Kamis, 29 November 2012

Bertasbih Bersama Angin dan Burung

Malam melewati pagi lagi, entah berguliran yang keberapa kali. Seakan cahaya siang  tak mampu menembus gelap pekatnya angan. Malam menjadi begitu panjangnya. Malam melewati pagi lagi, selalu serasa begitu keadaannya. Ini yang keberapa kali ?. Sudah tidak terhitung. “Hari yang keberapakah sekarang ?.” Menjadi pertanyaan menyergah, memotong lalu lintas kesibukan didalam pikiran. Seperti sebuah tanya terbesit dalam kesadarannya namun selintas gelap lagi. Dan malam terus saja melewati pagi. Entah sudah yang keberapa kali. Waktu tak terasa, tak berasa, tak membekas apa-apa, hanya gundah dan rasa iba diri saja. 

Dilaluinya saja perjalanan sang raga, menembus liarnya beton-beton kota dan kancah hiruk pikuknya manusia. Besok adalah hari ini. Begitulah keyakinan. Maka dipaksanya saja badan untuk terus merayapi jalan-jalan ibu kota. Demi membunuh ketakutannya sendiri. Ketakutan yang terus tersembunyi, “Apakah nanti jika tak begini…?, dan anak istri akan makan apalagi ?.”  Tak terbersit dalam ingatannya, jika cahaya matahari telah menumbuhkan padi dan tanaman lainnya untuk menjamin rejeki manusia.

Mengapa dengan ketakutannya ?. Dan dia bersama manusia-manusia lainnya, ketakutan atas takdirnya sendiri. Makanya mereka menjadi begitu. Bagai lebah yang pecah sarangnya, lepas mereka, liar, kemana saja terbang, menghambur, di sepanjang jalan-jalan, bertebaran menyelusup lorong-lorong yang kumuh dan bau, mereka jalani itu semua, dalam romantika anak manusia. Tanpa pernah mengerti, sampai dimanakah nanti. Sayangnya  mereka juga tetap tak megenali cahaya-Nya yang senantiasa menyapa bersama matahari.  

Dalam kesadaran yang semakin menipis, dalam keadaan hidup serasa hanya malam hari saja, syukurlah ada seberkas cahaya, menyergah hati, “Akankah hidup hanya begini ?.”. Telah diperjalankan badannya, berjalan rahsa,  tanpa iba, berjalan tidak dengan hati, hilang empaty, hampa dankosong, kering dan mati, “Mestikah hidup tidak perlu dimaknai ?.”   Selalu saja dihinggapi perasan itu. 

Dan mata terbuka sudah, tampaklah dunia, begitu luas, mengapa kemudian diri serasa merasa sendiri saja ?. Bertebaran manusia-manusia yang rela menyingsingkan lengan baju mereka, melakukan tindakan nyata, menolong sesama, menampung dan menyekolahkan anak yatim, mengayomi anak-anak jalanan. Melakukan dengan hati, demi perikemanusiaan itu sendiri. Merek atelah memeberikan hatinya untuk menolong dan mengangkat harkat kemanusiaan anak-anak yatim. Tanpa khutbah, tanpa retorika, biasa saja. sebagaimana matahari yang selalu terbit.

Mereka (telah) berhenti mempertanyakan tindakan Tuhannya, mereka berhenti mempertanyakan takdirnya, mereka hanya punya hati dan itulah yang mereka berikan, hanya itu. Simple dan mudah saja.  Dengan hatinya mereka menyatukan gerak dengan gerak alam semesta. Bersatu dalam tasbih alam semesta, bersama makhluk lainnya, menggerakkan alam raya ini dengan satu tindakan nyata. Untuk hidup dan kehidupan itu sendiri, demi harkat dan martabat manusia dan perikemanusiaan.

Ada diantara mereka, dengan keterbatasan raganya, keterbatasan dalam geraknya, keterbatasan dalam penglihatannya, keterbatasan dalam pendengarannya, dan lain sebagainya. Namun mereka mampu menginspirasi ribuan manusia lainnya untuk melakukan ‘tasbih’ yaitu gerak nyata kehidupan. Mereka memberikan hatinya untuk sesama, memberikan hatinya untuk melindungi makhluk-makhluk lainnya, menyelamatkan tanaman, binatang, serta lingkungannya, bergerak harmonis bersama alam semesta yang tengah memperbaiki dirinya terus menerus. Tasbih mereka begitu nyata.

“Hati mereka bersama, angin, burung-burung, gunung-gunung, dan seluruh alam semesta ini. Hati bersama dalam kesatuan tasbih, bersatu dalam kesatuan gerak-NYA, gerak semesta alam.”

Terlihat sebagai aktifitas yaitu satu langkah nyata , karenanya, masih perlukah kita bertanya, “Mampukah kita dalam makom bertasbih bersama angin, burung-burung, dan gunung-gunung ?.” Jika hati kita tidak bersama mereka, dan jika raga kita tidak melakukan tindakan nyata, menyatukan gerak (aktfitas) memperbaiki keadaan ini semua. 

Masihkah kita bertanya, jika tangan kita aniaya membunuhi mereka, mengambili hak-hak mereka, jika ucapan dan hati kita tidak sama dengan tindakan kita, kita selalu mengumpat, dan kita juga  tidak pernah melakukan perbuatan apa-apa. Sungguh karena ini, kita tidak mampu melihat keindahan didalam  itu semua maka bagaimanakah kita akan mampu bertasbih bersama angin, gunung dan burung-burung sebagaimana nabi Daud as ?.
Malam kemudian sunyi, sepi sekali, kajian ini entah berapa lama diam di tempat, diam begitu saja. Ada rasa bersalah yang hebat, mengapalah diri ini juga begitu adanya. Satu langkah kecil saja tidak bisa ?. Merubah, ya merubah arah jiwa kita untuk menjadi seperti itu. Tidaklah berat, namun kenapa tidak bisa ?. Maka kajian ini ditulis saja apa adanya. Dalam tangisan yang begitu dalam, mengerti, memahami namun tidak mampu berbuat apa-apa. Diri tidak mampu bertasbih bersama mereka, angin, burung dan gunung-gunung. Melakukan gerak bersama mereka, dalam gerak-NYA, yang maha sempurna. Karena diri belum berbuat apa-apa. Maka diri hanya berbisik lirih dengan malu, “Maafkanlah !.” 

Entah sebab apa, kajian ‘Bertasbih Bersama Angin dan Burung’, berhenti mengendap dalam kesadaran dan tidak mampu dihantarkan. Sudah sekian lama. Sepertinya tidak ada daya untuk  menuliskannya,  tidak ada keinginan untuk menggerakkan jari-jari, ada rasa enggan yang  membekukan rahsa. Hanya mampu diam mengamati  sambil menunggu pergerakan dan lintasan hati. Berdoa memohon pengajaran-Nya.  Memohon ampunannya, bertasbih, bertahmid, bertakbir dalam alunan nafas. Jika pun  harus dihantarkan semoga kajiannya, menjadi bermakna dan ada manfaatnya. Dan semoga saja daya ini terus bergerak menstimulasi,  dengan pengharapan senantiasa dalam lindungan dan hidayah-Nya. 

Berangkat dari sebuah pertanyaan, mungkinkah manusia urban mampu bertasbih bersama gunung, angin dan juga burung-burung ?. Lihatlah keadaannya, berangkat di subuh pagi hari dan pulang ketika bulan sudah menanjak tingi. Mungkinkah ?. Kalau tidak mungkin. Akankah berita dari Al qur an hanya menjadi sepenggal berita, sekedar sebuah  bacaan saja tanpa mampu kita maknai lebih dari itu ?. Jikalau mungkin. Bagaimanakah keadaan hal, yaitu keadaan realitas suasana saat sedang mengalami keadaan  bertasbih tersebut. Adakah manusia selain nabi Daud as, yang mampu menjadi saksi keadaan ini ?. 
Lihatlah sekali lagi, bagaimana keadaan kita, yang bergelut dengan romansa dan dinamika kota. “Dan lihat saja, Ibu akan  menangis demi dan atas anak-anaknya ini.” 

Sungguh sulit sekali merangkai kejadiannya ?. Bahkan nyaris berita (ayat) ini kita anggap sebagai dongengan saja. Dongengan tentang raja dan nabi yang gagah perkasa dengan kesaktiannya. Sebagaimana kisah-kisah para dewa. Semisal itulah keadaan kita sekarang dalam menanggapi berita (ayat) yang dihantarkan Al qur an perihal ini.  Manusia telah terdikotomi dalam sebuah persepsi dan anggapan, tanpa mau membuktikan sendiri setiap kebenaran berita (ayat) dengan melakukan eksplorasi. Sehingga keadaannya, keyakinan kita dibangun diatas keraguan yang tersembunyi. Cobalah eksplorasi pernyataan ini. Carilah referensi di dalam kesadaran kita. Nanti akan kita temukan sendiri, bagaimana keadaan kita sesungguhnya. Dan semoga saja tidak begitu. 

Sejalan karena sebab itu , (menjadi pemikiran saya)  bahwasanya kita manusia sekarang ini, kenyataannya  belum berani  menjadikan dirinya  sebagai saksi kebenaran atas ayat Al qur an, khusunya perihal ayat yang menjadi kajian kita ini. Kebenaran  bahwasanya ada pada suatu masa manusia (Daud as) senantiasa bertasbih bersama angin, burung  dan gunung  ?. Semua terkooptasi dalam kesadaran kolektif.  Bahwa makom tersebut tidak mungkin akan dicapai oleh kita manusia biasa, apalagi kita sebagai manusia urban yang berangkat pagi dan pulangnya malam. Dan hikmah ayat inipun terlupa.

Mengapa kita cenderung untuk mengabaikan saja hikmah atas ayat ini  ?.  Ya karena, sebab manusia sudah menganggap remeh  dirinya sendiri, mengabaikan argumentasi apapun, kita seperti sudah menghukum diri kita tidak akan pernah mampu mencapai keadaan tersebut. Semua itu berawal dari munculnya keraguan dalam diri kita, selalu mempertanyakan mungkinkah itu ?. 

Adakah manusia yang mau berusaha mencapai keadaan itu, dan mengkhabarkannya kepada kita ?. Penulis yakin sekali, jika manusia tersebut ada, sayangnya memang bagi orang yang mencapai keadaan ini hanya akan menyimpan rahasia ini rapat-rapat, hanya untuk dirinya dan Tuhannya. Maka kenapakah kita menafikan kemungkinan ini ?. Dan karenanya kenapakah kita tidak mencoba membuktikan sendiri, menjadi saksi atas kebenaran ayat ini ?.

Sebab dikarenakan keraguan itulah, manusia sekarang sangat jarang sekali mampu bertasbih. Meskipun lelah sudah kita bertasbih, dengan ribuan  kali tasbih kita dawamkan, nyatanya tasbih kita  sangat jarang  berefek dibadan. Jangankan untuk mampu mencapai makom  bertasbih bersama alam semesta. Untuk mencapai jiwa yang tenang saja masih merupakan kesulitan tersendiri.  Sungguh sayang sekali, jika bertasbih  telah kehilangan ruhnya.   Marilah kita uji diri kita, benarkah tasbih kita hanya sebatas kerongkongan saja, bagai anak panah yang lepas dari busurnya. Tidak berefek dibadan. Tidak ada ketenangan dan kepuasan yang mampu diraih jiwa ?. Layaknya memang perlu kita kaji. Bersiapkah kita untuk menguji ?. Maka teruslah ikuti kajian ini.

Namun ada pertanyaan, kalaulah  kita ingin mencapai keadaan tersebut. Lantas pemahaman (ilmu)  apakah yang harus kita dapatkan ?. Banyak sekali pertanyaan kita, sayangnya dengan   semakin banyak pertanyaan justru akan semakin  mengarahkan diri kita kepada satu kata ‘keraguan’. Inilah hijab yang mesti kita singkapkan. Bukan bagaimana, tapi sanggupkah kita menjalani laku (syariat-tharekat) agar kita mampu menyaksikan keadaan makom bertasbih itu. Mungkin kekhawatiran kita adalah, akankah nanti benar keadaannya, sama dengan yang dimaksudkan, atau mungkin hanya sebatas keyakinan, dan bagaimanakah kalau hanya sebatas dalam tataran kesadaran saja ?.

Entahlah itu, biarkanlah Allah saja yang mengajarkan kepada diri kita perihal ini. Mungkin saja  pengetahuan kita hanya  sedikit, tak apa, yang penting kita mampu memahami, merahsakan, bagaimana keadaan hakekat, bagaimana   respon angin, gunung dan burung-burung. Yaitu saat tasbih kita selaras dengan tasbihnya alam semesta. Jikalaupun hanya dalam tataran kesadaran saja.  Tak apa juga , yang penting (rahsa) yang sedikit itu sudah cukup untuk menghantarkan diri kita kepada keyakinan yang utuh atas kebenaran ayat ini.

Sebab jelas sekali, Al qur an telah meyakinkan kepada seluruh manusia bahwa Al qur an bukanlah dongengan penghantar tidur. Berita setiap ayat dari Al qur an adalah realitas. Ini adalah suatu kepastian dan suatu kebenaran. Hanya manusia saja yang belum mampu mendapatkan keadaan hal atas realitas yang ingin disampaikan. Sehingga kita tidak mampu mengambil hikmah atas ayat ini. Inilah keyakinan penulis. Dan semoga dengan mengkajinya, diantara kita ada yang diberikan anugrah untuk menjadi saksi perihal kebenaran ayat yang dimaksud  ini. Kita berdoa agar diberikan anugrah sebagai saksi-Nya.

Sayangnya, kita tak ada akan mampu merubah arah jiwa kita. Jika kita tidak ada kemauan diri untuk merubah.  Kita selalu merasa berat sekali ketika akan merubah itu. Jiwa akan selalu dalam keadaan lembamnya. Maka kajian ini akan mengkaji dari sisi bagaimanakah agar kita mampu merubah arah jiwa kita terlebih dahulu, sebelum memasuki kajian ‘tasbih’ itu sendiri. Sebab kajian ‘tasbih’ ini banyak melibatkan hati, dalam makom rahsa (dzauk) sehingga sangat sulit untuk diuraikan, jika tidak dengan laku (syariat-tharikat).  Mungkin lebih baik begitu saja dulu. Wolohualam

salam
arif
 

Senin, 26 November 2012

DOA SEORANG PEDAGANG

Cipt : Doni/Abay
Vocal : Teddy SNADA + Kang Abay
Aransemen : Dicky Ahmad

Tak Kan Kubiarkan Hidup Tak Berarti
Diatas Dunia Yang KAU Hamparkan
Akan Kupenuhi Hari Demi Hari
Menjemput Karunia Yang KAU Taburkan

Harus Kulalui Jalan Yang Tak Pasti
Hadapi Cobaan Yang KAU Berikan
Akan Kunikmati Detik Demi Detik
Jalan Kehidupan Seorang Pedagang

*
Ya Allah Tolonglah
Pandang Diriku
Berkahi Langkahku
Lapangkan Dadaku

Ya Allah Tolonglah
Dengar Hatiku
Luaskan Rizkiku
Mudahkan Urusanku

**
Rizki Di Langit Mohon Turunkanlah
Rizki Yang Jauh Mohon Dekatkanlah

Back to *

Minggu, 04 November 2012

URGENTLY REQUIRED Web Designer

:: URGENTLY REQUIRED ::
- Web Designer-
Jakarta Raya - Kelapa Gading, Jakarta Utara

Responsibilities:
1. Melalukan desain catalog untuk produk yang ada
2. Melakukan update data catalog atau desain sesuai dengan kebutuhan guna mensupport kinerja team pemasaran
3. Ikut berperan aktif dalam melakukan strategi marketing baik promosi ataupun branding
4. Melakukan pengelolahan web site baik update atau pun perubahan content website dan desain secara berkesinambungan sesuai dengan trend

Requirements:
• Wanita / Pria max 35 th
• Pend Min SMU/Diploma/S1 Segala Jurusan (Desain Lebih diutamakan)
• Minimal 1 Tahun Pengalaman Sebagai Web Designer
• Familiar Ms Office, Internet,flash, swish , HTML / CMS , CSS, javascript
• Menguasai Photoshop, Illustrator Dan Dreamweaver
• Mengerti Estetika, Menyukai disain, Senang berinovasi
• Terbiasa Membuat Desain atau Konsep
• Keterampilan interpersonal yang baik dan memiliki keinnginan kuat untuk belajar secara mandiri

Jika Anda memenuhi kualifikasi tersebut, silakan langsung datang ke kantor kami dengan membawa CV, pas photo 4X6, pada setiap hari kerja antara jam 09:30-15:00, untuk mengikuti test & interview di :

HRD Departemen
ShowcaseFever
Apartemen Gading Mediterania Rk 39/D
Boulevard Bukit Gading Raya-Kelapa Gading
Jakarta Utara

Atau

Email ke: recruitment@showcasefever.com
agatha_silvia@ymail.com
or call : (021) 26274052 (Silvia)

Lowongan Sekretaris

Occupations:

Administrative-Clerical: Administrative Support, Claims Processing, Data Entry-Order Processing, Executive Support, Filing-Records Management, General-Other: Administrative-Clerical, Office Management, Property Management

Job Description:

  1. Membantu korespondensi/surat menyurat.
  2. Membantu pengaturan appointments.
  3. Mengatur administrasi dan pengarsipan dengan rapi, lengkap, up to date, mudah dicari dan konfidensial.
  4. Mempersiapkan meeting : mengatur waktu, membuat dan mendistribusikan notulen & undangan (lisan atau tertulis), mengurus tempat, konsumsi, materi dan peralatan.
  5. Mempersiapkan perjalanan Direksi: Ticket dan Akomodasi, kendaraan, undangan/tiket masuk dan dana.
  6. Mengurus keuangan Direksi: Reimburse dan kasbon.
  7. Mempersiapkan ATK direksi & koran, fetch fax, follow up messanger dan collect report yang dibutuhkan oleh Direksi.
  8. Mempersiapkan dan memastikan pengiriman kartu ucapan, bunga dan apresiasi.
  9. Memeriksa dan memastikan kebersihan dan fungsi ruang kerja dan alat/sarana kerja Direksi setiap saat.
  10. Mendukung kelancaran operasional kantor dengan efektif dan efisien.

Job Requirements:

  1. Wanita, Single.
  2. Usia minimal 24 tahun maksimal 33 tahun.
  3. Minimal lulusan D3 Sekretaris.
  4. Tidak sedang kuliah dan kursus.
  5. Diutamakan bagi yang belum bekerja, dan siap segera bekerja.
  6. Berpengalaman sebagai sekretaris atau administrasi surat menyurat minimal 1 tahun.
  7. Diharuskan mengerti dan menguasai korespondensi dan filling.
  8. Dapat berbahasa Inggris lisan dan tulisan (minimal pasif).
  9. Menguasai aplikasi komputer (Windows dan MS Office).
  10. Mengerti tugas, kewajiban & tanggung jawab sebagai sekretaris, serta penuh inisiatif, proaktif, kreatif, dan mandiri.
  11. Energik, teliti, cekatan, disiplin, loyalitas dan mampu bekerja dibawah tekanan.

Entrepreneurship itu bisa ditularkan tetapi tidak bisa diajarkan

Penjelasan Dahlan Iskan tentang Entrepreneurship bahwa Entrepreneurship itu bisa
ditularkan tetapi tidak bisa diajarkan
(note penulis: hanya bisa dilakukan).
Sebagai contoh, seorang mahasiswa Master of Business Administration (MBA) sudah
tentu mempelajari segala urusan yang berkaitan bisnis, namun begitu lulus dan
mendapat ijazah MBA, belum bisa langsung berbisnis, karena bisnis tidak bisa
instant, butuh proses “penularan”.

Di sekolah, seorang MBA belajar bisnis (how to know) tetapi
di lingkungan komunitas TDA, orang-orangnya langsung melakukan action dan
dibimbing untuk memiliki sikap sebagai entrepreneur (how to do). Jadi sangat
penting berada di lingkungan entrepreneur, kalau seseorang ingin menjadi
entrepreneur tetapi tidak berada di lingkungan entrepreneur, dia tidak akan
menjadi  entrepreneur.

Jika seseorang berada di lingkungan pengusaha, membahas
segala sesuatu mengenai usaha, bagaimana memiliki keinginan dan optimis
mencapainya, maka ia akan menjadi pengusaha. Berbeda jika berkumpul dengan
politisi. Siapapun akan sukses kalau SUNGGUH-SUNGGUH, namun
persoalannya adalah seperti apa atau seberapa sungguh-sungguh ? Lantas ukurannya
apa ? Menurut Pak Menteri, sungguh-sungguh itu ada levelnya : sungguh-sungguh
dan SUNGGUH-SUNGGUH.  Ukurannya bisa diumpamakan dengan kadar emas. 24
karat, 23 karat, 22 karat 18 karat atau bahkan tidak berkarat.

Segala sesuatu negatif akan mengurangi “karat”nya itu. Keraguan
akan mengurangi “karat”. Bicara mengenai politik akan mengurangi “karat”.
Keluar ikut demonstrasi akan mengurangi “karat”. Selingkuh akan mengurangi
“karat”. Terlalu banyak yang dapat mengurangi “karat” kesungguh-sungguhan. Hanya
dengan memperbaiki diri dan mempertebal keyakinan “karat” akan meningkat.

Semua orang memiliki kemampuan yang hampir sama, yang
membedakan adalah kesempatan. Banyak yang mendapat kesempatan tetapi belum
“matang”. Saat ini banyak yang menjadi pengusaha dengan cepat (instant), tetapi
belum “matang”. Seseorang yang SUNGGUH-SUNGGUH melakukan bisnis akan
menemukan masalah bisnis setiap hari, karena itu setiap hari ia harus mencari
solusi. Setiap hari menemui masalah akan membuat seseorang matang. Persoalannya
adalah berapa lamakah ia bisa matang ? 3 tahun, 5 tahun. 10 tahun? Itu
tergantung dari sering tidaknya menemukan masalah-masalah baru dan upaya
mencari solusinya. Itu membutuhkan kesungguhan 24 karat. Dengan kata lain
kesungguhan-sungguhan yang dijalani setiap hari dalam menghadapi masalah dan
menemukan solusinya akan membuat ia memiliki 24 karat SUNGGUH-SUNGGUH.

Beliau melihat di ruangan ini penuh dengan anak-anak muda. Beliau
menjelaskan bahwa semakin muda/dini menghadapi masalah, semakin cepat jatuh,
semakin baik. Karena jatuh itu penting, bangkrut itu penting, semua orang yang
menjalani bisnis pasti pernah jatuh. Kalau jatuh, bisnisnya masih kecil, maka
rasa menyesalnya tidak terlalu besar. Tetapi jangan sering-sering menyesal.
Seseorang yang terlalu sering menyesal kejiwaannya akan rusak.

Semakin  muda semakin cepat jatuh. Jatuh itulah yang
akan menjadi seleksi. Siapa yang akan menjadi pengusaha. Itulah sebabnya kenapa
hanya 1,5% dari 240 juta penduduk Indonesia yang jadi pengusaha. Kebanyakan
orang takut jatuh. Maka dari itu cepatlah jatuh, cepatlah belajar dari
kejatuhan karena bisnisnya masih kecil, sakitnya akan cepat sembuh karena masih
memiliki darah muda.

Segeralah, karena waktu Anda terbatas ! Hanya 8 tahun lagi.
Saat itu ekonomi Indonesia akan luar biasa besarnya. Peluang emas bagi anak muda berusia 25 tahun -28
tahun. Dari sekarang sudah harus diputuskan, karena ini akan menentukan siapa
yang akan menikmati perekonomian Indonesia dengan pendapatan
perkapita sekurang-kurangnya sebesar US$ 6000. Saat ini baru US$ 3200
pendapatan perkapitanya. Pak Menteri berharap  8 tahun mendatang,
komunitas TDA akan besar 10 kali lipat dari sekarang. Cepatlah jatuh, sebelum 8
tahun mendatang, tahun 2020 !

Sebelum usai, sesi kelima diisi dengan tanya jawab. Ketika seorang
penanya mengangkat tangan untuk bertanya, beliau berlari ke arah penanya dan
melemparkan microphone padanya, wow.... energik sekali, pemandangan yang tidak
biasa, luar biasa, ini memperlihatkan betapa energiknya beliau (Note: padahal
beliau terkena virus hepatitis B telah merusak livernya hingga nyawanya
terancam, tahun 2007 beliau menjalani operasi transplantasi liver).

Dalam sesi tanya jawab satu pertanyaan yang sangat bagus
adalah, beliau ditanya kenapa beliau pernah menggaji karyawannya dengan gaji
kecil, hal itu dipertanyakan. Beliau menjawab, memberi gaji kecil ada dua
dasarnya, gaji kecil sebagai KEBIJAKAN, atau gaji kecil sebagai PROSES.

Seseorang yang digaji kecil bisa jadi 6 bulan, 1 tahun atau
2 tahun akhirnya habis energinya lalu menyerah, itu menguji apakah ia memang
pegawai bagus atau tidak. Itu akan menjadi proses seleksi untuk mendapatkan
pegawai bagus (note: team yang unggul). Karena perusahaan itu baru maka tidak
dapat diketahui apakah pegawai itu akan loyal, berprestasi atau tidak.
Mulailah dari gaji kecil sebagai proses untuk menguji dan
membangun kemampuan pegawai. Jangan pernah mencegah pegawai untuk pindah kerja,
karena bisa jadi ia pindah kerja untuk meningkatkan penghasilan karena
kebutuhan (memperbaiki nasib) atau bisa jadi karena ia memang bukan kader yang
baik (pegawai kutu loncat). Jangan menyesalinya.
Tetapi kemudian, terus naikkan gajinya setelah perusahaan
makin besar. Lakukan “manufacturing hopes” yakni penjelasan yang jujur kepada
pegawai, bahwa nanti gajinya akan dinaikkan seiring dengan pertumbuhan
perusahaan. Ini adalah cara untuk membuat pegawai yang berprestasi / kader yang
baik tetap ada di perusahaan.

Sebagai penutup beliau menyampaikan bahwa bisnis itu untuk
dilakukan bukan untuk dibicarakan atau dipersoalkan.

Artikel Asli :
http://bundarisoles.com/blog/21-pesta-wirausaha-2012-sesi-kelima

Jumat, 02 November 2012

Aturan - aturan dalam Enterpreneurship



*By. Reid Hoffman, founder LinkedIn** ***

*Rule 1 : “Look for disruptive change” – Carilah Perubahan yang memiliki
efek besar pada market*


Jika Anda sedang akan memulai sebuah usaha, tanyakan hal ini pada diri
Anda: Apakah yang sekarang dibutuhkan tapi dulunya tidak mungkin atau tidak
perlu dilakukan?
Apakah sebuah produk atau jasa baru akan bisa mengambil alih atau membuat
pasar baru? Ketika Saya membantu dalam pembuatan LinkedIn, industry
teknologi sedang terpuruk. Saya melihat semua kemungkinan yang diciptakan
oleh internet dan mendapat sebuah ide bahwa nantinya semua orang akan
membutuhkan profil professional di dunia online. Gangguan yang saya temui
adalah bahwa perusahaan bisa secara langsung mengejar kandidat terbaik
daripada berharap untuk mendapat hasil atau respon dari iklan di surat
kabar atau iklan di situs-situs.

*Rule 2: “Aim big” –  Tentukan tujuan yang besar*


Besar atau kecilnya ide yang ditargetkan oleh sebuah start-up, usaha,
keringat, dan darah yang perlu Anda keluarkan tetaplah sama, jadi
bermimpilah untuk mencapai sesuatu yang besar! Apa sih maksud kata “besar”?
Itu adalah sebuah produk atau jasa yang bisa membuat pasar baru atau
mendominasi pasar tertentu yang sudah ada.

*Rule.3: “Build a network to magnify your company” –  Buatlah jaringan
untuk memperbesar perusahaan Anda*


Kebanyakan orang berpikir bahwa dibalik setiap start-up hanya ada satu
entrepreneur yang memiliki ide brilian. Tapi kenyataannya, perusahaan yang
sukses dibangun oleh sejumlah orang bertalenta yang dikelilingi oleh relasi
dan hubungan yang bisa membesarkan dan membantu mereka.
Entrepreneur-entrepreneur terbaik mencari dan membangun hubungan dengan
penasehat, investor, partner, dan pelanggan mereka.

*Rule.4: “Plan for good luck and bad luck” – Buatlah rencana untuk keadaan
baik dan buruk*

Anda harus selalu mengasumsikan bahwa Anda akan beruntung atau tidak dengan
perusahaan baru Anda. Keberuntungan tidak hanya sesimpel “Wah perusahaan
saya berjalan.” Tapi, keberuntungan adalah saaat Anda melihat sebuah
kesempatan besar dan dengan cepat mengambilnya. Ketidakberuntungan adalah
saat ide Anda tidak berjalan. Bukan berarti Anda gagal, tapi Anda harus
menjalankan plan B.

*Rule 5: “Maintain flexible persistence” – Pertahankan sikap persistence
yang fleksibel*

Sangat sering seorang entrepreneur diberikan nasehat yang berlawanan:
“Tetap tekun! Berkomitmenlah pada visi yang sudah dibuat!” atau “ubah ide
bisnis kamu berdasar data penggunaan produk oleh customer” Pahamilah kapan
harus merubah ide Anda! Tantangannya adalah untuk menjalankan ke dua advice
ini bersamaan dan tahu advice mana yang cocok di suatu situasi. Anda harus
tahu bagaimana menjalan sikap persistence yang fleksibel. Karena sebuah
nasihat tidak selalu cocok utnuk dijalankan, tergantung situasi & kondisi.


*Rule 6: “Launch early enough that you are embarrassed by your first
product release. “ Rilislah secepat mungkin sehingga Anda akan malu pada
peluncuran pertama produk Anda*


Start-up pertama saya, Socialnet.com, membutuhkan waktu Sembilan bulan
untuk meluncurkannya. Hal ini merupakan kesalahan yang besar. Kami ingin
semua detil situs sudah bisa dijalankan. Kami ingin orang-orang mengatakan
bahwa produk kami sangat dahsyat. Kami menghabiskan banyak waktu dan hal
itu membuat kami ketinggalan berbulan-bulan untuk menyelesaikan masalah
yang lebih penting untuk diselesaikan, “bagaimana cara mengantarkan produk
ini untuk digunakan jutaan user diluar sana?”

Dari hal itu saya belajar, *jika Anda tidak malu dengan peluncuran pertama
produk Anda, maka peluncuran tersebut sudah telat!*

*Rule 7: Bercita-citalah, tapi jangan terlena didalamnya*


Targetkan untuk mencapai yang terbaik, tapi hati-hati dengan rasa percaya
yang berlebihan terhadap teori-teori yang Anda pikirkan sendiri.
Meluncurkan produk Anda sedini mungkin adalah hal yang penting agar bisa
mempelajari bagaimana pelanggan menggunakan produk atau jasa Anda. Sama
pentingnya dengan mengidentifikasi dan mengukur sejauh apa Anda sudah
mencapai visi dan aspirasi Anda? Anda juga harus mendapat feedback dari
kolega dan rekan Anda. Inovator sangat mudah terlena dalam cerita dan dunia
mereka sendiri dibandingkan mempelajari ke arah mana tujuan mereka.

*Rule 8: “Having a great product is important but having great product
distribution is more important” Penting untuk memiliki produk yang luar
biasa, tapi memiliki distribusi produk yang luas lebih penting.*


Saya menemui banyak entrepreneur yang berpikir bahwa produk adalah hal yang
paling penting dan dengan produk terbaik Anda akan selalu menang. Yang
gagal disadari oleh banyak orang adalah, tanpa distribusi yang baik, sebuah
produk akan mati. Bagaimana cara Anda membawa produk Anda agar bisa
digunakan oleh jutaan atau bahkan milyaran pengguna?

*Rule 9 : “Pay close attention to culture and hires from the very
beginning” Perhatikan budaya dan perekrutan anggota/karyawan Anda sejak
awal.*


Orang-orang yang Anda rekrut akan menentukan budaya perusahaan Anda, jadi
pastikan mereka adalah orang yang baik. Mereka yang akan merekrut
orang-orang berikutnya. Nasehat lama mengatakan bahwa Anda membutuhkan
orang yang memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam start-up Anda. Tapi
apapun yang sudah mereka lakukan selama bertahun-tahun tidak akan membantu,
karena Anda sedang melakukan sesuatu yang tidak pernah dikerjakan
sebelumnya, begitu juga dengan dunia dan ladang kompetisi yang bergerak dan
berkembang dengan sangat cepat. Yang Anda butuhkan adalah orang-orang yang
bisa belajar dengan cepat.

*Rule.10: “Rules of entrepreneurship are guidelines, not laws of
nature.” Peraturan untuk entrepreneur adalah petunjuk, bukan hukum alam.*


Jangan terlalu memperhatikan peraturan yang dibuat oleh orang lain.
Entrepreneur adalah seorang inventor, mereka adalah orang yang sukses jika
membuat sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya dapat berjalan. Pada saat
tertentu, untuk menjalankan sesuatu Anda perlu melewati batas dari
peraturan yang sudah ada. Seorang entrepreneur bisa saja membuat peraturan
baru.



Wassalam,

Cahya

twitter : @cahyakartika