Kamis, 06 Juni 2013

makrifat 6

Berjalan di antara siang, berjalan di antara pagi, sore
pernahkah dibayangkan ketika tak mampu bernapas,
ketika napas tersekat dan udara tak mampu dihirup
apakah yang terjadi, batas antara hidup dan mati sedemikian dekat
sedekat beberapa puluh tarikan napas saja, semudah itu hidup berakhir, ternyata!
ketika napas tersekat dan berhenti beberapa puluh menit
maka lihatlah saja, apa kesudahannya, maka sang nafas pun akan memasuki samudra hidup
(samudra hidup yang kekal dan tak akan kembali, bersama Sang Maha Hidup)
dan tak akan kembali ke samudra materi, maka keberadaan napas merupakan penghubung antara
yang hidup dan materi, napas adalah “penampakan” yang gaib dan dimensi materi
ada sesuatu yang mengatur napas tanpa perlu kita sendiri sibuk mengatur
napas akan bekerja secara otomatis tanpa henti, sepanjang “waktu hidup” kita
sedemikian patuhnya “napas” alam ini untuk terus bekerja siang dan malam, pagi sore
demikianlah tasbih sang napas, demikianlah ketundukan sang napas
menghirup “hawa” dari luar dan memasukkannya ke dalam tubuh
menghirup O2 dan mengeluarkan CO2

coba saja kalau kita harus sibuk mengelola napas, maka seluruh waktu hidup kita hanya akan tercurah disini
mengapa?, karena terlambat sedikit maka kita akan berhenti total dan mati
napas adalah yang membedakan yang hidup dan materi (yang mati)
di permukaan materi inilah yang hidup bergetar dalam bentuk energy, dalam bentuk gelombang
yang menghidupkan dan mampu dirasakan, itulah nafas (nafs)

Bernapas adalah proses sederhana dan paling mudah yang bisa kita bayangkan
namun sesungguhnya proses yang luar biasa rumit dan hebat, melibatkan seluruh alam
proses mengambil napas adalah proses menghirup hawa dan udara
dan mengembalikan lagi ke alam, sebuah siklus saling ketergantungan
perpaduan antara hawa di dalam jagad kecil (mikrokosmos) dan jagad besar (makrokosmos)
…..
Hawa di luar tubuh akan mempengaruhi rasa dari sang aku,
bila udara di luar kotor, polusi, berbau, berasap, maka aku akan merasa pengap, sesak dan sulit bernapas
sungguh, sebuah keadaan yang menyiksa, selain sang aku harus hijrah dan pindah ke tempat yang ber”hawa” lebih baik dan ramah
….
Demikian pula ketika udara di dalam nafas (diri) juga terganggu, ada kerusakan jaringan, ada sumbatan, adanya kondisi
yang membuat udara di dalam diri terganggu, maka hawanya akan sangat menyiksa
Maka sang diri-pun harus bersiap untuk pindah (hijrah) ke tempat dimana nafs lebih longgar (lega)
sungguh sebuah hal yang rumit dan saling tergantung

Selain itu masih ada satu hal yang utama
nafs sendiri sebagaimana halnya bumi dengan gaya tariknya yang membuat udara terikat di sekitar bumi
maka nafs juga memiliki gaya tarik yang akan mengikat udara agar mampu beredar leluasa di seluruh jaringan tubuh
melalui aliran darah dan melalui seluruh sel-sel yang membawa nafas ini
karena nafas inilah yang membuat seluruh jaringan di tubuh hidup dan berfungsi secara normal
….
gaya tarik nafs ini adalah semisal gaya tarik bumi, yaitu menuju ke arah bumi
sebaliknya gaya anti materi atau gaya tolaknya adalah ruh, yang selalu akan mencoba melepaskan diri dari keterikatan bumi
ruh akan selalu terikat dan tidak ingin terjerat dalam materi, karena ruh ini bukan materi
udara akibat gaya tarik nafas menuju bumi inilah yang akan menimbulkan hawa
hawa yang selalu berputar di dalam tubuh, sehingga tubuh mampu berada dan nyaman di bumi
namun hawa ini juga harus seimbang antara gaya tarik bumi dan gaya tolak bumi
sehingga semua makhluk yang hidup di dalam udara ini akan nyaman
…..
bayangkan hawa yang terlalu panas, atau terlalu dingin, atau terlalu sesak
begitu banyak dan bahkan sangat banyak yang membuat tidak nyaman
maka sungguh sangat sulit dan rumit perhitungan untuk membuat satu-satunya keadaan yang paling nyaman bagi hawa
….
mungkinkah kita harmoni dan seimbang dengan hawa nafs
ketika mampu mencapai pertemuan dua samudra
dan mampu mengikuti proses sirkulasi air
maka akan mudah mengikuti proses “permunian” nafs
….
Prosesnya akan sama seperti proses sirkulasi air di bumi
nafs yang gaib adalah seumpama nafs yang materi yaitu air
air ketika dipanaskan akan menguap dan akan berkumpul di samudra udara
dan dengan kehendak Sang Penciptanya maka akan diturunkan kembali ke bumi
yaitu air yang sudah disucikan, air yang berisi air kehidupan, air yang suci
yang akan diturunkan ke bumi, dan dimanapun air itu turun maka hiduplah bumi
….
maka demikian pula nafs (sisi) yang gaib berproses serupa dengan nafs yang materi (air)
dengan tadziyatun nafs (penyucian nafs) akan berproses menguap menjadi ruh dan akan mengisi alam ruh
dan dengan kehendakNya maka akan kembali seumpama hujan mengisi setiap sel-sel tubuh dan menghidupkannya

hati yang mati
seumpama tanah gersang seperti gurun tandus
tak akan ada satupun yang mampu menghidupkannya
maka hanya dengan pertolongan Allah saja sehingga menurunkan hujan di tanah tersebut
Hujanlah yang akan menghidupkan, air adalah sumber kehidupan, ruh kehidupan
diatas air inilah dzat yang hidup berada, bersama air inilah semua yang hidup bermula
segala awal bermula dari hidup, dan dalam materi maka sumbernya adalah air
air yang menghidupkan, dan jiwa adalah seumpama air
maka jagalah air kehidupan, jagalah aliran air kehidupan
sucikanlah air kehidupan
….
Islam mengajarkan: Bersuci (wudhu) dengan air yang suci dan menyucikan
minum dengan air yang suci dan dihalalkan
dan bersama air inilah ruh kehidupan kita dipegang,
air (H2O) sangat penting, dan sepenting itu pula O2 (napas) bagi kehidupan
H2 dan O2 sadalah sumber kehidupan
H2 adalah dualitas unsur langit dan O2 adalah unsur bumi
H2 adalah cahaya (Hidrogen) yang mengikat O2, membentuk nafs
maka ketika kita mampu berada dalam H2 (cahaya)
nafs akan lepas dari ikatan H2O dan akan lepas ke alam raya
namun di dalam kehidupan adalah H2O
dimana kita bisa merasakan manisnya kopi,
nikmatnya wedang ronde, dan segarnya juice
serta beraneka raga
(sedangkan H2 atau O2, silahkan direnungkan sendiri)
…..
Demikian permisalan yang sederhana. Semoga mudah difahami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.