Salah Kaprah Anak Indigo
Belum pahamnya masyarakat tentang anak indigo menjadi penyebab belum banyaknya terungkap anak indigo. Sebagian kalangan medis menyatakan bahwa anak indigo mengalami kerusakan pada bagian otaknya. Namun Erwin menegaskan bahwa indigo bukan penyakit. Badan Kesehatan Dunia (WHO), kata dia, bahkan tidak mencantumkan indigo dalam international classification of diseases. Lantaran indigo bukan penyakit tak perlu dilakukan terapi untuk menyembuhkan anak indigo. ”Yang dibutuhkan adalah pembinaan untuk anak, orang tua, guru supaya mengerti cara menangani anak indigo”, terangnya lagi.Saat ini, lanjut Erwin, Depdiknas misalnya tengah membuat panduan bagi guru reguler tentang bagaimana menghadapi anak indigo. Buku panduan itu juga berlaku bagi para guru home-schooling. Sejumlah anak indigo enggan bersekolah di sekolah biasa. ”Program ini direncanakan dibuat dalam jangka panjang. Nantinya akan ada sekolah khusus anak indigo. Tujuannya sebagai tempat bagi guru dari luar daerah untuk memahami seperti apa anak indigo itu”, terangnya lagi.
Peran orangtua
Erwin menekankan perlunya para orangtua yang anaknya indigo untuk bersatu. Paling tidak, mereka bisa melakukan sharing soal jurus terbaik menangani anak-anak indigo. Di Jakarta sendiri ada indigo sharing club. ”Penanganan yang benar terhitung penting demi perkembangan anak”, papar Erwin yang mengungkapkan soal adanya kasus-kasus anak indigo yang frustasi lantaran mereka gagal beradaptasi dengan lingkungan. Menurut Erwin, anak indigo yang lahir di tengah keluarga yang mengerti kondisinya justru akan banyak berguna buat orang lain. Seperti membantu menyembuhkan penyakit lewat tenaganya. Inilah yang dilakukan Bagus Torasanto. Belum lama, cerita Bagus kepada Republika, ia mengobati seorang kawan ibunya yang diduga tengah didera masalah psikis. Entah mengapa, inspirasi pengobatan selalu datang usai shalat. Anehnya lagi, tangan Bagus seolah bergerak sendiri memegang kepala teman ibunya itu. Sekonyong-konyong rasa nyeri dari kepala itu pun hilang.
Sumber :
Republika, Minggu 27 Januari 2008
Jiwa Tua Sang Anak Indigo
On April - 11 - 2010
Kata Indigo
sebenarnya berasal dari bahasa Spayol yang berarti nila ( Kombinari biru dan
ungu ). Disebut anak
indigo karena anak-anak tersebut memancarkan
aura yang berwarna nila. Aura tersebut bisa dilihat dengan foto kirlian atau
dengan alat-alat khusus lainya. Istilah indigo pertama kali dipopulerkan oleh Nacy Ann Tappe
(Amerika). Dalam bunya ” Understanding Your Life Trough Color”, Nacy
mengelompokkan pola dasar sifat manusia melalui warna aura yang dipancarkan.Anak-anak indigo memiliki jiwa tua ( Old Soul ) sehingga dalam kesehariannya berperilaku seperti orang dewasa. Anak-anak ini juga memiliki indra keenam, bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain, bisa merasakan sesuatu yang tidak bisa dirasakan orang lain. Mereka memiliki kepekaan akan suatu masalah yang kerap terjadi disekitar dan biasanya masalah itu erat hubungannya dengan aktivitas spiritual. Rasa ingin tahu anak-anak indigo begitu besar dan mereka cepat sekali mengekspresikan perasaan emosinal disaat-saat tertentu.
Menurut Moh Leo Lumanko, seorang spiritual therapis, Indigo bisa muncul sejak usia dini atau saat anak tersebut mulai berinteraksi dengan lingkungan sosial, ada juga yang justru muncul saat beranjak dewasa usia 8 tahun keatas. Anak indigo datang ke dunia dengan berbagai misi. Kebanyakan dari mereka merupakan pendobrak suatu tatanan yang salah. Mereka bertugas meluruskan ketidakbenaran dan ketidak sesuaian yang terjadi di sekelilingnya.
Dunia pun mulai menyadari tentang keberadaan anak-anak indigo. Anak-anak ini ditemukan diberbagai negara, tak terkecuali
: Boy Hardy Harjadinata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.