Kamis, 16 Juni 2011

Ibadah : Tazkiyyatun Nafs

Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,

Bagi kaum Muslimin yang merasa beriman kepada Allah swt senantiasa diingatkan oleh firman-NYA dalam Al-Quran bahwa, setiap orang bertanggungjawab atas amal-ibadah pribadi dan tidak memikul dosa orang lain kecuali dosa yang diperbuat sendiri. Apakah tidak perlu kita memikirkan kembali apa yang sudah kita fikirkan, ucapkan, tuliskan dan sebarkan, perbuat dan tindakkan selama hidup ini? Jika surga berada di bawah telapak kaki Ibunda, maka neraka berada di dalam diri pribadi.

Apabila kita tidak menginginkan masuk dan jatuh ke dalam neraka (al-naar) yang panas luarbiasa atau kita malah sudah masuk dan jatuh ke dalam neraka sekalipun, perlulah kita mawas diri dan berani jujur mengakui semua ucapan, tulisan, sebaran, tindakan dan perbuatan yang telah kita kenakan, berimplikasi, kepada semua obyek dalam lingkup ruang kehidupan dan kreativitas pemikiran kita. Tentu saja isi materi pengakuan pribadi itu sangat rahasia dan siapapun yang berstatus makhluq tidak perlu tahu dan mengetahui. Terutama pribadi sendiri jangan membuka rahasia tersebut di depan umum maupun di depan pribadi. Rahasia isi materi pengakuan itu titipkan saja kepada Allah swt untuk disimpan di tempat di mana makhluq dari kaliber, kwalitas dan model bagaimanapun tidak dapat mengetahuinya. Dan selanjutnya barulah mungkin kita melakukan pembersihan, pembasuhan dan penyucian diri pribadi.

Tindak pertama pembersihan, pembasuhan, penyucian pribadi adalah menghentikan dengan tanpa konsensus dan secara realis semua adat dan kebiasaan, titik tolak pemikiran dan perasaan, kufur dan munafik yang pernah dan masih kita lakukan. Dalam hal ini harus dilaksanakan secara logis, rasional dan dialektis dengan acuan tauhidullah.

Tindak kedua pembersihan, pembasuhan, penyucian, pribadi adalah merasakan keringanan beban di dada dan kepala tanpa angan-angan muluk bertemu dengan Allah swt atau rasulullah Muhammad saw almarhum. Angan-angan, impian, keinginan, cita-cita, ambisi yang nampaknya, sepertinya, kayaknya .... "luhur, suci, transendental, spiritual" demikian justru harus termasuk yang dibersihkan dari benak dan rongga dada kita.

Kita posisikan, letakkan, pribadi kita dalam koordinat makhluq yang diciptakan secara sewajarnya. Para ahli kebijaksanaan Jawa di masa lampau menyebutnya sebagai "sadarma, sumeleh". Ditemui atau tidak ditemui adalah bukan urusan pribadi tetapi urusan Sang Khalliq.

Tindak ketiga-tiga pembersihan, pembasuhan, penyucian pribadi adalah membangkitkan kesadaran sebagai manusia biologis dengan ahlaaq biologis (ahlaaq bawaan alamiyah dalam urutan penciptaan alam semesta seisinya) yang sudah berjanji memikul tugas sebagai waliullah, khalifatullah, manusia seutuhnya (al-insanu al-Kamil) yang menduduki jenjang kesempurnaan ciptaan Allah swt secara biologis dan kwantum-fisika (al-dzahiru wa al-baathin). Dengan pengakuan posisi kita sebagai manusia biologis yang mewarisi akhlaaq biologis, kita harus bangkit berdiri mengangkat akhlaaq warisan itu dan memikulnya setapak demi setapak menaiki jenjang akhlaaq kemanusiaan menuju tingkatan Al-Akhlaaqu al-Karimah.

Ketiga tindakan, perbuatan, usaha keras, yang nyata dan terpantau secara sosial ini insya'Allah akan mampu mengobati frustasi dan depressi yang secara psikologis kita derita dalam pertarungan untuk bisa bertahan hidup, memelihara dan mengembangkan rumahtangga sebagai satuan dasar masyarakat. Di dalam melancarkan rekonstruksi diri tersebut harus selalu membuka layar keihlasan bertindak agar dapat menampng hembusan angin Rahman dan Rahim dari Allah swt.

Berapa waktu yang dibutuhkan untuk itu semua? Jawabannya terletak di dalam diri pribadi masing-masing. Yang mengetahui secara nyata dan detail adalah pribadi kita dan Allah swt. Dan ini bergantung kepada tali hubungan pribadi dengan Allah swt. Erat tidaknya, kuat tidaknya tali hubungan di antara al-makhluq, diri pribadi, dengan Al-Khalliq pertama-tama sangat bergantung kepada pengertian, pemahaman dan persaksian pribadi atas keberadaan Allah swt (iman).

Di dalam proses ini pengertian dan pemahaman dari hasil olah fikir yang menganalisis semua input data informasi dari luar subyek dan dari dalam subyek (inherent informations) akan dipancarkan ke seluruh arah satuan ruang-waktu. Lewat jalur kerja inherent subyek juga dipancarkan hasil olah fikir itu dengan menggunakan transportasi ion dan transportasi fotonik (photonic) - atom ke dalam rongga dada subyek. Bits digital informasi demikian ini selanjutnya diolah menjadi gerak fluktuasi medan biologis rongga dada yang menghasilkan rasa persaksian holografis yang dalam bahasa simbol Qurani diungkapkan dengan kata "liqaa'a-lam,qaf,alif,hamzah".

Olah fikir demikian menuntut dilaksanakannya epistimologi sains. Oleh sebab itu penguasaan sains dan tenologi modern sangat krusial untuk dapat memahami Al-Quran sebagaimana yang dimaksudkan sendiri oleh Al-Quran. Dan implikasi dari penguasaan ini adalah kemengertian dan kefahaman terhadap Sang Khalliq sehingga tali hubungan dengan Beliau semakin teguh dan kuat. Dengan teguhnya dan kuatnya tali hubungan pribadi dengan Sang Khalliq maka akibat logisnya adalah kejujuran pribadi yang semakin tangguh berkembang mendasari medan biologis yang membangunkan levitasi (kemasan medan elektromagnetis terhadap obyek mengambang dalam ruang = gumantung tanpa canthelan - bhs Jawa) rasa kemanusiaan paripurna.

Setelah hijab pemikiran dan pemahaman dapat dibuka lantas akan dengan sendirinya hijab keragu-raguan rasa sirna dan Cahaya di atas cahaya akan menerangi seluruh jati diri pribadi. Alhamdulillahi Rabbi al-'alamiin, inilah saat yang paling intim diantara makhluq dan Khalliq.

Sesudah kita tindakkan semua itu marilah kita bersyukur dan hanya bersyukur dalam praktek kehidupan keseharian kita bersama anggaota keluarga dan masyarakat di mana kita hidup, berkarya dan mencari rizki yang disebar oleh Allah swt.


Wa bii Allahi taufiqu wa al-hidayah wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.