ADA baiknya, jumlah penonton film lokal merosot. Beberapa produser mulai bereksplorasi. Mereka mulai berpikir, tema apa yang belum terjamah?
Yang bisa dibawa ke layar lebar? Salah satu penulis yang mampu menjawab pertanyaan ini, Ace Arca dan Augit Prima. Dua pendatang baru ini menggagas kasus penculikan yang dilakukan suku Korowai,Papua.
Kisahnya dimulai ketika Rangga (Edo Borne) menemami para peneliti luar negeri menjelajah rimba Papua. Tidak disangka, sistem navigasi mengindikasikan, tim Rangga memasuki wilayah RKT 2000. Daerah ini menyimpan mitos, siapa saja yang sampai ke sana tidak akan pernah kembali ke rumah. Dua rekan Rangga yang mencari jalan keluar tiba-tiba menjerit. Baru saja Rangga melacak suara jeritan tadi, ia mendengar jeritan dua peneliti yang ditinggalkannya.
Beberapa bulan berlalu. Tunangan Rangga, Nadia (Fanny Fabriana) ditugaskan Pak Wijaya (Didi Petet) pergi ke Papua. Nadia diminta mensurvei Papua untuk pengembangan area pertambangan. Ia memanfaatkan momen ini untuk melacak Rangga. Bersama Merry (Nila Septian) dan Eby (Petrus), Nadia menembus RKT 2000. Di sana, tim Nadia disandera suku Korowai. Termasuk David (Fauzi Baadilla), yang terobsesi pada Nadia. Dalam penyanderaan itu, terkuak mengapa Rangga dan ayah Merry tak pernah kembali.
Lost In Papua (LIP) bukan yang pertama menyorot Papua. Empat tahun lalu, Ari Sihasale memotret eloknya alam Papua dalam Denias: Senandung Di Atas Awan. Bedanya, Irham membungkus Papua dengan kekelaman. Genre thriller dengan seting rimba Papua yang liar adalah daya tarik utama. Meski thriller menjadi tema utama, Irham dan Merauke Production tampaknya memanfaatkan proyek LIP untuk propaganda wisata Papua.
Pada 50 menit pertama dijadikan ajang pamer betapa Papua tak kalah indah dari Bali dan Jogjakarta. Karakter Eby dan Merry disulap bak pemandu wisata yang menjelaskan kepada Nadia, sejarah bekas penjara Boven Digul, Pantai Lampu Satu, hingga Taman Makam Pahlawan Perintis Tanah Merah. Anggap saja ini segmen pertama. Segmen introduksi tempat-tempat terbaik di pulau paling timur. 50 menit berikutnya, barulah cerita sesungguhnya dimulai.
Petualangan di RKT 2000, segmen yang paling ditunggu penonton. Perjalanan di tanah asing dengan komposisi 3 laki-laki, 2 perempuan. Satu di antara 5 karakter ini adalah villain, dimainkan Fauzy dengan sangat brilian. Kocak dan bikin keki. Yang luput dari Irham dan penulis LIP hanya alur cerita yang kurang stabil dan 50 menit pertama yang terkesan pelesir, tanpa diimbangi gambar-gambar lansekap.
Meski begitu, kami memberi apresiasi positif bagi tim Irham. Keberanian menampilkan tema baru layak diberi kredit positif. Selain suasana senja di Pantai Lampu Satu, yang membekas di film ini adalah pesan moral yang disampaikan naratif oleh Nadia. Berilah ruang bagi alam untuk bergerak. Sejatinya, alam sahabat terbaik manusia. Asal manusia ramah terhadap alam. Jika manusia berbuat seenak jidat, jangan tanya apa yang bisa diperbuat alam dalam amarah. Tsunami di Jepang tempo hari adalah bukti mutakhir murka sang alam.
Pemain: Fanny Fabriana, Fauzi Baadilla, Piet Pagau, Nila Septian, Edo Borne,
Sutradara: Irhamachobahtiar
Penulis: Ace Arca, Augit Prima
Produser: Naynie Ardiansyah, Iwan Trilaksana SP
Produksi: Nayakom Mediatama, Merauke Ent. Production
Durasi: 100 menit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.