka makan dan minumlah serta bersenang hatilah kamu, jika kamu melihat seorang manusia maka katakanlah: 'Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini." (Surah Maryam: 26)

Setelah membaca ayat tersebut, apa yang kita pahami. Kita memahaminya seperti apa yang telah ditulis dalam terjemah dan tafsir-tafsir ayat-ayat tersebut, yaitu Maryam merasa sakit waktu akan melahirkan dan mengeluh, kemudian ada suara malaikat Jibril memberitahu agar jangan takut, karena Allah telah membuatkan anak sungai dibawahmu, kemudian menyuruh menggoyangkan pohon kurma agar menjatuhkan buah kurma yang masak, kemudian setelah itu disuruh untuk minum (air dari anak sungai yang jernih air nya) dan makan (buah kurma yang telah jatuh tersebut).

Sesudah membaca dan jalan terus tanpa merasa ada hal yang perlu dicermati lagi. Cobalah berhenti sejenak, perhatikan baik-baik, kata demi kata, ada sesuatu yang perlu diperhatikan, bukankah awalnya menceritakan rasa sakit akan melahirkan, tiba-tiba seperti berpindah ketopik lain ada anak sungai dan menggoyangkan pohon kurma menjatuhkan buah kurma yang masak dan tiba-tiba kembali ke cerita sudah menggendong bayi.

Bahkan kita beranggapan suatu hakikat yang telah disempurnakan! Kalau diikutkan kepada logika akal, tidak mungkin sekali buah kurma yang mekar seperti ayat di atas sebagai "ruthab" bisa jatuh dengan digoyang, bahkan kitapun tidak mampu menggoyang pohon kurma apalagi oleh seorang ibu yang akan melahirkan yang tenaganya diperlukan untuk melahirkan. Bukankah batang pohon kurma sangat kokoh, sedangkan kalau dibiarkan buahnya yang masak dan ranum pun ia tidak akan gugur, sehingga harus digoyang. Ini adalah suatu hikmat yang dikurniakan oleh Allah kepada Maryam dan mengikut pakar perobatan, buah kurma yang masak bisa memudahkan si ibu melahirkan anak dengan baik, karena kandungan kalori yang tinggi untuk tenaga.

Kalau diikutkan kepada logika akal, tidak mungkin sekali buah kurma yang mekar seperti ayat di atas sebagai "ruthab" bisa jatuh dengan digoyang. Ini menunjukkan sudah ada keraguan tetapi tidak dilanjutkan untuk mencari jawab keraguan tersebut. Semua seolah terjawab dengan dihadirkan keistimewaan, dibuatkan anak sungai untuk minum dan dimudahkan mendapat makanan berupa buah kurma dengan menggoyang pohon kurma. Tidak terbersit hal lain!

Ya, kita ragu tetapi telah terpaku. Kita tidak berpikir, "Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal."

Mengapa bisa terjadi, karena selama ini kita telah terpaku dengan bahasa yang muhkamat, ternyata masih ada bahasa yang mutasyabihat. Al Qur'an telah dimudahkan oleh Allah untuk dimengerti, mari kita mencoba untuk mengerti ayat tersebut diatas.
Caranya sangat sederhana, kita fahami saat kondisi ketika kisah tersebut berlangsung, yaitu pada saat ketika Maryam akan melahirkan.

Firman Allah s.w.t.:
"Maka (Maryam) merasa sakit untuk melahirkan anak memaksa ia bersandar pada pangkal pohon kurma, dia berkata: 'Aduhai! Alangkah baiknya aku mati sebelum ini dan aku menjadi barang yang tidak berarti lagi dilupakan'." (Surah Maryam: 23)
"Maka Jibril menyeru ke arahnya dari tempat yang rendah: 'Jangan kamu takut, sesungguhnya Tuhanmu menjadikan anak sungai di bawahmu dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon tersebut akan menggugurkan buah yang masak kepadamu." (Surah Maryam:24-25).

Ayat 23, 24 dan 25 berurutan peristiwanya.
Ketika seorang wanita merasakan sakit hendak melahirkan, apa yang terjadi, ia akan mengalami rasa sakit yang bertahap dan semakin meningkat rasa sakitnya. Rasa sakit yang mendera terasa ketika kontraksi otot untuk mengeluarkan bayi datang secara bertahap dan berulang-ulang dan semakin lama semakin memuncak rasa sakitnya, jeda frekwensi kontraksi otot semakin rapat. Bagaimana rasa sakitnya. Cukuplah keluhan Maryam sebagai saksinya :
'Aduhai! Alangkah baiknya aku mati sebelum ini dan aku menjadi barang yang tidak berarti lagi dilupakan'
Itu artinya betapa sakitnya. Masya Allah, keluhan rasa sakit seorang ibu yang akan melahirkan terabadikan dalam Al Qur'an. Tak terasa mata saya basah, ya saya basah oleh air mata yang keluar, Terima kasih Ibu, engkau telah mengalami sakit yang luar biasa untuk melahirkanku, terima kasih isteriku engkau yang telah mengalami rasa sakit yang luar biasa untuk melahirkan anak-anak kita. Pantaslah sudah kalau anak harus berbakti kepada Ibunya.

Pada saat puncak rasa sakit, Maryam mendengar seruan malaikat Jibril dari tempat yang rendah "Janganlah kamu takut, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai dibawahmu". Ya, ketika puncak rasa sakit, pecahlah air ketuban dan air ketuban mengalir keluar kebawah. Ya, inilah anak sungai yang dimaksud. Air ketuban mengalir keluar ikut mendorong bayi keluar bersamaan dengan mengejan. "dan goyangkanlah pangkal pohon kurma kearahmu niscaya ia akan menjatuhkan buah kurma yang masak." Apa yang bisa digoyangkan kearah muka, yang bisa diraih dengan kedua belah tangan, tidak lain adalah anggota badan lain dari si ibu. Dengan ditarik kearah muka ibu, akan membantu membukakan jalan keluar bayi dan tekanan pada perut akan membantu mendorong bayi keluar. Semua itu disampaikan dalam bahasa mutasyabihat "sesungguhnya Tuhanmu menjadikan anak sungai di bawahmu dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon tersebut akan menggugurkan
buah yang masak kepadamu."

Subhanallaah. Subhanallaah. Subhanallaah.
Indah sekali ayat ini mengajari seluruh kaum ibu yang akan melahirkan bayinya, dalam bahasa yang tersamar, tetapi jelas maksudnya. 14 Abad yang lalu petunjuk cara melahirkan ini sudah diberikan, dan baru sekarang kita sadar/tahu petunjuk itu sudah ada dalam Al Qur'an. Alhamdulillaahirrabbil ‘alamiin.
Jadi pada ayat tersebut Maryam bukan bersandar tetapi berpegangan atau memegang "pangkal pohon kurma" atau anggota badan sendiri untuk menahan rasa sakit dan kemudiaan mengikuti petunjuk malaikat Jibril untuk menarik/menggoyangkannya dengan kedua tangan kearah muka, sehingga terbukalah jalan bayi untuk keluar dan lahirlah bayi bagaikan buah masak yang jatuh dari tangkainya.

Kemudian pada ayat berikutnya Surat Maryam ayat 26 ada suruhan "Maka makan dan minumlah serta bersenang hatilah kamu, jika kamu melihat seorang manusia maka katakanlah: 'Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini." (Surah Maryam: 26).

Maka setelah selesai melahirkan dan membereskan urusannya, ada suruhan untuk makan dan minum dan bersenang hati. Ya, telah terkuras tenaga untuk melahirkan, maka makan dan minum menjadi kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Dan bersenang hatilah kamu, siapa yang tidak senang dan bahagia anaknya telah lahir. Selamat berbahagia.
Inilah pengertian yang ingin saya sampaikan tentang pemahaman ayat tersebut. Mudah-mudahan andapun dapat memahaminya dengan rasa syukur. Kepada seluruh kaum wanita yang akan melahirkan, ingatlah ayat tersebut dan pahami dan jangan takut melahirkan. "Janganlah kamu takut, sesungguhnya Tuhanmu menjadikan anak sungai di bawahmu dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon tersebut akan menggugurkan buah yang masak kepadamu" dan setelah itu "makan minum dan bersenang hatilah kamu".



Budi Santosa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.