Biasanya, di hari-hari akhir dipenghujung tahun, ada semangat untuk mengkaji
"flash back" acara2x televisi tahun itu ditambah dengan prediksi acara televisi
yang bakal mendominasi mata pemirsa ditahun berikutnya. Tapi entah kenapa,
dipenghujung 2010 ini, rasanya otak tua ini tidak mau lagi diajak berpikir,
ber-analisa, ber-cengkerama dengan angka2x Rating Nielsen Televisi. Apalagi
mencari jawaban: "kira2x acara televisi apa yang bakal sukses di 2011?", kok
tidak mampu ya. Menebak saja tidak berani. Ada apa ini?
Tepat pas 12 malam 2010, tepat pas "drop ball" di kota New York menyentuh
lantai, tiba2x mata ini lagi2x sontak, "ada apa dengan televisi Indonesia?".
ANTV tampil dengan regular program, Trans TV dan RCTI memutar film
Hollywood,
Trans 7 ada ramalan ala Dedy dan Ki Joko, MNC dan Global TV hampir seragam.
Hanya SCTV, Metro TV dan TV One yang masih mempunyai semangat memberikan acara
dan liputan tahun baru dengan meriah. Dan sontak pula, tangan ini memencet
remote control: MTV ada special show dgn setting clubbing, sementara CNN, ABC
dan NBC heboh "live show" dari New York dan kota2x dunia lain. FOX TV,
melenggang sendirian, "live show" dari Las Vegas. Walau kali ini hanya duduk
berpesta keluarga depan televisi, nafas dan dentuman tahun baru merasuk lewat
speaker layar televisi. Satu jam kemudian, mata iseng ini kembali melirik
acara2x televisi Indonesia, mmmm... kurang menarik. Hanya Metro TV saja yang
berhasil mencuri perhatian, memutar film "Help" The Beatles. Lalu, kalau begini,
"kira2x format acara televisi apa yang bakal sukses di 2011?"...
Kalau kita menengok sebentar ke 2010, tanpa berhitung pada akurasi
peringkat
Rating Nielsen, format acara televisi kita kembali menampilkan format "Serupa
Tapi Tak Sama". Dari sisi inovasi format dan kreatifitas desain produksi, Trans
TV dan Trans 7 cukup berhasil mempertahankan posisi sebagai trend-setter
televisi Indonesia yang dulu dimiliki oleh Indosiar. Lepas dari menurunnya
Extravaganza, dua stasiun bersaudara ini justru tampil dengan Reality, Game dan
Variety Show yang semakin mendominasi penampilan. Bahkan dua program "Jika Aku
Menjadi" dan "Opera Van Java" bisa disebut sebagai "out of the box" format
televisi 2010. Walau, muncul kekhawatiran, bila dikocok terus setiap hari maka
penonton bisa bosan dan pergi tanpa kesan. Tapi disinilah tantangan mereka, toh
kreatifitas itu harus dibangun dari kejemuan dan pelanggaran batas. Satu catatan
lagi, ditengah arus Soap Opera yang menjadi bintang di tv2x lain, Trans TV
justru tampil dengan Bioskop Trans TV yang memutar film2x papan
atas Hollywood.
Teknik programming "stealing the remote" berhasil diterapkan dan merobek tatanan
monoestik sinetronisme Indonesia.
Tapi Trans Grup harus terus berjibaku dengan pesaing utama, RCTI. Goyangan
Dahsyat Olga dan Rafi dipagi hari, walau terasa agak kedodoran tetapi masih
tetap mendominasi ibu2x dan mahasiswi bangun pagi. Di sore hari, Kabar-Kabari
dan Cek-Ricek punya penonton tetap dan setia pada ke-Gosipan Artis. Dan yang
menarik, ditengah perjalanan tahun 2010, tiba2x RCTI sempat terasa hambar, tidak
ada tenaga bahkan cenderung "loss of translation". Sinetron kurang menggigigit,
Indonesia Idol menjadi rutin show biasa dan kurang program komedi.Mungkin ini
adalah dampak dari berpindahnya para Punggawa dan Sosok RCTI ke Kerajaan lain.
Tapi, tiga bulan sebelum layar 2010 ditutup, tiba2x RCTI kembali menggebrak dan
menjadi juara peringkat Rating Nielsen. Awalnya adalah stripping "Si Doel Anak
Sekolahan"
dipagi hari! Kekuatan betawi saba kota dan adu mulut Mandra versus
(alm) Basuki berhasil merobek rutinitas tontonan televisi pagi hari. Lalu muncul
"Mama Udah Bobo" dan terakhir Semi Final dan Final Sepak Bola Piala AFF Suzuki
Cup 2010. RCTIpun kembali menjadi Oke di bulan Desember 2010. Thanks to Gonzales
dan Irfan...
Tapi gemerlap RCTI tidak diikuti oleh dua sanak keluarganya yaitu MNC dan Global
TV. Sebagai pengganti raja dangdut TPI, MNC masih terus mencari bentuk terbaik
untuk menunjukkan "positioning"nya. Belting program anak2x dari Disney Club
hingga Upin-Ipin memang strategi jitu untuk meraup perhatian produk2x anak2x
tetapi disisi lain, program2x ini justru harus bersaing dengan saudara sendiri
Global TV. Upin-Ipin berhadapan dengan Penguins of Madagaskar, sementara Tom and
Jerry bersaing dengan Sponge Bob. Agak heran juga, bagaimana strategi keluarga
bila justru bersaing sesama mereka? Atau bisa jadi ini
adalah strategi mengepung
target penonton anak2x untuk penjualan paket marketing bersama. Walau secara
tema, Global TV lebih punya posisi yang selalu setia, meraup anak2x muda lewat
MTV dan serial Glee. Global berhasil bersaing dengan lawan utama mereka yaitu
ANTV yang belakangan justru masuk ke pasar keluarga dan melebarkan pasar anak
muda ke profesional. ANTV, justru menarik, tampil dengan warna-warni baru, live
Show, game show dan program andalan Penghuni Terakhir. ANTV bisa dibilang stabil
dan bisa bertahan diposisi rating ke 6 atau 7. Pesaing ANTV bukan Global atau
MNC, tapi Trans 7. Dan inilah yang memacu ANTV untuk terus berkreatifitas karena
Trans 7 mampu mempersembahkan karya2x yang lagi2x "out of the box". Kekuatan
ANTV masih pada tayangan Liga Sepakbola lokal, Seleb Ngamen dan program klasik,
Lensor atau Lensa Olah Raga.
Bagaimana dengan SCTV? Stasiun televisi yang gemar memberikan Award
pada
acara2xnya sendiri ini (SCTV AWARD), tahun 2010 adalah tahun SCTV dilanda Cinta.
Dan Cinta memang ada dimana-mana, lihat saja, ada "Cinta Fitri", ada "Cinta
Kita", "Cinta Gang", "Cinta Milik Siapa" dan yang paling heboh "Atas Nama
Cinta". Lewat nada-nada Cinta inilah SCTV masih terus merajai Soap Opera
Indonesia. Kalaupun berjudul lain seperti "Juragan Jengkol", "Islam KTP" atau
"Janji Juki", tetap saja ada Cinta didalam hati. Tema Cinta ini pula yang
dipakai SCTV untuk mengangkat "Uya memang Kuya" dan "Cinta Juga Kuya". Dengan
modal sulap dan teknik Ilusi, Uya berhasil memberikan pilihan bagi penonton yang
bosan dengan politik dan gosip artis. Sementara, Liputan 6 masih tetap solid dan
diminati, walau sudah ada Metro TV dan TV One. Ini menarik, artinya,
kredibilitas Liputan 6 sangat kuat dan hanya bisa disaingi oleh program berita
klasik di RCTI, Seputar Indonesia.
TV One VS Metro TV? belum ada
pemenangnya. TV One memang terus menghadirkan
program2x ter-aktual dengan berita2x Gress lewat Apa Kabar Indonesia yang mampu
menghadirkan narasumber2x dari topik2x yang sedang hangat. TV One juga mempunyai
koresponden yang kuat dilapangan, yang siap menyajikan berita secara faktual dan
aktual. Tapi, Metro TV justru menghadirkan gaya berita yang berbeda. Hadirnya
"8Eleven", program majalah berita yang disajikan dengan santai dan mempunyai
rubrikasi rutin justru menjadi alternatif bagi penonton yang bosan dengan
aktualisasi, gosip dan program anak2x. Metro juga banyak mengandalkan Talk-Show
modern lewat Oprah Winfrey Show, Just Alvin dan Kick Andy. Metro menjadi lebih
personal, sementara TV One menjadi lebih "hard news" tv.
Dan di tahun 2010, televisi yang kehilangan daya cengkram kreatifitas adalah
Indosiar. Walau masih berada diantara lima peringkat utama televisi, Indosiar
terlihat goyah dan ter-antuk-antuk.
Hampir semua format televisi yang digelar,
cenderung menjadi "serupa tapi tak sama" dengan stasiun tv lain. Dilayar
sinetron, Indosiar seperti kehilangan arah, apalagi sempat menampilkan sinetron
Superboy yang jauh diluar logika manusia. Tapi, Indosiar ini pemain senior,
gebrakan pertama yang dilakukan di tahun 2011? Cinta Fitri sesi 7 ada di
Indosiar. Sementara kuis 1 lawan 100 yang sukses di Amerika, pasti akan
menaikkan kembali pamor Indosiar.
Wah... tidak terasam panjang juga menulis diatas, tapi itu semua adalah
Flashback di 2010. Saat otak tua ini kembali berpikir analisa televisi di 2011?
tiba2x "blank"! Bablas! Kenapa begitu sulit? ternyata jawabannya cuma satu.
Tahun 2011 ini kelihatannya acara2x televisi masih saja "serupa tapi tak sama".
Apalagi, para bintang, host, musisi, artis, selebriti yang tampil ya itu2x saja.
Sulit untuk mencari diferensiasi dalam "Brand", karena pembawa dan pengisi acara
ya
dari itu ke itu saja. Dan ini yang membedakan ratusan channel televisi di
Amerika, walau format "serupa tapi tak sama", namun Brand acara dibangun lewat
personality dari bintang pembawa acaranya. Itulah mengapa nama2x seperti Oprah
Winfrey, David Letterman, Jay Leno, Larry King, Barbara Walters, Howie Mandel
dan Ryan Seacrest tetap menjadi idola sepanjang masa (bukan musiman). Itulah
mengapa Bob Baker bisa menjadi Host acara "The Price is Right" selama lebih dari
30 tahun, karena Bob hanya menjadi Host diacara ini. Bila ada acara lain, Bob
hanya menjadi bintang tamu atau special Host. Inilah yang dilakukan oleh Dirk
Clark yang selalu menjadi host di acara New Year Eve special. Belakangan Dirk
kenal Stroke dan posisinya digantikan oleh Ryan Seacrest. Ryan sendiri hanya
menjadi host di American Idol dan E Entertainment....
Jadi 2011? Wajah acara televisi kita masih getuk tular. Masih "serupa tapi tak
sama". Hanya
saja ada televisi yang serupa tapi berwajah rupawan dan cantik,
yang lain serupa tapi berwajah lucu dan menyeramkan... ah tinggal pilih saja,
wajah mana yang suka...
dari bung naratama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.