Huruf tanpa kata. Siapakah yang mampu memaknainya (?).Kata
adalah susunan huruf yang dirangkai menjadi bermakna. Kata tanpa huruf siapakah
juga yang dapat membacanya (?). Bagaimanakah kata bisa saling mengungkapkan
rahsa jikalau tiada makna. Jika manusia kehabisan kata-kata apakah yang dapat mewakili sebagai pengungkap
rahsa (?). Sungguh tidak mungkin, maka manusia tidak pernah kehabisan kata-kata.
Berbilyun kata sudah di gunakan manusia setiap harinya. Bayangkan betapa
semrawutnya udara di bumi ini, bersliweran kata-kata manusia yang berbicara
melalui HP, belum lagi yang diungkapkan melalui SMS. Kata menjadi energy menjalar di udara kemudian
berubah menjadi kata lagi, nampak di layar penerimaan HP kita. Apakah energy kata sudah berhenti
sampai disini ?.
Tidak !. Sekali lagi tidak ?. Hukum kekekalan energy menyatakan
bahwa energy tidak dapat dimusnahkan atau di ciptakan. Energy selalu akan
mengalami perubahan bentuknya. Maka setelah enrgy menajdi tampilan sebuah kata
di layar monitor HP, energy tersebut tidak akan berhenti begitu saja.
Seandainya (bayangkan) jika kata yang ditampilkan adalah berita buruk.
Berita kematian misalnya. Kata ini akan berubah menjadi energy lagi akan
memporak porandakan jiwa kita. Sebuah kata mampu menjungkir balikan logika kita
semua. Bagai palu godam menghantam dada kita, bahkan tidak sedikit kemudian
yang pingsan karenanya. Begitu hebatnya energy sebuah kata (?).
Namun anehnya, energy kata tidak akan bekerja jika kata yang
di tampilkan tidak memiliki makna apa-apa, (jika) si penerima tidak memiliki
referensi apapun atas kata tersebut. Misalnya; Huruf yang tersusun acak tak membentuk
kata yang bermakna maka kata ini tak akan menimbulkan sensasi apa-apa di badan.
Atau misalnya meskipun itu adalah berita kematian, namun berita tersebut juga tidak akan menimbulkan energy (efek) apa-apa
terhadap si penerima yang tidak mengenal orang yang mati tersebut. Maka dapat
disimpulkan bahwa energy kata hanyalah sebuah ENERGY POTENSIAL saja. Seberapakah
besarnya energy tersebut, maka hal ini sangat individual sekali sifatnya.
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah persepsi orang
tersebut. Maka saya beranikan diri untuk
mengusung pemahaman bahwasannya persepsi manusia menyimpan potensial energy
yang dahsyat. Tinggal menunggu saja
momentumnya (yaitu) sesuatu yang akan
menggerakkan potensial energy ini menjadi sebuah energy gerak (kinetik energy).
Jika saya coba analogy-kan besarnya energy tersebut maka saya akan dapat permasaan
analogy sebagai berikut :
Epk = m.g.h
Epk = Energy potensial kata
m = massa muatan kata (makna)
g = gaya grafitasi yang disebabkan medan matery yang
melingkupi dirinya sebagai akibat menuhankan selain Allah.
h = jarak persepsidan atas realitas sejati
catatan : Persamaan ini bersifat teoritis
belaka. Silahkan eksplorasi pemahaman ini di kajian-kajian sebelumnya atas
istilah yang di gunakan.
Setiap manusia
memiliki energy potensial dalam dirinya sendiri atas sebuah kata, sungguh
sangat menarik. Semakin jauh jarak antara persepsi dan realitas maka semakin
besar energy potensial kata bagi orang tersebut. Maka orang ini akan terlihat
sangat pemarah, dan mudah tersinggung. Sebab energynya mudah sekali
meledak-ledak. Sebuah kata bagi seseorang bisa mampu membangkit gejolak
jiwanya, namun bagi lainnya hanya sekedar menjadi guyonan saja. Setiap daerah
juga memiliki karakteristik yang sama. Sebuah kata bisa menjadi sangat sensitif
bagi suatu daerah namun tidak bagi daerah lainnya. Nah, bagaimana jika hal ini
menyentuh wilayah agama, pasti energy kata akan menjadi sangat ramai sekali.
Pada wilayah ini energy potensial kata akan semakin dahsyat pula. Maka
perhatikanlah sudah jutaaan nyawa manusia melayang sia-sia akibat meledaknya
energy potensial di dalam dirinya atas sebuah kata. Mengapakah dalam wilayah
ini, energy potensial kata menjadi besar sekali. Sehingga jika meledak akan mampu menghancurkan
dunia ?. Bukankah seharusnya sebagai umat beragama kita sudah tidak memiliki
energy potensial kata seperti ini. Selayaknya kita menjadi pemaaf, kita menjadi
santun,kita menjadi rahmat semesta alam. Pertanyaannya mengapakah setiap
manusia menyimpan Energy Potensial kata ini, sehingga bila kata ini di ucapkan
orang lain atas dirinya, energy ini seperti mendapat momentumnya ?. Heh…
Kata adalah sebuah energy
Sebaiknya huruf memang tak perlu kata, hingga hanya hati yang
mampu mengurai maknanya. Sebagaimana Al qur an juga berbicara kepada kita,
melalui huruf-huruf tanpa kata.
“Alif lam mim. Alif lam
mim shad.
Alif lam ra. Alif lam
mim ra. Kaf ha ya ‘ain shad.
Tho ha.Tha sin mim. Tha
sin. Shad. Qaf. Yaa sin. Haa mim.”.
Bilakah huruf tanpa kata (?). Pertanyaan kembali diulang. Jika huruf berjajar tanpa aturan baku,
bagaimana mengungkap makna (?). Para musafir juga mengalami keraguan ketika
mencoba menguraikan makna huruf-huruf yang menjadi pembuka surah tersebut. Tidak ada
konsesus yang pasti atas makna Alif lam mim. Apakah huruf memang tak perlu di
maknai apa-apa (?). Rangkaian huruf tersebut beberapa kali di ulang dalam pembuka
(awal) surah di dalam Al quran, bagaimanakah menjelaskan kejadian ini. Tentunya
bukan suatu yang kebetulan semata.
Apakah makna huruf yang di jajarkan buat kita. Huruf yang disusun dalam aturan yang baku akan menjadi kata yang mampu
kita maknai. Bagaimana jika huruf-huruf kita susun seenaknya saja, adakah yang
bisa menangkap apa yang saya maksudkan kalau saya begitu ?. Bilakah memang huruf tak perlu kita maknai
apa-apa ?. Jikapun nanti menjadi sebuah kata, ya baik-nya tak perlu kita maknai
saja, agar kata tidak berubah menjadi energy lagi. Bisakah kita begitu ?.
Kajian ini di tuliskan dalam keberaturan susunan huruf.
Huruf-huruf disusun dalam bentuk baku yang sudah menjadi konsensus manusia.
Jika saya tidak mengikuti aturan yang baku, maka apa yang saya maksudkan
tentunya tidak akan sampai kepada pembaca. Pembaca hanya akan menerima rangkaian
susunan huruf yang sudah di pahami, yang memang sudah berada dalam file
referensinya. Jika tidak maka tidak akan
dikenalinya. Sehingga makna menjadi
kosong. Pembaca tidak akan mendapatkan sensasi apapun dari huruf yang tersusun
tersebut. Energy potensial kata menjadi
nol. Manusia tidak menyimpan energy atas kata tersebut. Lho…
Kata yang bermakna adalah hasil konsensus manusia. Bilakah
kata menjadi bermakna tanpa konsensus terlebih dahulu ?. Bisa dan sangat bisa.
Buktinya Al quran sudah menyampaikannya kepada kita. “Alif
lam mim. Alif lam mim shad. Alif lam ra. Alif lam mim ra. Kaf ha ya ‘ain shad.Tho
ha.Tha sin mim. Tha sin. Shad. Qaf. Yaa sin. Haa mim.”. Lha bagaimana
mengartikannya ?. Pertanyaannya bukan begitu. Tapi kita mau mengartikan apa
atas kata tersebut ?. Silahkan ber kontemplasi kepada hati (jiwa) masing-masing.
Kata tersebut masih benar-benar murni. Susunan hurufnya di luar konsesus
manusia. Tidak ada batasan buat kita manusia untuk memaknainya. Sanggupkah jiwa
kita berdialog dengan penyusun kata tersebut ?. Beranikah kita berdialog kepada
Tuhan (Allah) mohon dipahamkan susunan huruf yang tidak ada dalam referensi manusia tersebut (?).
Allah ingin berdialog dengan jiwa kita dengan susunan huruf
yang tak biasa. Ingin menyampaikan sesuatu kepada jiwa-jiwa yang mau
berkomunikasi langsung kepada-Nya. Allah ingin memberikan informasi langsung
atas wilayah KUN. Wilayah kehendak Allah. Sesuatu yang sangat besar. Maka Allah
memilih susunan huruf tanpa kata. Apakah susunan itu memiliki makna ?. Lha
pasti memiliki makna. Jika tidak memiliki makna untuk apa di tuliskan. Ingat
saat kita pramuka dahulu, kita banyak di ajarkan bahasa sandi. Bahasa yang
super khusus di buat untuk kalangan yang tak biasa. Dahulu waktu ikut Pramuka, kita kenal ada sandi morse,
sandi rumput, dan mungkin lain-lainnya lagi. Apakah itu tidak ada maknanya (?).
Ya, hanya orang-orang yang mau belajar bahasa sandi tersebut yang pastinya mengerti.
Huruf yang tersusun adalah sebuah kode rangkaian energy potensial
yang tersembunyi. Energy ini akan menjadi
daya dorong luar biasa saat jiwa akan mengekslorasi dimensi-dimensi kesadaran yang
memang membutuhkan energy besar. Maka siapa-siapa yang diberikan anugrah atas hikmah
ini, adalah manusia yang beruntung. Walouhualam
Salam
arif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.