Senin, 26 Maret 2012

Kisah Dibalik Tong Sampah Dapur

Sisa makan siang dari 250 ribu
murid sekolah di Taiwan dalam setiap tahunnya ada sekitar 125 ribu ton,
jika diisikan ke dalam tong sampah ukuran tinggi satu meter, dapat
ditumpuk sampai setinggi 1.221 unit gedung bangunan 101 Taipei.

Sedangkan sampah dapur yang dibuang oleh setiap keluarga di Taiwan
dapat ditumpuk sampai sebanyak 1.017 buah Puncak Everest. Ini belum termasuk sampah dapur dari sekolah dan restoran.

1. Tahun 2011 merupakan tahun puncak produksi bahan pangan dalam
sejarah umat manusia, namun pada saat yang sama ada dua orang anak mati
kelaparan dalam setiap lima detiknya.

2. Kemampuan produksi
bahan makanan global cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan dari 1,7 kali
populasi umat manusia, namun tetap saja terjadi “bencana kelaparan” di
bumi ini. Hal ini karena sepertiga dari bahan makanan yang ada ternyata
terbuang ke dalam tong sampah. Khusus untuk Taiwan saja, bahan makanan
yang dibuang dalam masa setahun dapat ditumpuk menjadi 1.017 buah Puncak
Everest.

3. Bahan makanan yang terbuang ke dalam tong sampah
di seluruh dunia dalam setahunnya mencapai 1,3 milyar ton, cukup untuk
mengelilingi bumi sebanyak 166 kali. Namun kenyataan pahitnya dalam
setiap hari ada 30 ribu orang mati kelaparan.

4. Pada sebelah
Selatan Gurun Sahara di Afrika ada 300 juta korban bencana kelaparan. Di
India ada 230 juta orang menderita kelaparan, setara dengan sepuluh
kali populasi Taiwan. Jika angka korban pada kedua wilayah ini
dijumlahkan, akan mencapai separuh dari angka korban kelaparan global.


5. Menurut laporan FAO, 40% dari bahan makanan di negara maju dibuang
ke dalam tong sampah. Jelasnya sebanyak 40% dari makanan setiap orang
terbuang ke dalam tong sampah, jika sisa makanan ini dikumpulkan dalam
setahun, akan cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan 4,2 milyar umat
manusia.

6. Menurut data Dinas Lingkungan Taiwan, sampah dapur
dari seluruh rumah tangga di Taiwan dalam setahun ada sekitar 2,75 juta
ton, di antaranya ada sekitar 1,8 juta ton merupakan kulit buah-buahan,
sayuran dan sisa makanan.

7. Jika dikonversikan dalam unit
berat, 1,80 juta ton adalah setara dengan berat 4 milyar porsi makanan
kotak. Jika dikonversikan dalam bentuk nilai uang akan mencapai NTD 25
milyar (Rp. 7,5 trilyun), cukup untuk memenuhi kebutuhan makanan bergizi
bagi 230 ribu murid sekolah asal keluarga tidak mampu selama 20 tahun,
mulai dari usia tingkat TK sampai tingkat S3. Jika dikonversikan dalam
jumlah orang, cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi 5,5 juta warga
Haiti selama satu tahun penuh.

8. Sampah dapur sebanyak 1,80 juta ton ini masih belum termasuk sampah dapur dari restoran, sekolah dan pasar.


9. Foodsolution dari Perusahaan Unilever Taiwan pernah mengadakan
riset, diperkirakan sisa makanan yang dibuang oleh semua restoran di
daerah Taipei dalam setahun mencapai NTD 1,8 milyar (Rp. 540 milyar).
Angka ini cukup untuk memenuhi kebutuhan makan siang bergizi selama
setahun bagi 12 ribu anak di daerah terpencil.

10. Taiwan
merupakan negara dengan jumlah mini market terpadat di seluruh dunia.
Dikarenakan adanya standardisasi, maka angka pemborosannya sangat besar,
sebab setiap mini market harus menjual segala macam makanan, sedangkan
makanan itu tidak pasti terjual habis, jadi sebagian akan berakhir
menjadi sampah dapur. Karena kita ingin mendapatkan kenyamanan,
akibatnya terjadi pemborosan, mungkin pihak perusahaan sudah boleh mulai
berpikir untuk mengurangi jumlah pasokan bahan makanan atau ada lebih
banyak orang yang membelinya.

11. Di Hongkong ada usaha daur
ulang pernah mengambil data statistik, setiap hari mereka mengumpulkan
50 ribu buah kotak makanan dari murid-murid sekolah, setiap kotaknya
rata-rata bersisa 200 gram bahan makanan, jika dari angka ini
diperkirakan sisa makanan dari 250 ribu murid sekolah di Taiwan, maka
dalam setahun akan ada 125 ribu ton sisa makanan. Jika diisikan ke dalam
tong sampah ukuran tinggi satu meter, dapat ditumpuk sampai setinggi
1221 unit gedung bangunan 101 Taipei.

12. Di Haiti ada 5,5 juta warganya yang tidak bisa makan satu kali pun setiap harinya.


13. Di Inggeris ada sebuah acara televisi bernama “Great British Waste
Menu”, di mana pembawa acara akan mencari tong sampah di belakang pasar
swalayan atau pasar sayur, lalu memilih bahan makanan yang dibuang untuk
dijadikan menu makanan, namun prosesnya tetap di bawah pengawasan ahli
kesehatan, sehingga tidak akan timbul masalah kesehatan, kemudian mereka
mengundang para pengusaha yang tadinya membuang bahan makanan tersebut
untuk datang mengecapi menu makanan tersebut dan meminta mereka agar
mengurangi pemborosan bahan makanan.

14. Bahan makanan yang
dibuang di Inggeris setiap tahunnya mencapai nilai NTD 500 milyar (Rp.
150 trilyun), selain itu masih harus menghabiskan biaya sebanyak NTD 50
mliyar (Rp. 15 trilyun) untuk menangani masalah sampah makanan ini.


15. Di negara-negara miskin seperti di benua Afrika, disebabkan masalah
produksi, transportasi dan teknik penyimpanan yang terbelakang, ada
seperempat dari bahan makanan yang rusak sebelum mencapai tangan
konsumen. Sebaliknya di negara maju, ada 40% dari bahan makanan yang
dibuang oleh para pengecer atau konsumen ke dalam tong sampah.


16. Demi agar terlihat bagus, penjual sayuran akan membuang bagian luar
sayur sawi putih, sehingga sebutir sawi putih yang tadinya seberat 3 kg
menjadi hanya tersisa 2,5 kg saja. Dengan kata lain, setiap menangani 6
butir sawi putih, harus dibuang 1 butir.

17. Pada musim panas, mungkin satu truk sayuran akan menjadi layu, transportasi jarak jauh juga mudah membuat sayuran rusak.
18. Produk pertanian dari luar negeri akan menderita angka kerusakan lebih besar lagi, sebab harus melalui pengiriman jauh.


19. Ada sebagian orang menganggap kulkas sebagai perlengkapan serba
bisa, semua bahan makanan yang dimasukkan ke dalamnya akan tahan lama,
padahal bukan begitu adanya, suhu rendah dalam kulkas hanya akan
memperlambat pertumbuhan mikroba, bukan berarti bahan makanan dijamin
tidak rusak. (dr. Lin Yufang dari RS Tzu Chi Taipei)

20. Jika
sampah makanan di Taiwan setahunnya mencapai 1,8 juta ton, artinya
rata-rata setiap orang setiap harinya membuang bahan makanan sebanyak
200 gram.

21. Bahan makanan seberat 200 gram hampir sama dengan
setengah potong tahu, sebatang wortel ukuran medium atau sebutir
mantou. Bahan makanan seberat 200 gram ini merupakan jatah makanan
seorang dewasa di Korea Utara. Di Taiwan, jika setiap orang setiap
harinya dapat mengurangi pemborosan bahan makanan seberat 200 gram, maka
setiap tahunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan 5,5 juta warga
Haiti yang kelaparan. Dengan mengurangi beberapa suap makanan dan makan
sampai hanya 70% kenyang, itu akan sangat baik bagi kesehatan tubuh
sendiri.

22. Dokter spesialis metabolisma pada RS Tzu Chi
Taipei, dr. Liao Yuhuang mengatakan: Ada sebuah majalah terkenal di
dunia memuat sebuah artikel, ada orang mengadakan eksperimen terhadap
monyet di Sungai Gangga, ketika makanan dalam sekelompok monyet
dikurangi sebanyak 30%, biasa kita sebut 70% kenyang, setelah 20 tahun
kemudian, angka kematian turun dengan jelas, serangan sakit jantung dan
kencing manis pada mereka juga berkuirang 50%, jadi mengurangi konsumsi
makanan adalah sangat bermanfaat bagi panjangnya usia kita.

23.
Hanya Inggeris saja sudah membuang bahan makanan sebanyak 410 ton dalam
setahun, cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup 12 juta warga kelaparan
di daerah bencana kekeringan parah Afrika Timur. Sedangkan di Amerika
Serikat dalam setahun diboroskan hampir 50 juta ton bahan makanan, cukup
untuk menyelamatkan hampir separuh warga kelaparan di benua Afrika.


24. Ketika membuang bahan makanan, pemborosan yang terjadi bukan saja
bahan makanan tersebut, juga termasuk sumber daya dalam proses produksi,
transportasi dan penyimpanan. Coba pikirkan, kita mempergunakan obat
pertanian dan pupuk kimia untuk memaksa produksi pertanian paling
maksimal, ini sangat melukai bumi dan memboroskan sumber daya air, namun
terakhir kita malah membuang bahan makanan ini.

25. Menurut
perkiraan Global Footprint Network, sebelum tahun 2030, kita sudah
membutuhkan sebuah planet bumi yang baru, baru cukup untuk memenuhi
nafsu mulut umat manusia dan tempat pembuangan sampah.

26. Pada
tahun 2005, Jepang membuat undang-undang pendidikan bidang pertanian
bahan makanan, mewajibkan setiap murid untuk belajar tentang pertanian
bahan makanan, jika sekolah berada di daerah perdesaan, bahkan
mewajibkan murid-murid untuk menanam sendiri, juga mengadakan perlombaan
mencukupi bahan makanan bagi diri sendiri. Undang-undang ini juga
mewajibkan para murid SD kelas 5 untuk tinggal di daerah pertanian
selama seminggu, sedangkan orangtua tidak boleh ikut, tujuannya agar
melalui kerja pertanian ini, anak-anak tahu darimana datangnya bahan
makanan mereka.

Sumber : Fikqy Fadilla

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.