Kamis, 05 Mei 2011

Film Dokumenter sebuah Pesanan

Written by Tonny

Pada mulanya adalah film

Kreativitas, katanya, sebuah dunia tanpa batas. Kreativitas, akan mendorong bentuk-bentuk penemuan. Penemuan inilah yang mendorong produktivitas. Proses kreatif dan mencipta, akan melahirkan pertumbuhan-pertumbuhan baru. Mesin kreativitas hanya akan berjalan manakala terdapat beragam bentuk gagasan-gagasan sebagai bahan bakunya. Dunia gagasan senantiasa bertaut dengan apa yang mendorong lahirnya penemuan-penemuan baru itu.

Film dokumenter, awalnya berangkat dari satu gagasan. Yang lantas, melalui sebuah proses kreatif. Dunia gagasan akan menjadi sumber lahirnya beragam bentuk film dokumenter. Ketika kita menikmati film dokumenter, maka yang ditonton adalah dunia gagasan. Pembuat film dokumenter, berupaya untuk mencoba mengkomunikasikan ide-idenya, lewat perpaduan antara gambar dan suara. Sebuah dunia cangkokan, yang rasanya, lebih lengkap. Ada gambar, ada suara dan karakter. Pembuat film dokumenter ingin memberikan sebuah peyakinan kepada penontonnya tentang apa yang ia rekam.


Kebanyakan pembuat film mempunyai latar belakang dan alasan kenapa ia ingin membuat film dengan tema tertentu. Latar belakang inilah, yang menjadi motivator dari sebuah proses kreatif, mencipta. Pembuat film dokumenter senantiasa berhadapan dengan realita, kondisi dan peristiwa. Peristiwa dan momen, di tangan seorang pembuat film dokumenter akan menjadi sebuah film. Tetapi ketika ia sudah menjadi sebuah film, sesungguhnya peristiwa dan momen tersebut sudah mengalami intervensi. Peristiwa yang terkemas dan terintervensi itulah yang pada akhirnya sampai ke mata penonton.

Lantas, dari mana datangnya ide film dokumenter ? Membuat film dokumenter, itu sebuah proses. Awalnya, dari gagasan atau ide. Gagasan-ide, berangkat dari hal-hal yang sederhana. Mungkin, banyak dari penonton bisa dibuat kagum dengan hadirnya ide dalam film. Proses komunikasi ide inilah, yang menjadi penting. Asal muasal ide yang dikemas dalam film sebagai bentuk proses komunikasi, akan menjadi daya tariknya. Terkadang, ide itu sangat menarik, kuat, dan sensasional. Namun, cara kemas komunikasinya yang tidak pas akan menjadikan film itu biasa-biasa saja. Adakalanya pula, idenya sangat sederhana. Tetapi, pembuatnya mempunyai ketrampilan, dan bakat dalam cara pengemasan, sehingga menjadikan penonton terpesona.

Proses awal dari mencipta adalah, ketika pembuat menemukan ide. Ide, gagasan ini merupakan pijakan yang dipakai untuk memulai segalanya. Mungkin, ide itu awalnya hanya sebuah sambil lalu. Namun, ketika ada upaya untuk mengamati, membongkar segenap unsurnya, dan merekamnya dengan seperangkat teknologi, pada akhirnya ia akan menjadi sebuah film. Proses ini panjang. Butuh ketekunan, kemampuan berimajinasi, mengkalkulasi segenap resiko, dan kemampuan memfungsikan teknologi rekam gambar yang semakin sederhana-efektif, namun berkualitas.

Ide film dokumenter, sesungguhnya bisa berasal dari manapun. Gagasan film dokumenter, dapat ditemui dari ketidaksengajaan. Secara tidak sengaja, siapapun bisa menemukan dan akhirnya membuatnya menjadi sebuah film. Gagasan film akan mempunyai potensi yang kuat, manakala di dalam ide tersebut mampu mewakili persoalan banyak orang. Penonton, akan terpesona dengan sebuah film jika ia merasa dirinya terwakili dalam film tersebut.

Gagasan, ide film sesungguhnya bisa berasal dari manapun, tanpa ada batasan ruang dan waktu. Bisa berasal dari cerita orang lain, yang tanpa sengaja kita dengarkan. Lalu, pembuat film mencoba untuk menindaklanjutinya. Ide film juga bisa berasal dari bacaan buku, majalah, koran, radio, televisi, hasil penelitian dan yang lain. Sumber-sumber ide inilah yang menjadi amunisi pembuat film. Dari keragaman ide inilah pada akhirnya pembuat film akan mencoba menjadikannya, membentuknya dalam film. Tentu, ide yang menarik harus dilatarbekangi oleh adanya kepentingan si pembuat film itu sendiri.

Pembuat film, seringkali memandang apa yang terjadi dalam lingkungan sosialnya. Pembuat film mengamati. Upaya untuk melihat tentang apa yang terjadi dalam lingkungannya, seringkali melahirkan sebuah gagasan film. Cara pandang, yang akhirnya melahirkan sebuah gagasan, akan menjadi sebuah pijakan dalam membuat film dokumenter. Tidaklah aneh, jika seringkali muncul pertanyaan : apakah membuat film dokumenter itu hanya sekadar butuh ide saja ?

Adanya cara pandang, dan kemampuan dalam mengolah ide gagasan, akan sangat menentukan bagi film dokumenter itu sendiri. Pengamatan, dari beragam sumber, pada akhirnya menimbulkan sebuah kegelisahan dan kemudian, kepedulian. Dengan latarbelakang, kerangka berpikir plus kepentingan si pembuat film, maka film itu akan mempunyai kejelasan. Nampaknya, ini menjadi sebuah prasyarat, bagi pembuat film dokumenter.

Jadi, ide – gagasan dalam film, bukan sekadar satu hal pokok yang ingin dilontarkan. Pesan, dalam film dokumenter menjadi penting. Kita senantiasa selalu bertanya, film dokumenter yang hendak ditonton, akan memberikan cerita seperti apa ? Ini sebuah pesan, tentunya. Pesan inilah yang pada akhirnya akan menjadi satu faktor pendorong, manakala penonton ingin menikmati film.

Pesan disini, bukan sekadar ide yang dipunyai pembuat film dokumenter. Penonton setidaknya akan tergoda untuk bisa melihat sebuah cara pandang dari pembuat film dokumenter. Ketika pembuat film melihat sebuah peristiwa, kondisi, yang ada dalam lingkungannya, ia akan merepresentasikannya kembali dalam bentuk film. Alhasil, apa yang seringkali terlihat dalam film dokumenter, mempunyai kesan memang nyata, penuh fakta dan riil. Sesuatu (gambaran visual dan bersuara) yang berupaya untuk bisa meyakinkan penontonnya. Upaya untuk memberikan keyakinan, atau meneguhkan tingkat kepercayaan adalah aspek yang terkandungi dalam film dokumenter.

Tidaklah aneh, jika pembuat film dokumenter seringkali terbebani pada aspek yang mewajibkan untuk memberikan keteguhan dan peneguhan. Entah, peneguhan baru ? Atau memang, sebuah fakta yang lantas diangkat dalam film dokumenter akan menjadi sebuah fakta yang baru pula. Pada sisi inilah, perdebatan tentang film dokumenter tiada akan pernah usai.

Jujur, membuat film memang sebuah proses.(rangkaian/proses) Upaya untuk bisa menemukan, menyeleksi dan mengungkapkannya kembali. Konon, beberapa pembuat film mengerjakan film dokumenter, atas nama kegelisahan atau kegundahan pada sebuah peristiwa. Adakalanya pula, mencipta film dokumenter karena ada pihak pendana yang memintanya. Jadi, memang ada kepentingan. Kepentingan-kepentingan yang terkadang, sulit untuk terdeteksi. Ada pula yang membuat film dokumenter didorong oleh sebuah idealisme dari sebuah peristiwa.

Bagi saya, dorongan membuat film itu, bisa bercampur. Kebanyakan memang atas kepentingan pemilik dana. Alias, yang memberikan uang kepada saya. Jujur, ini salah satunya yang membuat saya bisa bertahan hidup!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.