Seorang Raja di Jerman memerintahkan untuk mengambil 50 bayi dari ibunya
, sang raja ingin tahu jika bayi-bayi ini tidak diasuh dan diajak
berbicara tetapi hanya diberi susu dan dimandikan kira2 bahasa apa yang
akan mereka gunakan dan akan jadi seperti apa mereka ? temukan jawabnnya
di Buku Mendidik Karakter dengan Karakter, karya Ida S. Widayanti
Pengantar Bagian 2
Buku Mendidik Karakter dengan Karakter
Karena Anak-anak Percaya Apapun yang Orangtua Katakan
Sejak detik pertama kelahirannya, manusia adalah makhluk pembelajar.
Lihatlah bagaimana bayi belajar, selalu penuh antusias. Ia belajar
dengan seluruh indranya. Saat ia melihat benda baru ia pelajari dengan
sungguh-sungguh. Ia amati dengan seluruh matanya, ia raba seluruh
permukaannya, ia pukul-pukul untuk mendengar suaranya, ia cium baunya,
bahkan ia jilat untuk mengetahui rasanya, tak peduli apapun jenis benda
itu.
Karena itu, proses pendidikan harusnya menjadi hal yang membahagiakan
baik bagi setiap anak maupun guru atau orangtua. Karena anak-anak
sesungguhnya menyukai belajar.
Namun, yang seringkali terjadi kegiatan belajar-mengajar menjadi hal
yang tidak menyenangkan bahkan kadang menjadi pemicu stres. Padahal,
riset membuktikan bahwa dalam keadaan stres otak tidak dapat bekerja
optimal.
Banyak orangtua yang menganggap tempat belajar adalah di sekolah. Saat
bel berbunyi itulah tanda dimulainya pelajaran. Namun, belajar yang
sesungguhnya dilakukan selama detik kehidupan anak. Anak belajar dari
apapun yang ia lihat, dengar, raba, cium, dan rasakan.
Anak-anak belajar terutama dari kedua orangtuanya. Jennifer Day dalam
buku Children Believe Everything You Say mengatakan bahwa anak-anak,
mendengar, menyerap, dan percaya apapun yang dikatakan orang tuanya.
Maka berhati-hatilah.
Kisah-kisah berikut ini memberi inspirasi tentang belajar pentingnya
memaknai apapun yang kira ucapkan pada anak-anak, karena lewat kata-kata
orangtuanya, anak-anak membangun pengertian, memahami dirinya, dan
menambah pengetahuan.
Pengantar Bagian 4
Buku Mendidik Karakter dengan Karakter
Prinsip Pengasuhan
"Jika akan menuju planet Mars, lalu ada penyimpangan arah sepersekian
milimeter saja di awal keberangkatan, maka bisa jadi pesawat tersebut
tidak sampai di Mars. Kesalahan kecil di awal perjalanan bisa jadi
menimbulkan penyimpangan sehingga kita tidak sampai di tujuan," demikian
disampaikan Tony Buzan, penemu mind map dan ahli brain management,
dalam sebuah seminar di Bali awal Desember 2011 di hadapan para tokoh
pendidikan usia dini Indonesia.
Buzan lalu mengatakan bahwa kebanyakan orangtua juga pemerintah khawatir
tentang pendidikan tinggi di universitas, padahal yang terpenting
adalah pendidikan di awal kehidupan anak. "Jika ada penyimpangan sedikit
pada pendidikan usia dini, maka pada usia dewasa penyimpangannya akan
semakin lebar. Sehingga anak menjadi sosok dewasa yang jauh dari yang
diharapkan," ujarnya.
Saat ini, sejak makin ditemukannya alat untuk meneliti otak, orang
semakin menyadari bahwa usia dini merupakan usia yang sangat penting.
Karena itu, disebut sebagai golden age karena sangat menentukan
keberhasilannya sepanjang hayat. Pada usia dini, adalah masa membuat
pola-pola pikir maupun perilaku yang akan digunakan saat dewasa.
Keberhasilan pembinaan pada usia dini akan berpengaruh terhadap
produktivitas kerja di masa dewasanya.
Oleh karena itu, pentingnya parenting atau pengasuhan di dalam keluarga
kini makin banyak diangkat. Bahkan para tokoh dan pakar yang selama ini
dikenal di dunia manajemen seperti Stephen R Covey dan John Maxwell juga
kemudian menulis buku parenting. Covey menulis The 7 Habits of Highly
Effective Families dan John C Maxwell menulis Breakthrough Parenting.
Dalam pengantar bukunya tersebut, Covey menulis, "Sepanjang hidup saya,
tidak pernah saya memiliki gairah yang sedemikian besar terhadap proyek
seperti yang sekarang saya miliki untuk menulis buku ini- karena
keluarga merupakan apa yang paling saya pedulikan," ujarnya.
HARGA : RP. 42.000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.