Rabu, 04 Juli 2012

Huruf tanpa kata Alif lam mim

Huruf tanpa kata. Siapakah yang mampu memaknainya (?).Kata adalah susunan huruf yang dirangkai menjadi bermakna. Kata tanpa huruf siapakah juga yang dapat membacanya (?). Bagaimanakah kata bisa saling mengungkapkan rahsa jikalau tiada makna. Jika manusia kehabisan kata-kata  apakah yang dapat mewakili sebagai pengungkap rahsa (?). Sungguh tidak mungkin, maka manusia tidak pernah kehabisan kata-kata. Berbilyun kata sudah di gunakan manusia setiap harinya. Bayangkan betapa semrawutnya udara di bumi ini, bersliweran kata-kata manusia yang berbicara melalui HP, belum lagi yang diungkapkan melalui SMS.  Kata menjadi energy menjalar di udara kemudian berubah menjadi kata lagi, nampak di layar  penerimaan HP kita. Apakah energy kata sudah berhenti sampai disini ?.

Tidak !. Sekali lagi tidak ?. Hukum kekekalan energy menyatakan bahwa energy tidak dapat dimusnahkan atau di ciptakan. Energy selalu akan mengalami perubahan bentuknya. Maka setelah enrgy menajdi tampilan sebuah kata di layar monitor HP, energy tersebut tidak akan berhenti begitu saja. Seandainya (bayangkan) jika   kata yang ditampilkan adalah berita buruk. Berita kematian misalnya. Kata ini akan berubah menjadi energy lagi akan memporak porandakan jiwa kita. Sebuah kata mampu menjungkir balikan logika kita semua. Bagai palu godam menghantam dada kita, bahkan tidak sedikit kemudian yang pingsan karenanya. Begitu hebatnya energy sebuah kata (?).

Namun anehnya, energy kata tidak akan bekerja jika kata yang di tampilkan tidak memiliki makna apa-apa, (jika) si penerima tidak memiliki referensi apapun atas kata tersebut. Misalnya; Huruf yang tersusun acak tak membentuk kata yang bermakna maka kata ini tak akan menimbulkan sensasi apa-apa di badan. Atau misalnya meskipun itu adalah berita kematian, namun berita tersebut juga  tidak akan menimbulkan energy (efek) apa-apa terhadap si penerima yang tidak mengenal orang yang mati tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa energy kata hanyalah sebuah ENERGY POTENSIAL saja. Seberapakah besarnya energy tersebut, maka hal ini sangat individual sekali sifatnya. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah persepsi orang tersebut.  Maka saya beranikan diri untuk mengusung pemahaman bahwasannya persepsi manusia menyimpan potensial energy yang dahsyat.  Tinggal menunggu saja momentumnya (yaitu) sesuatu  yang akan menggerakkan potensial energy ini menjadi sebuah energy gerak (kinetik energy). Jika saya coba analogy-kan besarnya energy tersebut maka saya akan dapat permasaan analogy sebagai berikut :

Epk = m.g.h
Epk = Energy potensial kata
m = massa muatan kata (makna)
g = gaya grafitasi yang disebabkan medan matery yang melingkupi dirinya sebagai akibat menuhankan selain Allah.
h = jarak persepsidan  atas realitas sejati

catatan : Persamaan ini bersifat teoritis belaka. Silahkan eksplorasi pemahaman ini di kajian-kajian sebelumnya atas istilah yang di gunakan.

Setiap  manusia memiliki energy potensial dalam dirinya sendiri atas sebuah kata, sungguh sangat menarik. Semakin jauh jarak antara persepsi dan realitas maka semakin besar energy potensial kata bagi orang tersebut. Maka orang ini akan terlihat sangat pemarah, dan mudah tersinggung. Sebab energynya mudah sekali meledak-ledak. Sebuah kata bagi seseorang bisa mampu membangkit gejolak jiwanya, namun bagi lainnya hanya sekedar menjadi guyonan saja. Setiap daerah juga memiliki karakteristik yang sama. Sebuah kata bisa menjadi sangat sensitif bagi suatu daerah namun tidak bagi daerah lainnya. Nah, bagaimana jika hal ini menyentuh wilayah agama, pasti energy kata akan menjadi sangat ramai sekali. Pada wilayah ini energy potensial kata akan semakin dahsyat pula. Maka perhatikanlah sudah jutaaan nyawa manusia melayang sia-sia akibat meledaknya energy potensial di dalam dirinya atas sebuah kata. Mengapakah dalam wilayah ini, energy potensial kata menjadi besar sekali. Sehingga jika meledak akan mampu menghancurkan dunia ?. Bukankah seharusnya sebagai umat beragama kita sudah tidak memiliki energy potensial kata seperti ini. Selayaknya kita menjadi pemaaf, kita menjadi santun,kita menjadi rahmat semesta alam. Pertanyaannya mengapakah setiap manusia menyimpan Energy Potensial kata ini, sehingga bila kata ini di ucapkan orang lain atas dirinya, energy ini seperti mendapat momentumnya ?. Heh…

Kata adalah sebuah energy

Sebaiknya huruf memang tak perlu kata, hingga hanya hati yang mampu mengurai maknanya. Sebagaimana Al qur an juga berbicara kepada kita, melalui huruf-huruf tanpa kata.

“Alif lam mim. Alif lam mim shad.
Alif lam ra. Alif lam mim ra. Kaf ha ya ‘ain shad.
Tho ha.Tha sin mim. Tha sin. Shad. Qaf. Yaa sin. Haa mim.”.

Bilakah huruf tanpa kata (?). Pertanyaan kembali diulang.  Jika huruf berjajar tanpa aturan baku, bagaimana mengungkap makna (?). Para musafir juga mengalami keraguan ketika mencoba menguraikan makna huruf-huruf  yang menjadi pembuka surah tersebut. Tidak ada konsesus yang pasti atas makna Alif lam mim. Apakah huruf memang tak perlu di maknai apa-apa (?). Rangkaian huruf tersebut beberapa kali di ulang dalam pembuka (awal) surah di dalam Al quran, bagaimanakah menjelaskan kejadian ini. Tentunya bukan suatu yang kebetulan semata.

Apakah makna huruf yang di jajarkan buat kita. Huruf  yang disusun dalam  aturan yang baku akan menjadi kata yang mampu kita maknai. Bagaimana jika huruf-huruf kita susun seenaknya saja, adakah yang bisa menangkap apa yang saya maksudkan kalau saya begitu ?.  Bilakah memang huruf tak perlu kita maknai apa-apa ?. Jikapun nanti menjadi sebuah kata, ya baik-nya  tak perlu kita maknai saja, agar kata tidak berubah menjadi energy lagi. Bisakah kita begitu ?.

Kajian ini di tuliskan dalam keberaturan susunan huruf. Huruf-huruf disusun dalam bentuk baku yang sudah menjadi konsensus manusia. Jika saya tidak mengikuti aturan yang baku, maka apa yang saya maksudkan tentunya tidak akan sampai kepada pembaca. Pembaca hanya akan menerima rangkaian susunan huruf yang sudah di pahami, yang memang sudah berada dalam file referensinya. Jika tidak maka  tidak akan dikenalinya. Sehingga  makna menjadi kosong. Pembaca tidak akan mendapatkan sensasi apapun dari huruf yang tersusun tersebut.  Energy potensial kata menjadi nol. Manusia tidak menyimpan energy atas kata tersebut. Lho…

Kata yang bermakna adalah hasil konsensus manusia. Bilakah kata menjadi bermakna tanpa konsensus terlebih dahulu ?. Bisa dan sangat bisa. Buktinya Al quran sudah menyampaikannya kepada kita. “Alif lam mim. Alif lam mim shad. Alif lam ra. Alif lam mim ra. Kaf ha ya ‘ain shad.Tho ha.Tha sin mim. Tha sin. Shad. Qaf. Yaa sin. Haa mim.”. Lha bagaimana mengartikannya ?. Pertanyaannya bukan begitu. Tapi kita mau mengartikan apa atas kata tersebut ?. Silahkan ber kontemplasi kepada hati (jiwa) masing-masing. Kata tersebut masih benar-benar murni. Susunan hurufnya di luar konsesus manusia. Tidak ada batasan buat kita manusia untuk memaknainya. Sanggupkah jiwa kita berdialog dengan penyusun kata tersebut ?. Beranikah kita berdialog kepada Tuhan (Allah) mohon dipahamkan susunan huruf yang tidak ada dalam referensi manusia tersebut (?).

Allah ingin berdialog dengan jiwa kita dengan susunan huruf yang tak biasa. Ingin menyampaikan sesuatu kepada jiwa-jiwa yang mau berkomunikasi langsung kepada-Nya. Allah ingin memberikan informasi langsung atas wilayah KUN. Wilayah kehendak Allah. Sesuatu yang sangat besar. Maka Allah memilih susunan huruf tanpa kata. Apakah susunan itu memiliki makna ?. Lha pasti memiliki makna. Jika tidak memiliki makna untuk apa di tuliskan. Ingat saat kita pramuka dahulu, kita banyak di ajarkan bahasa sandi. Bahasa yang super khusus di buat untuk kalangan yang tak biasa. Dahulu waktu ikut Pramuka, kita kenal ada sandi morse, sandi rumput, dan mungkin lain-lainnya lagi. Apakah itu tidak ada maknanya (?). Ya, hanya orang-orang yang mau belajar bahasa sandi tersebut yang pastinya mengerti.

Huruf yang tersusun adalah sebuah kode rangkaian energy potensial yang tersembunyi. Energy ini  akan menjadi daya dorong luar biasa saat jiwa akan mengekslorasi dimensi-dimensi kesadaran yang memang membutuhkan energy besar. Maka siapa-siapa yang diberikan anugrah atas hikmah ini, adalah manusia yang beruntung. Walouhualam

Salam
arif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.