Jumat, 27 Mei 2011

Kajian Islam : Membuka pintu pemahaman dengan menggunakan akal dan logika

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.


Menjelang sore
suara musik yang mendayu dalam sebuah lagu dzikir itiraf
mengetuk hati ... mengelus hati, .... menembus hati
air mata runtuh jatuh berderai
butiran-butiran meleleh membasahi pipi
beruai
pelahan, runtuh satu demi satu
jatuh lagi, dalam haru, dalam sendu, sepenuh dada
membuncah, menguak, menggulung, menjulang tinggi
menguasai dada, menguasai jiwa, merunduk, jatuh tunduk
dalam butiran-butiran air mata yang turun satu demi satu
bersimbah air yang seolah tak akan pernah putus

kuresapi makna syairnya
Ya Tuhanku
aku tak layak akan surgamu
tapi aku tak sanggup nerakamu
terimalah taubatku
dan ampuni dosaku
Sesungguhnya Engkau pengampun dosa-dosa besar
dosa-dosaku bagaikan butiran pasir di pantai
Terimalah taubatku
Tuhan yang Maha Tinggi

air mata jatuh berderai
jatuh dalam harap
Terimalah aku .....
terimalah aku

Ya Tuhanku ....
jangan tinggalkan aku
jangan ... duhai jangan ... janganlah
meskipun sebentar saja
aku tak akan sanggup



Ya Tuhanku...
hambamu yang sering melakukan maksiat ini
datang kepadaMu
yang senantiasa berbuat dosa
dengan sesungguhnya tengah berdoa kepadaMu
jika Kau beri ampunan maka itulah hakMu

dan jika Kau tinggalkan, maka kepada siapa lagi
hendak ku harapkan

biarlah aku menangis
biarkanlah air mata ini jatuh berurai
biar ku curahkan dalam harap
biar ku datang kepadaMu
lagi dan lagi
tanpa lelah


Telah Kau limpahkan nikmat
yang sebanyak dan seluas ini kepadaku
belum sempat tunai kupanjatkan syukur
belum sempurna kukatakan terima kasih
belum genap kusujudkan syukurku kepadaMu
belum kusyukuri mataku
belum kusyukuri badanku
belum kusyukuri nafasku
belum cukup-cukupnya kupuja Engkau
belum puas-puasnya ku puji Engkau
maka hanya dalam untaian air mata
aku menangis kepadaMu
untukMu dan hanya kepadaMu
biarlah kalau hanya ini yang mampu ku lakukan
aku tak tahu harus bagaimana untuk mengungkapkan
aku tak tahu ... aku tak tahu ... aku tak tahu

maka hanya air mata yang ada
yang jatuh berderai
selalu kupeluk selalu kudamba selalu kucinta
dalam dekap yang aku tak tahu bagaimana mendekap
dalam peluk yang tak tahu bagaimana memeluk
dalam cinta yang tak tahu bagaimana ku mencinta

dalam rasa yang hanya mampu kutuang dalam butiran air mata
menitik satu demi satu
setiap butir adalah sebuah syukur yang dalam
setiap tetes adalah terima kasih yang berlimpah
menetes dalam pujian, menitik dalam pujaan

aku hanyalah sebutir debumu di padang pasir
yang hanya mampu menjadi ada atas kehendakMu
maka ampuni aku ... ampuni aku ...
astagfirullah ... astagfirullah Ya Rabi ... ampuni aku
ampuni aku ... dalam tangisku ... dalam tangisku
ampuni ... duhai Tuhanku ... ampuni aku
dekatkan aku kepadaMu
janganlah Kau tinggalkan aku
aku sepi .. dalam dingin hatiku
dalam bekunya hatiku
dalam gersang hatiku
dalam kelam hatiku
ampuni aku... ampuni aku
jangan jauhi aku
jangan ... jangan .. duhai janganlah

lihatlah tanganku yang lemah menjangkau
menjangkau dan menjangkau ... mencoba memelukMu
menjangkauMu ... dalam lemah hatiku
dalam lemah jiwaku ... dalam letih jiwaku
maka ampuni aku ... maka ampuni aku
dalam sungguhnya doaku .. dalam air mata yang terburai
entah berapa banyak yang runtuh memujaMu
entah berapa banyak lagi akan kuruntuhkan
untuk mengharap datangMu di hatiku

lihatlah mataku
yang telah semakin sembab dalam tangis
menghiba kepadaMu dan hanya kepadaMu
aku datang seadanya ... aku mengeluh seadanya
dalam sujudku sejujurnya dalam tangisku sejujurnya
kubuka hatiku .. dalam letihnya hatiku
dalam berjuta dan berjuta rasa
namun inilah diriku seadanya
hanya doa sederhana saja kepadaMu
Ya Illahi ... Ya Tuhanku
aku merindukanMu sepanjang jalanku
sepanjang hidupku saat ini
penuh harapan ... jangan sesatkan aku
tunjuki aku agar selalu kembali ....tunjuki aku
ampuni ... ampuni ... ampuni aku


Ijinkanlah aku menjadi apa saja untukMu
biarkanlah aku menjadi apa saja bagiMu
aku yang lemah ... aku yang teramat lemah
yang tak tahu apa mauMu
maka hanya kumohon kepadaMu
ampuni aku ... ampuni ... ampuni
aku tak tahu ...sungguh aku tak tahu
... aku tak tahu ... aku tak tahu

jangan biarkan aku dalam keraguan
kuatkan aku ... kuatkan aku ... kuatkan aku
jiwa ragaku ... imanku ...

aku telah rela kepadaMu
aku telah rela menjadi apa saja bagiMu
aku telah ridho kepadaMu
aku telah ridho menjadi apa saja bagiMu
namun sungguh aku tak tahu
aku tak tahu dan aku tak tahu
maka tunjuki ...tunjukilah aku
demi namaMu
duhai Tuhanku
demi namaMu
demi Engkau
demi kesucianMu
demi keagunganMu
demi keperkasaanMu
demi janjiMu
demi sumpahMu
tunjukkanlah kepadaku kebenaran jalan lurus
jalan yang Kau berikan

Musik yang diterima oleh otak akan mampu meresap dan menimbulkan pemahaman. Musik penuh ajakan dan penuh keimanan seperti yang disebutkan diatas akan menimbulkan "rasa keimanan" yang dalam, yang menggetarkan hati, menimbulkan kecintaan dan menimbulkan ketenangan. demikian pula puisi yang indah akan mampu membawa otak ke arah yang sama. Apa yang dilihat dan di dengar akan menimbulkan dampak yang sama. Bacaan atu wirid yang dibaca secara diulang-ulang akan menimbulkan pemahaman dan akan membawa ketenangan karena sugesti dari dalam diri sendiri.
Semua ini adalah daya dan kemampuan otak yang akan mampu membawa manusia ke arah ketenangan dan kebahagiaan. Tidak perduli beragama atau tidak beragama. Apapun agamanya akan menghasilkan daya kerja otak yang sama. Tidak perduli aliran atau madzab serta keyakinan, akan menimbulkan dampak dan efek yang sama karena daya kerja otak yang luar biasa ini.
Namun daya ini adalah daya sementara, seumpama daya pada sebuah komputer. Daya dari Allah seumpama aliran listrik dari sumber listrik yang tak terputus. Sedangkan daya kerja otak hanyalah sebuah daya listrik dari baterei yang harus selalu di charge ulang. Ketika daya baterei ini melemah maka banyak operasi yang tidak mampu dilakukan lagi. Maka perlu charge ulang terus menerus. Idealnya adalah menggunakan daya langsung dari sumber listrik terus menerus sehingga tidak akan terputus dan mampu mengoperasikan seluruh program secara sempurna.

Gambaran antara daya dalam diri kita karena hasil kerja otak kita dengan daya yang berasal dari Allah. Seumpama melihat sebuah komputer yang tersambung dengan jaringan internet. Ketika kita melihat sebuah gambar screen saver di layar, apa pemahaman bagi orang tersebut maka tergantung seberapa banyak pengetahuan tentang komputer, tentang desain bahkan tentang bahasa mesin yang hanya berisi kombinasi bilangan biner dua digit 0 dan 1, on dan off. Kombinasi on dan off ini yang mengalirkan seluruh informasi yang mampu kita lihat di layar monitor ini. Ketika aliran listrik ada dan aliran "software" yang benar ada maka komputer ini akan bekerja dengan benar. Namun ketika aliran software itu berupa virus maka komputer akan macet dan rusak. Maka kita harus menggunakan daya listrik dan aliran software yang benar, selalu mengupdate anti virus, spyware dan lain software sesuai dengan kebutuhan, terutama software utama yang berasal dari pembuat komputer itu karena dia yang mengerti benar cara kerja komputer irtu bersama seluruh kelemahan yaitu operating systemnya, yang tentu saja tergantung dari rencana si pembuat untuk apa komputer itu dibuat, apakah hanya sebagai game atau alat penghitung ataukah di desain untuk menjadi sebuah alat gambar dan lain sebagainya.

Pada komputer yang lengkap yang terhubung dengan internet, ada cpu, ada hardware dan ada jaringan listrik serta jaringan internet. Maka dibutuhkan sebuah "operating system" yang bekerja secara otomatis dan tentu saja perlu aliran listrik. Operating system ini mengolah daya listrik yang ada untuk menjalankan program-program yang diperintahkan dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling rumit. Menjalankan seluruh bagian komputer dari yang paling kecil, dari keyboard dengan huruf-hurufnya, perintah-perintahnya yang sangat banyak, sampai dengan kerja cpu yang luar biasa rumitnya serta menampilkannya di layar sehingga muncul bentuk-bentuk yang luar biasa indah dan menakjubkan di layar kaca. Sebuah maha karya yang luar biasa bagi seorang awam. Bayangkan seandainya kita bawa komputer ini ke masa seratus tahun yang lalu maka mereka semua akan terperangah dan menganggap sebagai sebuah mukjizat dari Tuhan.

Dalam diri manusia kita memiliki segala sesuatu yang jauh lebih rumit dan luar biasa, sebuah maha karya yang luar biasa. Namun permisalan seperti di atas yaitu seorang pengamat komputer itu cukup layak untuk disajikan sebagai sebuah model sederhana.

Begitu banyak pemahaman-pemahaman yang masuk dan telah ada dalam diri manusia dewasa, seumpama sebuah komputer telah menerima berjuta software, dan seringkali membuka software itu sekaligus, sehingga melebihi kapasitas memory internal sehingga sering "hung" atau "blank". Kalau sebuah komputer kita sering harus melakukan "reboot" sehingga mampu memulai semua program dengan baik. Kemudian menghapus seluruh virus, atau menutup aplikasi-aplikasi yang tidak perlu. Kesadaran kita adalah seumpama operator komputer yang akan mengoperasikan komputer itu sesuai dengan kehendak pembuat komputer. Dia harus menentukan langkah-langkah atau operasi-operasi serta program-program berdasarkan manual yang ada yaitu Al quran dan Hadist. Dan tentu saja harus selalu mengupdate secara langsung kepada Pembuat Komputer itu.

Kondisi ketika komputer siap dan sempurna pada saat baru dinyalakan adalah seumpama kondisi fitrah. Operator komputer yaitu kesadaran kita yang tahu ke arah mana kita menuju, menjalankan, ke arah mana jalan yang harus di tempuh dan tahu siapa pencipta. Karena dialah yang mampu dan sadar.
Dalam kehidupan kita, maka sholat dan puasa adalah seperti operasi untuk menutup program yang terbuka, menghilangkan atau menghapus virus. Sehingga kita akan mencapai fitrah. Membuat otak (cpu) untuk tidak bekerja namun siap dan siaga dalam bekerja dan menyimpan hasil.

Kita harus mampu menuju fitrah, meniadakan daya kerja otak, meniadakan daya kerja nafsu. Menutup seluruh program. Sehingga seperti komputer yang baru. Kemudian menginstall aplikasi yang sesuai dengan tujuan diadakan komputer tersebut.



Kita memang selalu merugi, maka dalam sholat kita sebenarnya melakukan evaluasi, selalu dalam sholat kita coba kalkulasi kerugian demi kerugian.
Dan memang tidak akan pernah mampu mendapatkan untung sama sekali, kecuali ada bantuan dari Allah. Sungguh berat melakukan itu dengan usaha sendiri bahkan mungkin tak akan mampu.

Maka hanya dengan bermohon agar diberi kesabaran, memohon diberikan iman, memohon masih ditetapkan dalam Islam, diteguhkan dalam ketakwaan.

Yang terutama merasakan kepada siapa sebenarnya kita memohon. Yaitu kepada Tuhan Seluruh alam semesta ini. Pencipta Langit dan bumi.
Merasakan dayaNya yang mengaliri kita, merasakan dayaNya yang mengatur dan menggerakkan nafas kita, merasakan dayaNya yang menggerakan dan memperkerjakan jantung dan seluruh organ tubuh kita.
Seluruh organ tubuh kita sedang meluruh menuju ke suatu titik kepastian yaitu kemusnahan.
Seperti sebuah bom yang tengah diaktifkan dan menunggu titik kemusnahan, jam tubuh yang berdetak setiap detik meluruh dan hilang.
Dan yang tersisa kesadaran kita, jiwa kita, ruh atau arwah kita apapun sebutannya. Akan kemana sesudah itu, tentu saja kembali kepada Sang Pencipta.

Maka kita yang akan mempertanggungjawabkan, apakah sudah benar-benar mempelajari agama, apakah sudah benar-benar mengenal Allah, apakah sudah benar-benar mengenal Rasul.
Apakah yang kita kenali itu sudah benar, apakah kita tidak seperti yang disindir oleh Al Quran sebagai kaum yang hanya mau menerima ajaran Bapak-bapaknya atau nenek moyangnya.
Apakah kita sudah menggunakan daya kita atau otak kita untuk benar-benar mengenal Allah. Yaitu menggunakan ikhsan dalam usaha mengenal Allah.

Agama adalah serius. Satu hal yang sangat serius. Satu hal yang paling serius dalam kehidupan kita. maka kita harus sungguh-sungguh dalam beragama.
Tuhan adalah masalah individu, maka menyembah Allah, yaitu satu-satuNya Tuhan yang berhak dan layak disembah adalah masalah pribadi yang paling serius dalam hidup kita.
Pasti akan selalu timbul pertanyaan: Apakah benar kita sudah mengenal Allah.
dan ini akan berulang dan berulang terus dalam bentuk yang berbeda, dalam sisi yang berbeda, dalam pemahaman yang berbeda.
Sebuah jawaban sederhana yang mungkin tidak akan memuaskan banyak orang yang menggunakan akalnya.
Kita tidak akan mampu mengenal Allah dengan kemampuan kita.
Kecuali Allah yang mengenalkan diriNya sendiri kepada kita.

Namun:
Keyakinan akan muncul dan kuat, ketika Allah sudah mengenalkan diriNya kepada kita, tanpa kata, tanpa huruf dan tanpa kalimat.
Kita hanya tahu dan sadar. Dialah Allah Tuhanku. Tuhan semesta Alam.

(Bagian itu telah dikisahkan banyak sekali dan selalu akan diulang-ulang, karena inti agama adalah Tauhid, mengenal Allah, mengesakan Allah)

Bagaimana cara kita untuk mendapatkan itu, maka kita haruslah berusaha mendekatiNya, memohon, merayu, meminta, memuja, memuji agar Allah mau mengenalkan diriNya kepada kita, lalu memberikan pelajaran secara langsung kepada kita. Sebagaimana Allah yang mengajari burung-burung, lebah dan lain sebagainya.
hal ini hanya bisa kita mulai ketika kita sudah menempatkan diri kita dalam kondisi fitrah. Yaitu sebuah kesadaran akan fitrah. Dimana kita menutup akses atas tubuh kita, akal atau otak dan nafsu. Lalu merasakan atau menyadari adanya Suatu Dzat yang sangat dekat yang lebih dekat dari leher kita. Dzat yang meliputi diri kita.
Tulisan berikutnya akan mencoba mengungkap bagaimana kesadaran akan fitrah ini menuju kesadaran di atas kesadaran. Bagaimana peran akal kita dalam mempersiapkan diri ke arah itu. Bagaimana prosesnya. Insya ALlah akan disajikan dalam sambungan tulisan ini.

Semoga kisah ini menambah wawasan, membuka sebuah gerbang pemahaman dari sebuah pengalaman panjang yang dialami. Bagaikan membaca sebuah hikayat atau kisah yang pernah ada dan pernah terjadi pada diri seseorang.

Apakah anda yang membaca ini mampu memahami atau tidak, maka penulis serahkan kepada pembaca sendiri dan tentu saja kepada Allah. Karena penulis hanya mencoba menuangkan sebuah rasa dalam tulisan, suatu bentuk dalam dada yang tanpa bentuk. Suatu pemahaman tanpa kata. Sebagaimana kita bicara cinta, maka hanya orang yang pernah merasakan cinta yang mampu memahami cinta, namun cinta antara satu orang dengan orang lain tentu berbeda, walaupun ada sisi-sisi persamaannya.

Sebelumnya penulis memohon berjuta maaf, atas kesalahan, atas kekhilafan atas segala bentuk ego, nafsu dari dalam diri sendiri, entah itu kesombongan, entah itu bangga diri, dan banyak penyakit-penyakit hati dari dalam diri penulis. Dengan setulus hati meminta dibukakan pintu maaf. Semoga Allah mengampuni dan memaafkan semua kesalahan ini baik yang penulis sengaja maupun yang tidak.



Wassalam

Imam Sarjono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.