Jumat, 12 Agustus 2011

Anekdot : Efek kata2 baik & kata2 buruk


Sebaiknya kita semua mulai mengendalikan Kata-kata yang keluar dari mulut kita dengan Kata-Kata yang Positif dan Baik.
Setelah mendengarkan info tentang pengaruh Kata-Kata Negatif terhadap Air yang ditulis dalam buku " The Hidden Messages in Water " karya Masaru Emoto dan pada halaman 31 buku tersebut disebutkan tentang banyaknya orang yg melakukan percobaan. Ada yang tertarik untuk melakukannya sbb:

1. Tempatkan Nasi sisa yg sdh didiamkan semalaman kedalam 2 toples dgn jumlah yg sama, kemudian ditutup rapat.
2. Masing-masing stoples di tempelin label yg berisi kata2 sbb:
3. Stoples A : " Kamu Pintar, Cerdas, Cantik, Baik, Rajin, Sabar, Aku Sayang Padamu, Aku Senang Sekali Melihatmu, Aku Ingin Selalu di dekatmu, I LOVE YOU, Terima Kasih.
4. Stoples B : " Kamu Bodoh, Goblok, Jelek, Jahat, Malas, Pemarah, Aku Benci Melihatmu, Aku Sebel Tidak mau dekat dekat kamu "
5. Botol 2 ini saya letakkan terpisah dan pada tempat yg sering dilihat, saya pesan pada istri, anak, dan pembantu untuk membaca label pada botol tersebut setiap kali melihat botol2 tersebut.
6. Dan inilah yang terjadi pada nasi tersebut setelah 1 minggu kemudian :

Nasi dalam botol yg di bacakan kata-kata Negatif ternyata cepat sekali berubah menjadi busuk dan berwarna hitam dgn bau yg tidak sedap.
Sedangkan Nasi dalam botol yg di bacakan kata-kata Positif masih berwarna putih kekuningan dan baunya harum seperti ragi.
Nah Silahkan teman-teman mencobanya sendiri.
Kalau di buku di katakan ada yg mencoba dgn tiga botol dimana botol ketiga tidak di beri label apa2 alias diabaikan / tidak diperdulikan, dan ternyat beras dlm botol yg diabaikan membusuk jauh lebih cepat dibandingkan botol yg dipapar kata " Kamu Bodoh".

Bayangkan apa yang akan terjadi dengan anak-anak kita, pasangan hidup kita, rekan-rekan kerja kita, dan orang-orang disekeliling kita, bahkan binatang dan tumbuhan disekeliling kita pun akan merasakan efek yang ditimbulkan dari getaran-getaran yg berasal dari pikiran, dan ucapan yang kita lontarkan setiap saat kepada mereka.

Juga bagaimana jika kita kepada tanah air, negara kita, bangsa kita..
Misal sering kita dengar ungkapan... Ah Indonesia ini brengsek dsb.
Bagaimana jika kita ganti unpatan itu dengan mengucapkan atau dalam hati berkata.. Ah Indonesia.. masih belum maju... aku ingin memajukannya.. dan kita yakin banyak orang yang berpikir dan berusaha untuk memajukan Indonesia

Maka sebaiknya selalulah sadar dan bijaksana dalam memilih kata-kata yg akan keluar dari mulut kita, demikian juga kendalikanlah pikiran-pikiran yg timbul dalam batin kita.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua.
Note : jika anda merasa tulisan ini bermanfaat utk orang lainnya silahkan forward kepada rekan2 anda, semoga dapat menimbulkan hal yg bermanfaat buat mereka. Terima kasih.

Notes:
Apa yang terjadi misalnya, jika para jamaah haji Indonesia selain mendoakan dirinya sendiri juga mendoakan masyarakat, bangsa negara dan lingkungannya. Demikian pula para peziarah dari agama non muslim misalnya ke lourdess dll juga mendoakan masyarakat, bangsa negara & lingkungannya
Apa yang terjadi jika setiap anggota masyarakat yang memasuki tempat ibadah sesuai agama & kepercayaannya masing2, selain berdoa bersama2 untuk dirinya sendiri juga berdoa untuk masyarakat, bangsa, negara & lingkungannya

Karena apapun yang terjadi saat ini.. masih ada harapan bahwa masyarakat, bangsa & negara kita untuk menjadi lebih baik.. juga lingkungan kita, meski saat ini bisa dikatakan lingkungan sudah hancur lebur karena keserakahan dan salah kelola... masih ada harapan untuk menjadi lebih baik..
dengan doa dan bekerja.. Semoga Tuhan Merestui

Pentingnya Punya Passport

OLeh : *Rhenald Kasali

Setiap saat mulai perkuliahan, saya selalu bertanya kepada mahasiswa berapa
orang yang sudah memiliki pasport. Tidak mengherankan, ternyata hanya
sekitar 5% yang mengangkat tangan. Ketika ditanya berapa yang sudah pernah
naik pesawat, jawabannya melonjak tajam. Hampir 90% mahasiswa saya sudah
pernah melihat awan dari atas. Ini berarti mayoritas anak-anak kita hanyalah
pelancong lokal.

Maka, berbeda dengan kebanyakan dosen yang memberi tugas kertas berupa PR
dan paper, di kelas-kelas yang saya asuh saya memulainya dengan memberi
tugas mengurus pasport. Setiap mahasiswa harus memiliki "surat ijin
memasuki dunia global.". Tanpa pasport manusia akan kesepian, cupet,
terkurung dalam kesempitan, menjadi pemimpin yang steril. Dua minggu
kemudian, mahasiswa sudah bisa berbangga karena punya pasport.

Setelah itu mereka bertanya lagi, untuk apa pasport ini? Saya katakan,
pergilah keluar negeri yang tak berbahasa Melayu. Tidak boleh ke Malaysia,
Singapura, Timor Leste atau Brunei Darussalam. Pergilah sejauh yang mampu
dan bisa dijangkau.
"Uang untuk beli tiketnya bagaimana, pak?"
Saya katakan saya tidak tahu. *Dalam hidup ini, setahu saya hanya orang
bodohlah yang selalu memulai pertanyaan hidup, apalagi memulai misi
kehidupan dan tujuannya dari uang. *Dan begitu seorang pemula bertanya
uangnya dari mana, maka ia akan terbelenggu oleh constraint. Dan hampir
pasti jawabannya hanyalah tidak ada uang, tidak bisa, dan tidak mungkin.

Pertanyaan seperti itu tak hanya ada di kepala mahasiswa, melainkan juga
para dosen steril yang kurang jalan-jalan. Bagi mereka yang tak pernah
melihat dunia, luar negeri terasa jauh, mahal, mewah, menembus batas
kewajaran dan buang-buang uang. Maka tak heran banyak dosen yang takut
sekolah ke luar negeri sehingga memilih kuliah di almamaternya sendiri.
Padahal dunia yang terbuka bisa membukakan sejuta kesempatan untuk maju.
Anda bisa mendapatkan sesuatu yang yang terbayangkan, pengetahuan,
teknologi, kedewasaan, dan wisdom.

Namun beruntunglah, pertanyaan seperti itu tak pernah ada di kepala para
pelancong, dan diantaranya adalah mahasiswa yang dikenal sebagai kelompok
backpackers. Mereka adalah pemburu tiket dan penginapan super murah,
menggendong ransel butut dan bersandal jepit, yang kalau kehabisan uang
bekerja di warung sebagai pencuci piring. Perilaku melancong mereka
sebenarnya tak ada bedanya dengan remaja-remaja Minang, Banjar, atau Bugis,
yang merantau ke Pulau Jawa berbekal seadanya.Ini berarti tak banyak orang
yang paham bahwa bepergian keluar negeri sudah tak semenyeramkan, sejauh,
bahkan semewah di masa lalu.

Seorang mahasiswa asal daerah yang saya dorong pergi jauh, sekarang malah
rajin bepergian. Ia bergabung ke dalam kelompok PKI (Pedagang Kaki Lima
Internasional) yang tugasnya memetakan pameran-pameran besar yang
dikoordinasi pemerintah. Disana mereka membuka lapak, mengambil resiko,
menjajakan aneka barang kerajinan, dan pulangnya mereka jalan-jalan, ikut
kursus, dan membawa dolar. Saat diwisuda, ia menghampiri saya dengan
menunjukkan pasportnya yang tertera stempel imigrasi dari 35 negara. Selain
kaya teori, matanya tajam mengendus peluang dan rasa percaya tinggi. Saat
teman-temannya yang lulus cum-laude masih mencari kerja, ia sudah menjadi
eksekutif di sebuah perusahaan besar di luar negeri.
*

The Next Convergence*
Dalam bukunya yang berjudul The Next Convergence, penerima hadiah Nobel
ekonomi Michael Spence mengatakan, dunia tengah memasuki Abad Ke tiga dari
Revolusi Industri. dan sejak tahun 1950, rata-rata pendapatan penduduk
dunia telah meningkat dua puluh kali lipat. Maka kendati penduduk miskin
masih banyak, adalah hal yang biasa kalau kita menemukan perempuan
miskin-lulusan SD dari sebuah dusun di Madura bolak-balik Surabaya-Hongkong.

Tetapi kita juga biasa menemukan mahasiswa yang hanya sibuk demo dan tak
pernah keluar negeri sekalipun. Jangankan ke luar negeri, tahu harga tiket
pesawat saja tidak, apalagi memiliki pasport.Maka bagi saya, penting bagi
para pendidik untuk membawa anak-anak didiknya melihat dunia. Berbekal lima
ratus ribu rupiah, anak-anak SD dari Pontianak dapat diajak menumpang bis
melewati perbatasan Entekong memasuki Kuching. Dalam jarak tempuh sembilan
jam mereka sudah mendapatkan pelajaran PPKN yang sangat penting, yaitu
pupusnya kebangsaan karena kita kurang urus daerah perbatasan. Rumah-rumah
kumuh, jalan berlubang, pedagang kecil yang tak diurus Pemda, dan
infrastruktur yang buruk ada di bagian sini. Sedangkan hal sebaliknya ada
di sisi seberang. Anak-anak yang melihat dunia akan terbuka matanya dan
memakai nuraninya saat memimpin bangsa di masa depan. Di universitas
Indonesia, setiap mahasiswa saya diwajibkan memiliki pasport dan melihat
minimal satu negara.

Dulu saya sendiri yang menjadi gembala sekaligus guide nya. Kami menembus
Chiangmay dan menyaksikan penduduk miskin di Thailand dan Vietnam bertarung
melawan arus globalisasi. Namun belakangan saya berubah pikiran, kalau
diantar oleh dosennya, kapan memiliki keberanian dan inisiatif? Maka
perjalanan penuh pertanyaan pun mereka jalani. Saat anak-anak Indonesia
ketakutan tak bisa berbahasa Inggris, anak-anak Korea dan Jepang yang huruf
tulisannya jauh lebih rumit dan pronounciation-nya sulit dimengerti
menjelajahi dunia tanpa rasa takut. Uniknya, anak-anak didik saya yang sudah
punya pasport itu 99% akhirnya dapat pergi keluar negeri. Sekali lagi,
jangan tanya darimana uangnya. Mereka memutar otak untuk mendapatkan tiket,
menabung, mencari losmen-losmen murah, menghubungi sponsor dan mengedarkan
kotak sumbangan. Tentu saja, kalau kurang sedikit ya ditomboki dosennya
sendiri.

Namun harap dimaklumi, anak-anak didik saya yang wajahnya ndeso sekalipun
kini dipasportnya tertera satu dua cap imigrasi luar negeri. Apakah mereka
anak-anak orang kaya yang orangtuanya mampu membelikan mereka tiket? Tentu
tidak. Di UI, sebagian mahasiswa kami adalah anak PNS, bahkan tidak jarang
mereka anak petani dan nelayan. Tetapi mereka tak mau kalah dengan TKW yang
meski tak sepandai mereka, kini sudah pandai berbahasa asing.
Anak-anak yang ditugaskan ke luar negeri secara mandiri ternyata memiliki
daya inovasi dan inisiatif yang tumbuh. Rasa percaya diri mereka bangkit.
Sekembalinya dari luar negeri mereka membawa segudang pengalaman, cerita,
gambar dan foto yang ternyata sangat membentuk visi mereka.

Saya pikir ada baiknya para guru mulai membiasakan anak didiknya memiliki
pasport. Pasport adalah tiket untuk melihat dunia, dan berawal dari pasport
pulalah seorang santri dari Jawa Timur menjadi pengusaha di luar negeri. Di
Italy saya bertemu Dewi Francesca, perempuan asal Bali yang memiliki kafe
yang indah di Rocca di Papa. Dan karena pasport pulalah, Yohannes Surya
mendapat bea siswa di Amerika Serikat. Ayo, jangan kalah dengan Gayus
Tambunan atau Nazaruddin yang baru punya pasport dari uang negara.

*Rhenald Kasali
Guru Besar Universitas Indonesia *

Oxcel tampil seksi

Kamis, 11 Agustus 2011

Ramadhan : Pintu surga 18

Ramadhan : Pintu surga 17

Serial Police 86 : Mau Insyaf Kok repot 2

Tokoh-tokoh Utama “Pintu Surga”


Drama Ramadan 2011 Trans TV
(Tayang tiap hari pkl. 16.30 WIB, pada 1 – 29 Agustus 2011)
 
 
Ningrum (Berliana Fibriyanti):
Ningrum digambarkan sebagai seorang janda, ibu dari dua anak, yang ingin memberikan yang terbaik pada anak-anaknya. Ia sangat perhatian dan mudah cemas pada nasib anak-anaknya. Tetapi di balik penampilannya yang bijak, lembut, sebetulnya ada rasa kekosongan tertentu di dalam hatinya. Ada kerapuhan yang tak mau ditunjukkan pada anak-anaknya, tetapi kadang-kadang tercetus ke luar lewat ingatan/lamunan pada mendiang suami.
 
Ningrum terombang-ambing antara rasa cinta lama pada almarhum suami, dan kenyataan real bahwa dia sebetulnya merasa berat menafkahi keluarga sendirian. Serta, ada kebutuhan akan kehadiran seorang laki-laki dewasa dalam rumah tangga (yang belum siap diterima oleh anak-anaknya, terutama Nadya).
 
Problem lain adalah rencana relokasi pasar tradisional, yang kemungkinan mengganggu nafkah/penghasilan Ningrum yang relatif sudah kecil. Keuangan Ningrum sudah pas-pasan untuk membiayai sekolah anak-anaknya, tetapi dengan sukarela ia masih menampung adik kandungnya, Satrio, sarjana yang pengangguran.
 
Nadya (Dhea Imut):
Nadya digambarkan sebagai gadis yang baik, penurut, perhatian pada orangtua (Ningrum), tidak banyak menuntut, sayang pada adiknya. Nadya tampil sebagai siswa yang cukup pintar dan kreatif di sekolahnya, berani bersikap berbeda, mengidolakan almarhum ayahnya (yang mdembuatnya tidak mudah menerima kehadiran seorang ayah tiri di rumahnya). Keinginannya memakai jilbab dan masuk pesantren juga antara lain karena pesan almarhum ayahnya.
 
Nadya berkonflik dengan pihak sekolah karena tekadnya memakai jilbab, dan berkonflik dengan teman sekelas, Gita, yang suka meremehkannya. Konflik dengan Gita berkembang ketika cowok yang ditaksir Gita, Damar, justru mulai menunjukkan ketertarikan ke Nadya.
Sifat Nadya yang spontan, cuek, dan agak tomboy justru menjadi daya tarik tersendiri bagi cowok sebaya. Tetapi Nadya sendiri tidak pernah menunjukkan rasa ketertarikan pada lawan jenis, meskipun dikelilingi oleh teman-teman yang tergila-gila pada cowok cakep.
 
Fahmi (Reihan Mufur):
Fahmi, adik Nadya ini, awalnya digambarkan sebagai bocah yang penurut dan agak manja karena selalu dilindungi oleh Nadya dan Ningrum. Meskipun digambarkan kritis (banyak bertanya dan selalu ingin tahu), Fahmi tidak pernah digambarkan memiliki prestasi khusus di sekolah. Kemudian dia bisa juga usil dan jenaka pada orang yang dikenal dekat (Oom Satrio). Karakter Fahmi mengalami perkembangan sejak berkenalan dengan Adam, yang mengajarinya mengamen dan berjualan koran, dan mengalami kehidupan sebagai anak jalanan. Meski bertujuan baik, membantu keuangan keluarga, Fahmi mulai “kurang jujur” (kucing-kucingan dan tidak terbuka) pada ibu dan kakaknya. 
 
Satrio (Rayendra):
Satrio, adik Ningrum, meskipun berwajah lumayan keren, digambarkan sebagai lulusan universitas berkualitas pas-pasan. Terbukti dari sekian lama gagal memperoleh pekerjaan (dibandingkan dengan teman-temannya yang lain). Dia juga terkesan kurang mandiri, karena dengan enaknya “menumpang hidup” pada kakaknya, yang juga sudah hidup kekurangan. Yang positif adalah Satrio berusaha hidup jujur, tak mau mengambil uang yang bukan haknya
Untuk kebutuhan akan harga diri, Satrio mengandalkan pada cerita pengalamannya sebagai aktivis mahasiswa, meskipun tingkat aktivitasnya juga tidak luar biasa (hanya sekadar ikut aksi protes internal universitas, bukan jadi aktivis politik anti-Soeharto, yang marak pada 1997). Satrio baru merasakan kebutuhan serius akan pekerjaan yang “cukup bermartabat” ketika naksir Ibu Ida, karena calon mertua tidak akan mau menerima pemuda berprofesi tak jelas sebagai menantu. Satrio akhirnya mau kerja apa saja demi martabat itu, meski dirasakan tak sesuai suara hati nurani.
Neng Siti (Genta Windi):
Neng Siti digambarkan sebagai pengamen jalanan dengan tampilan dan suara pas-pasan. Berpenampilan selalu norak dan sok selebriti, Neng Siti menjalani profesinya dengan jujur, menolak hal-hal yang tidak-halal, dan masih bermimpi bahwa suatu saat dengan satu dan lain cara karirnya akan terangkat jadi penyanyi tenar. Hal lain yang membuat Neng Siti galau, selain kondisi keuangannya yang kekurangan, adalah belum ada pria yang serius mendekatinya. Tetapi karena pembawaannya yang easy going, terkesan Neng Siti tidak punya konflik atau masalah serius.
Maeng (Ozan Ruz):
Berasal dari latar belakang ekonomi yang sebetulnya lumayan, Maeng adalah keponakan Neng Siti. Maeng memilih jadi pendamping Neng Siti dalam mengamen, karena sering dimarahi di rumah. Pada dasarnya Maeng adalah orang yang baik, sehingga tidak begitu jelas bagaimana pergulatan batinnya ketika ia memutuskan mau membantu pencopet melaksanakan aksinya demi menambah penghasilan (meski lalu digambarkan, Maeng menyesali perbuatannya).
Sebagai waria, pria yang kewanita-wanitaan akibat sosialisasi yang salah semasa kecil, problem utama Maeng adalah problem identitas. Ia menyadari bahwa status waria adalah status yang “salah” secara norma agama, tetapi ia merasa belum mampu mengubah diri jadi sepenuhnya laki-laki.
Alim Himawan (Marcell Domits):
Sering tampil murung, dingin, dan tanpa ekspresi, kontraktor muda yang dipercaya menangani pemindahan pedagang di pasar tradisional tempat Ningrum berjualan, ini hadir sebagai figur yang punya integritas dan profesional. Ia ingin menyelesaikan tugas secara prosedural, bermartabat, dan tidak ingin menyusahkan pedagang tradisional. Konflik yang dihadapi adalah tekanan dari pimpinan untuk segera menyelesaikan tugas, tetapi ada kendala di lapangan, sementara Alim enggan menggunakan cara-cara kotor untuk menyelesaikan tugas.
Konflik kedua adalah adanya kebutuhan kehadiran seorang pendamping yang betul-betul bisa menjalankan peran sebagai istri sepenuhnya, sedangkan istrinya menderita sakit parah. Ada ketertarikan pada Ningrum, tetapi tertahan oleh rasa kesetiaan terhadap istri dan anak, yang selama ini selalu suportif. 
Putri (Dwi Anastasya):
Anak perempuan satu-satunya Alim, yang sabar dan tabah mendampingi ibunya yang lumpuh. Putri tidak pernah menyalahkan ayahnya. Karena kemunculannya yang singkat, peran Putri belum cukup tereksplorasi.
Anggi (Lydia Agatha):
Istri Alim yang lumpuh akibat kecelakaan. Karena peran lumpuhnya, karakter Anggi juga tidak tereksplorasi.
 
Beberapa tokoh Penunjang:
 
Tini:
Penjual yang kiosnya bersebelahan dengan kios Ningrum. Meskipun kurang jujur dalam berjualan, Tini sebetulnya bukan orang yang betul-betul jahat. Sifatnya yang nyinyir, sok mau tahu urusan orang, dan suka ngomongin orang lain, menjadi gangguan tersendiri bagi Ningrum. Sejauh ini kehadirannya cukup menarik dan mewarnai cerita, sehingga disayangkan jika terlalu lama hilang dalam beberapa episode.
Rini:
Sahabat Nadya yang suka membantu. Ingin berjilbab tetapi merasa belum siap mental. Suka memandang cowok-cowok cakep, dan bersaing dengan temannya Gita dalam merebut perhatian Damar, teman sekelas yang jago basket.
Bondang:
Preman tanggung yang naksir Ibu Ida, dan bakal jadi pesaing Satrio. Bondan yang urakan, berhobi naik motor secara ugal-ugalan. Perannya sebetulnya tidak signifikan, sekedar untuk melucu atau memeriahkan cerita.
Damar:
Siswa SMP jago basket, yang jadi incaran Rini dan Gita.
Gita:
Teman sekelas yang jadi “musuh” Nadya dan Rini. Bersaing dengan Rini untuk merebut perhatian Damar.
Reyhan:
Putra pemilik pesantren yang ganteng. Membantu ayahnya mengelola pesantren dan program pesantren kilat.
Bimo:
Tukang kredit yang biasa menagih uang ke Ningrum, tapi lalu ingin mendekati Ningrum..
Kepala Sekolah (Tarsan):
Kepala sekolah yang sok disiplin, sehingga menghambat keinginan siswi mengenakan jilbab di sekolah.
Ibu Ida:
Guru Nadya yang cantik dan dikejar-kejar oleh Satrio.
Ayu:
Pencopet cantik, yang kemudian jatuh hati pada Maeng.
Adam:
Pengamen cilik, teman Fahmi.
 

SErial police 86 : Mau Insyaf Kok Repot

Minggu, 07 Agustus 2011

Swimwear Boutique

Currently, many person prefer to buy their swimwear by the internet, shopping online is a simhttp://www.blogger.com/img/blank.gifple and appropriate in the comfort of you to shop at home.

It is very important to make sure that when buying onlinhttp://www.blogger.com/img/blank.gife swimwear for you. If you shop online swimwear eighth, always ensure that cases of good graphic quality dimensions, which provides all the necessary measures available. Use a graphic format that you can be assured of a swimsuit or a bikini that fits the need for an exchange for a different time format. Most stores bathing suits do not allow the exchange of bathing suits, so it's always better to have a company in which the selection of eligible substitution. Some stores accept returns have on bathing suits, if the tags and original packaging back to him. It is also important that you trust to your online store with your payment. If you want more information about swimwear, please follow this link.
Swimwear is an inevitable part of summer, although a large majority of full-figured women at the prospect of shopping for bathing suits and http://www.blogger.com/img/blank.gifbikinis who feel intimidated really good. These women also want to check wear caftans by the pool or the beach instead of looking unattractive. Designers and shop owners have the problems of the kind of overweight women accepted, and finally with a collection of various stylish designs swimsuits in larger sizes and the best place is to discover, buy jerseys online swimsuit. If you need more information about designer swimwear , please follow this link.
Swimwear Boutique offers an easy way to buy with their swimsuits beachwear shop online. Once you choose your swimsuit or bikini women, we are happy to order by phone only if you do not want to place your order online swimwear and prefers to take in order to speak with one of our employees.
Swimwear Boutique offer appropriate advice to all and are always happy to help visitors find our shop and ask women swimwear swimsuit line of his face.
Swimwear Boutique [http://www.swimwearboutique.com/] proposes a simple process of buying swimwear bathing suit their online store. Once you have your swimsuit or bikini wife [http://www.swimwearboutique.com/], we look forward to your order by phone only if you do not want to hit swimwear line [http://www.swimwearboutique.com / ] and prefer to speak with one of our employees. If you want more information about swimwear, please follow this link.

Jumat, 05 Agustus 2011

Ikang Fawzi berperan Kyai Rais di Film Negeri 5 Menara

Lama tak terlihat, wajah Ikang Fawzi kembali akan segera muncul dalam film Negeri 5 Menara. Kali ini musisi yang terkenal berkat lagunya yang berjudul ‘Preman’ itu akan menjadi seorang kyai di sebuah pesantren ternama di Indonesia.

“Di film ini saya jadi Kyai Rais, seorang kyai yang inspiratif dan modern. Pemikirannya pun masa kini. Punya pengetahuan yang luas dan mempunyai teman dari berbagai kalangan. Seorang guru yang benar-benar matang dari segi keilmuwan dan juga matang di bidang operasional,” jelas Ikang saat ditemui di Planet Hollywood, Jakarta Selatan (27/7).

Untuk perannya kali Ikang mengaku sempat bolak balik ke Gontor untuk melihat dan memahami karakter Kyai Rais sebenarnya. Selain itu suami dari aktris Marissa Haque ini juga akan tinggal di pesantren untuk lebih mendalami karakternya.

“Riset ada, semua video-video mereka saya pelajari dan sebelum syuting saya akan tinggal sekitar dua minggu di Gontor untuk lebih mencari tahu tentang karakter saya. Tapi buat saya tergantung di sana, karena pasti hasilnya akan beda,” ujarnya.

Awalnya Ikang sedikit tidak percaya dirinya bisa terlibat di film yang akan diarahkan oleh Affandi Abdul Rahman itu. “Sebenarnya casting-nya sudah 6 bulan yang lalu, dan awalnya terus terang nggak pede, tapi alhamdulilah jadi. Dan karena itu saya berlatih untuk bisa maksimal. Saya tidak ingin melebih-lebihkan, sesuai dengan interpretasi saya,” katanya lagi.

Keterlibatan Ikang di film ini membuatnya lebih dekat lagi dengan Tuhan, pasalnya ia berharap filmnya nanti bisa bermanfaat bagi siapapun yang menontonnya. “Kalau saya pribadi tiap hari ngaji, supaya dapat berkah. Dapat peran seperti ini bukan hanya suatu pekerjaan, tapi saya menilai ada tugas tertentu buat, siapa tahu dari film ini bisa memberikan suatu pencerahan buat yang lain,” Pungkasnya.


Sumber : 21cineplex

TRans TV Ramadhan : Pintu Surga eps 13

Buku " Negeri 5 Menara " Akan Segera difilmkan

Setelah melalui proses persiapan yang cukup panjang, akhirnya film Negeri 5 Menara akan segera memasuki tahap pengambilan gambar. Film yang diproduksi oleh KG Production bersama Million Picture akan memulai syuting pada awal bulan Agustus 2011 ini.
 
“Alhamdulilah film ini akan mulai syuting, semoga dengan persiapan yang matang, kami berharap Negeri 5 Menara bisa menjadi tontonan yang berkualitas dan sesuai dengan ekspektasi penonton,” jelas Salman Aristo, selaku produser sekaligus penulis skenario saat syukuran Negeri 5 menara di Planet Hollywood, Jakarta Selatan (27/7)
 
Negeri 5 Menara diarahkan oleh Affandi Abdul Rahman yang sebelumnya pernah menggarap Heartbreak.com dan Aku atau Dia. Selain itu beberapa nama berpengalaman seperti Roy Lolang dan Citra Subiyakto ikut memperkuat jajaran tim produksi. 
 
“Kami ingin memberikan kesempatan pada tim yang masih muda untuk membuktikan kemampuannya. Lewat susunan tim yang kuat, diharapkan Negeri 5 Menara bisa menjadi menjadi inspirasi Indonesia,” ujar Indra Yudhistira selaku perwakilan Kompas Gramedia dan juga produser eksekutif film Negeri 5 Menara.
 
Negeri 5 Menara akan dibintangi oleh aktor dan musisi Ikang Fawzi, Andika Pratama, Doni Alamsyah, dan Inez Tagor. Selain itu akan ada enam orang yang akan berperan ‘Sahibul Menara’ yang didapat dari proses casting terbuka di beberapa kota besar di Indonesia.
 
Untuk pengambilan gambar Negeri 5 Menara akan dilakukan di Ponorogo, Bandung, Bukit Tinggi, Danau Maninjau dan akan berakhir di London, Inggris. Sedangkan untuk jadwal rilisnya, sampai saat ini masih tentatif, namun direncanakan akan menuju bioskop pada Februari 2012

Film Relgi Pintu Surga eps 12

Irfan Bachdim berakting di Tendangan Dari Langit

Nama Irfan Bachdim mendadak terkenal saat ia membela Indonesia pada kejuaraan Piala AFF tahun 2010 silam. Walau saat itu Indonesia gagal menjadi juara, namun publik tanah air sepertinya terkesan dengan aksi Irfan di lapangan hijau.

Kini nama Irfan akan semakin dikenal karena ia memutuskan ikut tampil dalam sebuah film berjudul Tendangan Dari Langit. Dalam film arahan Hanung Bramantyo itu ia menjelaskan tidak menemui kesulitan saat berperan di depan kamera.

“It just like my ordinary day, aku datang dan latihan bareng Persema. Dan aku juga hanya perlu melakukan seperti yang biasanya saya lakukan, Karena saya bermain sebagai diri saya sendiri, jadi tidak masalah,” jelas Irfan.

Tapi walaupun mengaku tidak menemui kesulitan, Irfan mengaku ada perbedaan saat bermain bola di ketinggian hampir 2500 meter diatas permukaan laut. “Bermain bola di pasir cukup berat saya tidak mau melakukannya lagi,” ujarnya sambil tertawa.

Maklum saja lokasi syuting film Tendangan Dari Langit memang dilakukan di kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur. Namun walaupun berat dan mengaku takut akan ketinggian, Irfan tetap menikmati semua yang dilakukannya saat melakukan pengambilan gambar.

“Lokasinya cukup tinggi, dan kita harus memanjat ke atas kawah. Dan saya lumayan takut dengan ketinggian. Tapi karena kepentingan adegan saya tetap harus melakukannya, saya pernah ke Bromo sebelumnya, cuacanya lebih dingin dari di Malang, dingin sekali. Tetapi saya senang,” tambah suami Jennifer Kurniawan itu.

Tendangan Dari Langit rencananya akan dirilis pada menjelang libur lebaran tahun ini.


Sumber : 21cineplex

PROMO PINTU SURGA EPS 11