Kamis, 13 Januari 2011

Analogi Toko Online

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Seringkali saya yang awam mengenai IT, dunia online dan segala macam
perniknya suka bingung mendeskripsikan istilah2 yang ada. Dan ternyata dalam
kesempatan menemani pendampingan usaha seorang rekan terhadap klien, klien
itu juga sama2 kurang paham sehingga kesulitan menjelaskannya.

Berangkat dari kesulitan2 itu maka saya iseng bikin analogi untuk diri
sendiri untuk mempermudah pemahaman. Seperti untuk membangun toko online
atau webstore bagi pemula maka analogi-nya saya arahkan seperti membangun
toko offline. Mohon maaf sekali jika tulisan ini begitu bernuansa 'basic',
anggap aja tulisan orang iseng atau intermezo hehe.

Dalam membuat toko online atau webstore maka ada beberapa komponen :

1. Domain

Penjelasan yang paling sederhana untuk hal ini adalah 'address' alias
alamat. Klo dianalogikan ke toko offline seperti alamat toko. Di kota apa,
komplek atau mall apa, jalan apa dsb. Alamat ini jelas penting sebagai
petunjuk, promosi dan branding pemilik toko. Biaya membeli domain ini ada di
kisaran Rp. 80-100 ribu.

2. Hosting

Setelah memiliki alamat yang sudah dibeli (alamat koq dibeli hehe) maka kita
perlu 'tempat penyimpanan' atau server untuk menampung aktivitas webstore
kita, seberapa besar kapasitas (mega atau giga) yang dibutuhkan. Analogi
yang saya dapat seperti tanah dimana kita akan membangun pondasi untuk toko
offline. Mau sebesar dan seluas apa ?. Biaya menyewa 'tanah' dari provider
hosting ini sebesar kisaran Rp. 1000-100.000 per bulan.

3. Web

Domain udah, hosting udah, tinggal membangun web-nya. Untuk desain apakah
mau bikin sendiri ala blog atau dibikinkan oleh web developer ?. Klo seperti
toko offline mau didesain sendiri baik eksterior maupun interior atau pake
jasa arsitek atau perancang interior ?. Klo pake jasa pastinya ada harga
yang mesti dibayar. Harganya dari mulai Rp. 500.000 hingga belum
terdefinisikan maksimalnya, hehe karena saya pernah dengar ada yang sampai
100 juta bahkan lebih untuk web korporat.

Dan tentu saja bagi yang tukang bikin web, sama halnya dengan seorang
arsitek, membutuhkan data dan informasi yang lengkap dan detil dari kita
seperti konsep dari toko online atau webstore yang kita bangun, desain
templatenya akan mau jadi seperti apa baik warna, susunan, aplikasi yang
diinginkan dsb. Saya pernah dimarahi karena mau pesen toko online tapi gak
jelas maunya gimana, ini konsumen malah diomelin hahaha, untung temen.

4. SEO

Jika semua sudah disiapkan dan dibangun maka katanya kita juga butuh SEO
yaitu Search Engine Optimization. Adalah bagaimana memposisikan webstore
kita di urutan pertama atau halaman pertama sebuah search engine seperti
Google. Karena posisi inilah potensi terbesar pengunjung melihat domain
webstore kita. Karena inilah salah satu proses promosi atau pemasaran yang
juga penting bagi suatu usaha. Biayanya mulai dari ratusan ribu hingga
jutaan atau seringkali sudah termasuk fasilitas jika kita mengambil paket
jasa pembuatan web.

Untuk hal ini ada yang bilang penting ada yang bilang tidak. Namun saya
menganalogikannya seperti mendapatkan lokasi strategis bagi toko offline.
Tentu kita ingin ada di lokasi paling depan atau posisi hook atau dengan
trafik pengunjung yang ramai atau captive marketnya sudah jelas dsb.

Walau demikian semua akan saling terkait karena bisa jadi posisinya tidak
strategis namun tetap laku karena web nya bagus dengan jaringan yang luas,
ada juga yang web nya sederhana namun karena posisinya bagus maka bisa
sukses.

5. Maintenance

Meneruskan poin 3 dan 4, setelah semua berjalan maka biasanya akan ada
urusan perawatannya agar senantiasa up to date atau terjaga kebutuhan
pelanggan dalam mengunjungi web kita. Untuk web seperti mengupload foto2
baru, side2 menu atau perubahan2 yang diperlukan untuk mempercantik tampilan
sedangkan untuk SEO yaitu lebih meningkatkan posisi atau mempertahankan
posisi yang sudah ada.

Klo analogi di toko offline ada proses perawatan, membersihkan kotoran,
merapikan barang dsb. Jika toko offline kita ada di mall atau pusat
perbelanjaan akan ada service charge baik kita menyewa maupun membeli kios
tersebut.

Nah, urusan maintenance ini masih sama modelnya dengan poin 3 dan 5 yaitu
apakah akan melakukannya sendiri atau menggunakan jasa profesional (cleaning
service contohnya jika di kantor). Jika kita tidak ingin repot, lebih baik
serahkan pada ahlinya saja. Dan sama dengan hal2 diatas maka jika kita
menggunakan jasa profesional untuk melakukannya maka akan ada biayanya yang
sayangnya saya belum punya referensi besarannya, ada yang bisa bantu sharing
? :).

Mengenai biaya2 yang timbul ketika kita ingin memiliki toko online akan
mirip jika kita membangun toko offline. Seringkali dikatakan membangun toko
online akan lebih murah, namun biaya2 tersebut akan beralih atau berubah
sedikit ke hal2 lain seperti advertising, maintenance, foto professional,
staf online, konsultan social media dsb.

Demikianlah analogi2 yang saya gunakan untuk kepentingan diri sendiri yang
masih merasa awam agar lebih menyederhanakan dan mempermudah dalam memahami
terminologi2 dalam dunia IT terkhusus dalam membangun toko online atau
webstore.

Wassalamu'alaikum warahmatuhahi wabarakatuh.

- Eko June -
Chief Distribution Officer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.