Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
MilikNyalah seluruh alam semesta ini. Dialah pengatur dan
perencana apapun yang ada dan yang terhampar di seluruh alam semesta
ini.
Kehidupandari yang besar sampai yang
terkecil, makhluk-makhluk renik, sampai binatang melata, tumbuhan,
sampai ke manusia.
Kesemuanya itu dengan sempurna ditempatkan pada tempat dan posisinya
masing-masing.
Dibentangkan penjuru langit, galaksi-galaksi, planet, bulan, matahari dan bumi, pada tempat dan posisi yang sedemikian sempurna.
Adakah diri kita yang mampu membayangkan "kehebatan rencana Tuhan ini"
Apakah diri kita sanggup melihat dengan sepenuh kesadaran akan kesempurnaan alam ini?.
Hukum-hukm
yang mengatur, sedemikian detail dan sempurnanya alam ini diletakkan
dan ditata, di atur rapi, sedemikian apik dan indah serta sempurnanya.
Setelah itu, diturunkan manusia, umat manusia kelompok demi kelompok dan golongan demi golongan, bangsa demi bangsa.
menjadi
aku, dia dan mereka. Mengerti satu sama lain, berhubungan, bercerita,
berkisah. Saling berbagi pengalaman. Saling bercerita, saling mengeluh
dan berbagi kebahagiaan. Menjadi komunikas seperti yang kita lihat sekarang ini.
Allah
turunkan petunjuk yaitu aturan yang kita sebut "agama". Lalu manusia
dengan akal fikirannya, mengambil sepotong aturan dan membuang potongan
yang lain.
mengambil
yang diinginkan dan membuang yang tidak mereka inginkan. Melakukan
yangmereka rela dan meninggalkan yang tidak mereka maui. Demikianlah
maka aturan
atau petunjuk Allah ini terpecah menjadi kelompok agama demi agama.
Bahkan dalam satu agamapun terpecah menjadi madzab, sekte dan golongan.
Masing-masing
golongan pun "bangga" dan merasa benar bagi diri mereka dan golongan
mereka sendiri. Saling menyalahkan. Akhirnya ramai dan riuh-rendahlah
klaim demi klaim kebenaran golongan dan agama. Mereka berkata "aku atau
golongku" lebih baik dari mereka dan golongan mereka atau kamu dan
golonganmu. Sebuah arogansi dan keangkuhan. Kebenaran satu agama dan golongan, madzab atas yang berbeda dengan diri mereka.
Sebuah
ajaran yang "tunggal" atau yang satu telah "pecah" menjadi sedemikian
banyak dan luar biasa variasinya. Di antar sekian banyak "kebenaran"
agama ini, manakah yang benar?.
Sebuah pertanyaan mendasar yang sangat sederhana yang teramat berat untuk menjawabnya.
Pertanyaan berlanjut, apakah yang kulakukan adalah aturan (baca agama) yang benar.
Sungguh, sebuah pertanyaan yang berat, ketika dihadapkan kepada "orang lain" yang berbeda.Ketika akan diuji dan dipertentangkan.
Kisah dan pertanyaan berikut ini menjadi sebuah kisah yang sangat "mencekam" kesadaran. Kisah yang mampu mengharu biru jiwa.
Kenyataan yang menyeruak kesadaran. Menghentak. Mencengkeram. Merenggut. Menyekap. Menghimpit. Terasa sangat menyakitkan.
Menyentuh
ke bagian terdalam jiwa kita. Menorehkan keperihan dan kepedihan yang
tak tertahankan. Sebuah "keyakinan" yang tercampak.
Sebuah keyakinan yang ditukar. Membongkar "pondasi". Membuang
akar kehidupan. Meruntuhkan dasar-dasar dan sendi-sendi serta tiang
kehidupan.
Terutama bagi mereka yang memiliki atau
meyakini sebuah Kesadaran akan "pentingnya agama". Sungguh sebuah ujian
yang sangat berat.
Ketika kisah ini ditanyakan kepadaku.
Sanggupkah diriku mengalaminya.
Jawabnya tidak. Betapa berat ujian ini. Rasanya tidak akan sanggup.
rasanya beban ini terlalu berat untuk kupikul.
Ketika pertanyaan ini ditanyakan kepadaku.
Bagaimanakah jawaban atau solusinya. Jawabku langsung dan sederhana. Aku tidak tahu. Aku tidak sanggup menjawab.
Aku tidak mampu. Diriku tidak memiliki daya sedikitpun atas ini.
Lalu bagaimana jawabannya?.
Tulisan
ini diawali dengan kekuasaan Allah, perencanaan Allah. Seluruh daya ada
dalam genggamanNya. Seluruh detail kehidupan dibawah pengawasanNya.
maka kalau ditanya siapa yang mampu mengatasi masalah ini, jawabannya sangat sederhana. Teramat sangat sederhana: Allah yang bisa. Allah yang mampu mengatasi.
Allah yang mampu membolak-balikkan hati kita. Sangat mudah dan sederhana jawabannya.
Allah yang mampu membolak-balikkan hati kita. Sangat mudah dan sederhana jawabannya.
Namun disinilah keyakinan kita juga diuji, sebagaimana anak kita yang tengah diuji keyakinan, maka kitapun
yang menjadi orang tua tengah diuji,
seberapa besar keyakinan
kita atas takdir Allah. Meyakini bahwa "jalan cerita" (takdir) Allah
yang tengah diberikan kepada kita adalah yang terbaik.
Keyakinan kita tengah "diuji", apakah kita yakin kepada Allah?
apakah kita yakin kepada takdir Allah?.
Apakah kita menginginkan "apa yang kita mau" ataukah menerima "apa yang Allah mau".
Memang kita tidak mampu mengetahui "apa yang Allah mau".
Namun jawabnya sangat sederhana: Kalau segala usaha dan daya telah
kita lakukan dan ternyata hasilnya tidak sama dengan apa yang kita mau
berarti itu yang Allah mau.
Bagaimana realitasnya atau apa yang dilakukan:
Keyakinan adalah sebuah "dorongan kuat dari
dalam". namun jiwa dengan jiwa lain bisa saling berinteraksi dalam sebuah medan yang akan saling mempengaruhi.
Maka langkah pertama:
-
Kuatkan keyakinan diri sendiri untuk mendekat kepada Allah, lakukan
sholat khusyu, dekatkan diri sampai mampu "berkomunikasi" dengan Allah
mampu merasakan "jawaban Allah" yang ada di dalam rongga dada kita
-
Rasakan daya dan liputan Allah yang akan berisi "kekuatan petunjuk",
akan berisi keteguhan hati/jiwa dalam menentukan sebuah pilihan,
kekuatan yang akan mampu menyelusup ke dalam raga dan tubuh kita, yang
terasa kuat dalam sebuah kata "tekad yang membaja" namun sangat lembut
dan penuh perhatian
-Fahami makna dan arti petunjuk, yaitu satu hal yang ada di dalam
jiwa kita yang kita yakini bahwa inilah yang ALlah inginkan untuk kita
lakukan. Lakukan semua langkah ini demi untuk Allah. Agar Allah ridho,
agar Allah menyaksikan bahwa yang kita lakukan adalah sebagai bukti
dan persaksian kita atas rencanaNya,
dan apapun yang akan kita lakukan adalah sebuah petunjuk atau jalan lurus dalam masalah ini
-
Satukan kekuatan ruh, jiwa dan raga dalam sebuah kesatuan tunggal,
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. lakukan apa
saja yang diyakini sebagai sebuah langkah, apakah itu memberi nasehat,
ataukah ikut mendengarkan ceramah dari dia atau apapun itu. Ikuti arah
pembicaraan dengan lembut. selalu ikuti
apa yang dibicarakan dengan dzikir, Allah Maha besar, atau Maha
suci Allah atau kalimat tauhid lainnya. Tetap dalam kekuatan hati yang
tak tergoyahkan.
Bahwa apapun yang Allah inginkan terjadi maka
terjadi. Kalau Allah menginginkan dia kembali ke dalam keyakinan yang
benar maka dia akan kembali. Arahkan keyakinan bukan pada keyakinan atas
apa yang kita yakini, tetapi arahkan untukmencari "Tuhan yang benar".
Mencari "agama yang benar". Bukan atas keyakinan yang kita miliki.
Karena hanya akan menimbulkan pertentangan dua buah kubu yang berbeda.
Usahakan berada di satu kubu yang sama: Yaitu dalam pencarian Tuhan yang
sebenarnya.
Pencaraian aturan dan ajaran Allah yang benar.
- Kuatkan dan teguhkan keyakinan bahwa apapun yang Allah rencanakan akan
terjadi. Sadari bahwa diri ini tidaklah memiliki kekuatan dan kekuasaan
apapun
atas takdir yang akan terjadi. Maka doa adalah sebuah senjata pamungkas.
- Fahami makna kasih sayang ketika melakukan dialog dan diskusi,
untuk mampu mengangkat buah hati tersebut karena rasa kasih agar kembali
kepada Allah, bukan karena mengikuti kehendak kita. tetapi kasihan
apabila mengalami adzab Allah nanti Selalu kuatkan rasa kasih sayang
kepada Allah, gunakan rasa kasih sayang ini untuk
menyentuh relung jiwa yang terdalam dalam mencari "jalan lurus".
Berdoalah dengan melakukan "sholat yang khusyu". Maka sebagaimana
kepastian Tuhan. Ingatlah kepada Allah, maka hati menjadi tentram.
Apapun yang terjadi, ketika sholat telah mencapai khusyu', tidak ada lagi rasa khawatir atas kemungkinan yang akan terjadi.
Dengan
berlindung kepada Allah, dan dengan berendah diri dan dengan permohonan
maaf yang sedalam-dalamnya atas keberanian diri ini menjawab pertanyaan
yang berat ini.
Semoga Allah membimbingku dalam menjawab. Semoga ada petunjuk dan hikmah dariNya yang mampu diterima.
Sekali
lagi kalau sekiranya ada jawaban yang bisa diterima dan diyakini, maka
sungguh, saya hanyalah menuliskan apa yang membisik dalam hati
Yang saya yakini sebagai sebuah petunjuk.
Apabila ini sebuah kesalahan, maka sungguh saya memohon ampun kepada Allah atas keberanian diri saya
memberikan "pandangan dan nasehat". Karena seperti yang saya sampaikan, dan tegaskan.
Saya
tidak tahu dan saya tidak mampu menjawab. Dan seandainya saya yang
mengalaminya juga, mungkin derita dan rasa yang saya alamipun akan lebih
berat dan lebih parah.
Mungkin gejolak dalam jiwa ini juga akan menghanyutkan dalam kesedihan yang dalam.
Dan tentu saja hanya Allah yang mampu mengangkat dan memberikan ketenangan dan kedamaian dalam hidup saya (kita).
Akhir kata, sekali lagi saya memohon maaf yang sedalam-dalamnya.
Tidaklah
mampu diri saya merangkai nasehat, dan kemampuan penalaran dan
pemahaman agama saya sedemikian terbatas dan hampir tidak ada.
Sehingga saya hanya menggantungkan diri saya kepada apa yang membisikkan ke dalam hati saya.
Semoga apa yang saya baca di dalam dada saya adalah sebuah nasehat. Namun apabila saya
salah membaca. Saya berharap untuk serius danberhati-hati.
Bacalah
dengan perlahan dan simak serta pelajari dan hati dingin, dengan
kelembutan dan kerendahan hati kepada Allah. Dengan berharap pertolongan
kepada Allah.
Dengan sepenuh keyakinan bahwa Allah adalah tempat
memohon dan meminta pertolongan. Maka akan mampu menyaring apa yang
tidak baik dalam surat saya ini.
Semoga Allah memudahkan jalan yang akan ditempuh.
Semoga apa yang terjadi akan justru menjadi "tonggak" hidup yang baru dalam meraih berkah dan rahmat serta ridho Allah.
Doa dan harapan saya menyertai.
Semoga Allah memberikan petunjuk dan jalan yang mudah dan jelas untuk dilalui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.