Minggu, 16 Juni 2013

Becoming Real Human

Becoming Real Human

By: Adang
Adha

“Menjadi Manusia kodratnya adalah berbudi luhur, ketika seseorang tidak berbudi luhur
maka ia belum menjadi manusia”
(Adang Adha)  

Dalam
struktur otak manusia ada bagian yang bernama cortex pre frontal (CPF) yang
letaknya ada di atas tengah otak manusia. Bagian ini adalah bagian khasnya otak
manusia, dengan kata lain tidak ada hewan yang memiliki bagian ini selain
manusia. Struktur otak simpanse yang paling mirip dengan struktur otak manusia
pun tidak memiliki bagian ini. CPF ini berfungsi mengatur fungsi dan perilaku
perilaku luhur manusia seperti estetika, moral judgement, hubungan sosial yang
baik, kreatif dan inovatif, berfikir benar, cinta dan kasih sayang yang tulus,
kesadaran dan pengendalian diri serta fungsi luhur manusia lainnya.
Di artikel
ini saya akan membahas bagian kesadaran dan pengendalian diri sebagai fungsi
luhur manusia, sisanya akan dibahas kemudian
Dalam aliran
aliran ilmu psikologi freudian ada namanya konsep Id Ego dan Superego,
psikologi behavior dikenal dengan pengkondisian, humanistik ada konsep
aktualisasi diri dan di psikologi transpersonal ada namanya inti kepribadian
atau real ego. Benang merah dari semua aliran untuk menjadi manusia yang sehat
manusia perlu menguatkan ego, mampu memilih respon yang terbaik , menjadi
teraktualisasi, dan berfikir melalui inti kepribadian. Kesemua aktivitas
tersebut memicu fungsi CPF aktif.

Manusia
dengan CPF yang senantiasa aktif mampu memilih respon yang tepat terhadap
stimuli, karena sadar akan pilihan responnya ia bertanggung jawab penuh dari
konsekuensi responnya. Nah jika ada individu yang lari dari tanggung jawab atas
perilaku seperti menyalahkan individu lain atau keadaan, melakukan pembenaran
atau mencari cari alasan agar tidak mendapat konsekuensi perilaku-perilaku
tersebut bukan dikendalikan oleh CPF namun dikendalikan oleh bagian yang
mengatur emosi (amigdala) dan respon fight or flight dari otak reptil manusia.
Bagian ini yang nantinya memberi perintah ke otak depan atau bagian yang
memproses pikiran untuk berfikir mencari alasan, pembenaran atau menyalahkan individu
lain atau lingkungan. Disini pikiran sudah dikuasai sepenuhnya oleh perasaan
dan fungsi CPF tidak menyala pada saat itu. Dan bisa dikatakan manusia pada
saat itu belum menjadi manusia.

Coba saja,
jika anda menghadapi individu yang selalu mencari alasan, pembenaran atau
menyalahkan lingkungan respon apa yang seketika muncul dalam diri anda? Apakah
fungsi emosi seperti kasihan, kesal, marah, dan emosi lain atau fungsi memahami
dan respek?   
individu yang
melatih CPF nya aktif dan menyala akan mampu mengelola emosi dan pikirannya
sendiri. Jadi CPF tidak menafikkan emosi namun mengelolanya dengan tepat. misalnya
ketika diperlukan marah maka individu yang CPF nya aktif akan marah pula, namun
marahnya disesuaikan dengan kadar tertentu, pesan tersampaikan dan marahnya
sudah punya tujuan ahir yang membangun serta mau sudah memprediksi dan menerima
konsekuensi apapun yang akan muncul kelak jika ia marah. Individu ini tidak
dukuasai marahnya namun menguasai marahnya.

Individu yang
tidak mampu mengelola marahnya baik sangat pemarah, ngamuk dan berbicara kasar
ketika marah ataupun tidak bisa marah karena banyak pertimbangan tertentu
sehingga memendam marahnya fungsi CPF nya tidak aktif. Dan ini tentu tidak
sehat untuk jiwa manusia. 

Contoh lain
seperti sedih misalnya, individu yang CPF nya senantiasa aktif juga bisa sedih,
mampu  menghayati kesedihannya, tidak menolah
perasaan sedihnya namun dengan segera move on atau bangkit lagi menjadi sedia
kala. Individu yang depresi, sedih berkepanjangan, trauma kehilangan adalah individu
individu yang tenggela dalam kesedihan dan segala pikirannya dikuasai
sepenuhnya oleh kesedihan. Jika ditelaah lebih mendalam fungsi seorang terapis
atau konselor dalam sesi psikoterapi atau konselingnya adalah mengaktifkan
kembali fungsi CPF nya dengan membenarkan cara berfikir atau mengelola emosinya
dengan benar.  tujuannya adalah memiliki
kesadaran akan emosi dan pikiran serta memiliki kendali atas keduanya sehingga
klien mampu berespon dengan tepat terhadap masalahnya setelah selesai sesi
terapi atau konseling.

Pengetahuan
ini melengkapi pemahaman saya tentang jiwa manusia menurut Islam waktu kuliah
di fakultas Psikologi UIN Syahid.  Dimana
saya bersentuhan dengan konsep Islam dalam memandang manusia. Dijelaskan bahwa
manusia memiliki Qalbu tempat bersemayamnya Allah dalam diri manusia. Qalbu
Sendiri berasal dari kata Qolaba dalam bahasa indonesianya artinya bolak balik.
Maka manusia perlu melatih Qalb nya agar selalu ingat kepada tuhan dengan kata
lain selalu aktif.  Disisi lain dan
struktur manusia menurut pandangan Al Quran yang disarikan oleh beberapa
tokoh-tokoh islam. Dalam diri manusia selanjutnya ada yang namanya fungsi nafs
(aspek psikis). Dan jika Nafs didominasi oleh dorongan hewani manusia maka  Nafs akan menjadi Nafs Amarah (jiwa yang
resah) ini adalah kondisi manusia didominasi oleh keinginan fisik dan emosi,
sebaliknya jika Nafs di dominasi oleh Qalbu maka Nafs akan menjadi Nafs
Muthmainnah (jiwa yang tenang) ini adalah kondisi manusia mampu mengatur semua
kebutuhan dan dorongan dan memiliki pemaknaan yang kuat terhadap tujuan dari
semua perilaku yaitu ibadah kepada Tuhan.

Terima kasih
untuk Dr. Amir Zuhdi  untuk diskusi
neuroscience and behavior nya, kang Hanna Djumhana untuk diskusi tasawuf dan
psikologi di komplek UI Ciputat, Kang Asep H Gani untuk diskusi diskusi
psikoterapi, mas Abdul Mujib  untuk
diskusi psikologi islamnya. Sungguh ini merupakan pelengkap puzzle pemahaman
saya tentang manusia dan saya beruntung memiliki kesempatan untuk
mengumpulkannya dengan anda semua.

Salam hangat


Adang Adha       
0813 8861 9998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.