Sekali lagi tentang cinta. Keyakinan para pecinta jelas
berbeda dengan seluruh keyakinan yang lain. Jalan cinta tidaklah seperti
jalan-jalan lainnya. Bendunglah dengan seribu cara, maka aliran cinta akan mencari muaranya, mereka akan tetap
jatuh cinta. “….Dan mereka yang beriman memiliki
cinta yang sungguh-sungguh kepada Allah. …". (QS. 2 : 165). Semua tentang
cinta. "Aku (Allah) adalah khazanah yang
tersembunyi, lalu Aku ingin diketahui, maka Aku ciptakan alam semesta". (Hadist
Qudsi). "…Dia mencintai
mereka dan mereka juga mencintai-Nya…". (QS. Al Maidah: 54). Begitulah
keadaannya, bagaimana menetapinya ?. Mampukah menguraikannya. Mengurai rahsa
yang membuncah, yang menggelora dalam dada-dada mereka ? Inilah kajian tentang cinta. Cintanya para kekasih
Allah.
Semua tentang rahsa
Maka pertanyaan di lontarkan sekali lagi. Apakah akan sama
hati para pecinta Allah dengan hati para pecinta tandingan-tandingan Allah (yang di buat-buat sendiri oleh manusia).
Tandingan yang mereka anggap sebagai Tuhan, yang nyatanya
hanyalah serupa Hantu-hantu yang
senang menyaru sebagai Tuhan. Adalah Tuhan-tuhan
dalam gagasan manusia ?. Coba katakan, apakah
akan sama rahsanya , antara pecinta Allah dan lainnya , yaitu pecinta selain Allah ?. Siapakah yang mengerti perbedaan, diantara keduanya itu?.
Jika suatu umat telah kehilangan rahsa cinta kepada-Nya maka
suatu saat Allah akan mendatangkan suatu kaum lainnya lagi, dimana firman Allah
:
"Wahai orang beriman !. Barang siapa di
antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, kelak Allah akan mendatangkan
suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka
juga mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang
beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang kafir, yang berjihad di jalan
Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah
karunia Allah yangdi berikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
Mahaluas, Maha mengetahui. (QS. Al Maidah ; 54)
Namun selalu kita dibingungkan dengan diri kita sendiri,
kita tak pernah mampu mengenali cinta yang sesungguhnya, bagaimana rahsanya
cinta kepada-Nya. Apakah sama rahsanya dengan jenis-jenis cinta lainnya.
Bagaimana jiwa mengenali dan menetapinya, jikalau kita sendiri tidak pernah
tahu bagaimana rahsanya itu ?.
"Diantara
manusia ada orang yang menyembah Tuhan selain Allah sebagai tandingan yang
mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang beriman sangat besar
(sungguh-sungguh) cintanya kepada
Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka
menyaksikan azab, bahwa kekuatan itu semua milik Allah dan bahwa Allah sangat
berat azab-Nya (pasti mereka menyesal) " (QS. Al baqoroh ; 165)
Semua tentang rahsa. Sudahkahkita melihat perbedaaan rahsa cinta antara kedua golongan, yang
dimaksudkan dalam ayat tersebut ?.
Bagaimanakah menyelami rahsa-rahsa mereka itu ?. Sedikit perumpamaan, apakah
sama rahsanya berdiri di pegunungan
sejuk dengan berdiri di padang pasir di bawah terik matahari ?. Siapakah yang
mampu merasakan bedanya ?. Bagaimanakah
merahsakan, dan tahu bedanya antara kedua rahsa
tersebut ?.
Dua orang berbeda. Salah satunya kesehariannya hidup di
padang pasir, yang panas dan terik. Sementara yang satunya lagi
keseharainnya hidup dipegunungan, yang
dingin berselimut salju. Cobalah tanyakan kepada masing-masingnya, apakah yang dapat
mereka maknai atas rahsa panas dan dingin. Sejauh manakah interval
nilai atas hal tersebut yang mereka maknai. Coba bagaimanakah cara pandang mereka atas nikmat air putih ?. Seberapa
besarkah nilai air putih yang dingin bagi
keduanya ?. Apakah arti semua itu ?.
Setiap diri,
memerlukan pembanding untuk mampu mengenali perbedaan tersebut. Bagi yang
pernah merasakan kesejukan hidup di pegunungan akan merasakan siksaan hidup di padang pasir. Dia kemudian sadar bahwa kenikmatan
pegunungan akan terasa nikmatnya tatkala dia kehilangan suasana itu, misalnya dia
berada di padang pasir. Dia akan meng-angankan kembali, (ketika saat) hidupnya
di pegunungan. Dan begitu juga sebaliknya. Itulah efek dualitas dalam diri
manusia. Jiwa akan mencari suasana yang lebih baik (menurut anggapannya), ketika
dia berhadapan dengan suasana yang belum
di kenalinya. Akhirnya, kemudian jiwa mulai bermain di angan, ber andai-andai,
mengangankan kenikmatan, dan suasana-suasana yang terlintas dalam angannya.
Jika ini, jika itu, jiwa terus meliar, mencari, mengejar sesuatu entah apa, yang
entah kapan dia mampu mendapatkannya, bahkan mungkin seumur hidup-pun dia tidak
akan pernah mampu memuaskan dahaga jiwa,
yaitu apa-apa yang dalam
angan-angannya. Ketika jiwa di berikan segunung emas, maka dia akan meminta
seluruh lautan menjadi emas, jika seluruh lautan menjadi emas, maka jiwa pun
akan meminta seluruh isi bumi menjadi emas. Begitulah ironinya, sehingga tanpa
sadar jiwanya di hadapkan terus kepada sesuatu yang di angankan tersebut. Berharap
seluruh keinginannya satu demi satu terpenuhi, tak pernah usai, tidak akan
pernah selesai, sampaipun nyawa habis di badan. Dia terhijab, dia tidak
menyadari jika (selama ini) jiwanya telah salah ia hadapkan kepada HANTU. Maka
dirinya (jiwanya) di kejar-kejar Hantu-hantu tersebut. Betapa lemah diri
manusia.
Ada lagi masalah, meski kita hidup dalam alam pegunungan sekalipun, tanpa harus
meninggalkan gunung. Tetapi kenapa sama saja, jiwa tetap kesulitan untuk merasakan
nikmatnya hidup di pegunungan. Bagaimanakah kita ini sebenarnya ?. Ketika
kita mendapat pekerjaan, begitu sibuknya kita, malahan kita sering mengangankan betapa
nikmatnya ber santai di rumah (kalau perlu tidak usah bekerja). Namun ketika
kita menjadi pengangguran, kita pun gelisah, setiap saat kita selalu mengangankan betapa nikmatnya jika
kita bekerja, menjadi pekerja. Jiwa
terus ber kejaran dengan angan. Hati sekian lama, se umur hidup terus di dera
kesempitan demi kesempitan, begitulah keadaan jiwa ketika kita salah dalam
menghadapkan diri kita ini. Kita kemudian
menjadi sulit sekali menyatakan cinta kita kepada Allah !. Maka kemudian
Allah mengabadikan dan mengungkapkannya kepada kita, di dalam Al qur an,
bagaimana keadaan dan suasana dada
orang-orang tersebut. Dan juga bagaimana keadaan dada orang yang telah kembali kepada Allah. (Lihat
tulisan Bpk Deka, Jika Allah merestorasi )
Cinta adalah tentang rahsa. Bagaimanakah membahasakan rahsa
jika kita sendiri tidak merasa hidup ?. Bagaimana
kita merasa hidup jika hati kita telah mati, tidak merasakan apa-apa lagi. Kemudian
bagaimana kita mampu menikmati hidup, bilamana cinta sudah tak berbekas di dada. Hati yang tidak mengolah rahsa akan menjadi
mati, keras membatu. Apalagi jika berbicara
tentang cinta. Sudahkah kita sadari ?. Bagaimana kita mampu men-cinta jika hati telah keras membatu, tidak punya rahsa
lagi. Dus..kapan terakhir kita merasakan cinta bersemayam di hati ?. Kita telah
lupa kapan itu ?. Mungkin dulu sudah lama sekali. Mungkin juga kita sudah lupa
bagaimana rahsanya ?. Layaknya kita
bertanya dalam diri kita, “Masihkah ada
benih cinta di hati kita ?”. Jika
masih ada, arahkan lah cinta kita kepada
Yang Maha Hidup dan Abadi. Yang ada selamanya. Mohonlah Cinta-Nya, agar kita
hidup , dalam hakekat hidup, dalam hakekat
rahsa, memaknai kehidupan dalam realitas yang benar.
"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, cinta-Mu dan cinta orang-orang yang
Engkau cintai ".
Kerinduan sang Pencinta sejati
Mahabbah adalah suasana hati di mana pecinta
rindu ingin bertemu Kekasih.
Bagaimanakah rahsanya ?. Tahukah kita seperti apa rahsa itu ?. Cinta
adalah bagian dari kekhusukan. Bagaimanakah kita mampu khusuk jika kita tidak
mampu merasakan cinta-Nya ?.
Begitu dahsyatnya cinta menyusup, mencengkeram hati dan pikiran, sehingga Hujjatul Islam Al Ghozali pun tersungkur,
menghiba, terpapar dan menjadi sakit.
Sakit yang aneh yang tidak ada satupun dokter ketika itu mampu menyembuhkannya.
Ular cinta telah menyengat hatiku,
Tidak ada dokter atau
pemikat untuk menyembuhkanku,
Kecuali Kekasih yang
mengisi hatiku,
Ditangan-Nya terletak
kesembuhanku dan daya yang memikatku.
(Imam Al Ghozali)
Waduh.., bagaimanakah kejadiannya ?. Seperti apakah rahsa yang dialaminya itu. Sepertinya kita mengerti, sepertinya terngiang begitu dekat, lekat dalam
ingatan. Cuma sepertinya juga sangat
jauh. Bahkan hakekatnya, kita
sesungguhnya tidak mengerti apa-apa tentang cinta. Bagaimanakah jika orang seumur hidupnya belum pernah merasakan cinta,
belum pernah jatuh cinta. Bagaimana menceritakan kepadanya tentang rahsa ini ?.
Bagaimanakah menceritakan kerinduan yang membekap jiwa dan raga.
Heh..sulit, sungguh sulit sekali. Bahkan orang sering menafikkan cinta. Mereka
tidak tahu bahwasanya cinta adalah jalan bagaimana kita mendekatkan diri kita
kepada-Nya.
Namun meskipun sulit mengungkapkannya. Semua layak di coba
untuk menyampaikan bagaimana khabar kerinduan para pecinta Allah. Maka sejauh ini kita hanya mampu
melakukan pendekatan dalam kisah-kisah yang mampu kita tangkap dalam realitas
kekinian. Mencoba mengajak diri kita menyelami , merahsakan perguliran rahsa
diantara kisah-kisah itu. Mari kita angkat kembali kisah Nabi Yusuf dan
Zulaikha.
Di dalam kitabnya Imam
Al Ghazali mengkisahkan :
Cinta adalah kecenderungan tabiat pada sesuatu yang
menyenangkan. Jika kecenderungan itu menjadi teguh dan kuat, dinamakan ‘Isyq (kerinduan). Tidakkah kita baca
kisahnya, bagaimana cinta Zulaikha kepada nabi Yusuf. Setelah nabi Yusuf
memilih penjara. Bagaimana nelangsa Zulaikha,
hidup dalam keadaan ‘Isyq. Begitulah cinta, begitu membutanya dirinya
karena cinta. Bagaimana juga setelahnya,
ketika nabi Yusuf as, sudah di
keluarkan dari penjara, dan ketika lama dia tidak bersua. Lama nian Nabi Yusuf as, tidak pernah meghampirinya, ber
tegur sapa padanya. Bagaimanakah galaunya jiwa, tak satupun kata mampu
mewakilinya.
Dia memiliki banyak kekayaan. Dia mempunyai mutiara, kalung,
yang di bawa oleh tujuh puluh unta, semua telah dia habiskan demi kecintaannya
kepada Yusuf. Kepada setiap orang yang sudah mengkhabarkan keadaan yusuf, dia
memberikan kalung yang membuat orang itu menjadi kaya raya. Hingga akhirnya, (tentunya
setelah suaminya meninggal), tiada sedikitpun kekayaannya tersisa. Keadaan
dirinya mengenaskan sekali, setiap sesuatu ia namai Yusuf. Begitu seterusnya, dia
tak heran ketika ia mendapati nama Yusuf
kekasihnya, telah tertulis di planet-planet, di langit, di mana saja, begitulah
keadaannya, saking cintanya ia kepada Yusuf.
Mengapakah Yusuf as, mengabaikannya ?. Bagaimana reaksi nabi Yusuf as, akan cinta Zulaikha ?. Dalam Al qur an di kisahkan, nabi Yusuf as justru malah berdoa kepada Allah, memohon agar dia di
masukan ke dalam penjara saja. Dia mengerti, jika seperti itu keadaan Zulaikha,
jika begitu cara mencinta Zulaikha, itu bukanlah suatu kebaikan. Baik bagi
dirinya maupun bagi kekasihnya itu. Sang pecinta sejati tahu betul keadaan itu.
Sang pecinta sejati, selalu menginginkan kebaikan bagi kekasihnya. Maka
Yusuf as, memilih penjara dari
pada menerima cinta Zulaikha saat itu. Itulah yang di pilihnya. Dia menjaga
dirinya dan kekasihnya, dari fitnah yang keji yang mungkin akan menimpa dirinya dan kekasihnya
nantinya. Hal yang sulit di mengerti Zulaikha saat itu !.
Zulaikha telah lupa siapa dirinya, (ketika itu) Zulaikha sudah
tidak mampu membawa diri, dan menjaga dirinya sendiri, dia telah lupa
bahwasannya dirinya adalah wanita yang ber martabat. Dia telah lupa itu semua,
dia telah di butakan oleh cintanya, sungguh
berbahaya keadaannya. Betapa tidak, saat itu, Zulaikha masih dalam status istri orang. Jelas tidak
mungkin nabi Yusuf akan menerima cinta Zulaikha. Meski bagaimanapun besarnya cintanya dia kepada Zulaikha. Dia akan tetap
menginginkan kebaikan
bagi kekasihnya itu. Dia akan tetap menjaga kesucian
kekasihnya dan juga dirinya.
Allah Maha Besar. Setelah keadaan berbeda, setelah suami Zulaikha meninggal. Allah
mempertemukan cinta mereka. Yusuf as,
selanjutnya menikahi Zulaikha. Meski saat
itu Yusuf as, sudah menjadi Pembesar negri, dan keadaan Zulaikha sendiri telah habis hartanya, menyendiri
dan nelangsa. Namun Yusuf as, tetaplah meminangnya. Begitulah pecinta sejati,
tidak melihat bagaimana rupa dan keadaan sang kekasih. Sungguh betapa indah dan agung kisah cinta ini. Bagaimana kita
mampu menyelami rahsa yang teraduk-aduk diantara mereka itu ?. Keteguhan dan
cinta, kasih sayang dan kesabaran, kekuatan dan keimanan, berpadu dalam gairah
cinta anak manusia, teramu dalam rahsa di jiwa, adakah yang mampu menerima
susupan rahsa itu, selain mereka ?. Adakah
yang berani mencobanya ?.
Waktu terus berlalu, bagaimana selanjutnya cinta Zulaikah
terhadap Yusuf as ?. Diriwayatkan, setelah beriman dan menikah dengan Yusuf as,
Zulaikha menyendiri terus, beribadah dan memutuskan hubungan dengan segala
sesuatu , mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Ketika pada suatu siang Yusuf mengajaknya ke tempat tidur, ia meminta
Yusuf menunggu hingga datang malam. Ketika datang malam, ia meminta lagi kepada
Yusuf untuk menunggu hingga datang siang lagi. Begitu seterusnya.
Ia berkata, "Yusuf, sebelum aku mengenalmu, aku hanya
mencintaimu. Namun, setelah aku mengenalmu, kecintaan
kepada-Nya tidak menyisakan kecintaan kepada selain-Nya. Aku tidak ingin
ada yang menggantikan-Nya”
Kemudian Yusuf as, menjawab, “Allah ‘Azza wa jalla memerintahkan hal itu kepadaku. Allah mengkhabarkan
bahwa akan keluar dua anak darimu, dan Dia akan menjadikan mereka nabi."
Zulaikha akhirnya berkata, "Jika Allah memerintahkan hal itu kepadamu dan menjadikan sebagai jalan menuju-Nya, niscaya ketaatan
kepada-Nya, merupakan hal utama. Dengan itu aku merasa tenteram."
Begitulah keadaannya, akhirnya Zulaikha mengerti, meski
begitu besarnya cintanya kepada nabi Yusuf as, namun setelah dia menyelami dan
merasakan bagaimana sebenarnya
cinta-Nya, dia tidak mau lagi membagi dengan lainnya. Tidak juga kepada
Yusuf as. Dalam hatinya hanya ada cinta Allah kepadanya, tidak mau ada yang
mengantikannya. Begitu kuat cintanya kepada Allah. Dia pun akhirnya menjadi pecinta sejati. Inilah
akhir cerita yang benar, kisah para pecinta sejati. Dalam dekapan Cinta-Nya, Zulaikha merasa
tenteram, tidak lagi di hantui rasa yang mengharu biru, sebagaimana keadaan
(ketika) cintanya dahulu kepada Yusuf as.
Begitu pula Yusuf as, sang pecinta sejati , meski dia harus
mengorbankan dirinya, namun demi kebaikan
sang kekasih dirinya rela di penjara. Bagaimana kejadiannya jika kisah itu di
gantikan oleh orang lainnya, oleh diri kita, siapakah yang tidak tergiur dan
tidak tergoda oleh cinta Zulaikha yang cantik, (tercantik di kota nya) dan kaya raya ?. Heh.. !. Kita tentu sudah mampu menebak, kemana arah
jalan ceritanya, karena kita sering melihat alur cerita tersebut di sinetron. Begitulah, manusia di ciptakan dalam keadaan
lemah, selalu menganggap baik perbuatannya yang buruk. Layaknya kita ber lindung kepada-Allah dari
sifat-sifat tercela seperti itu, dan menyegerakan memohon ampunan kepada-Nya.
Maka pertanyaannya, mampukah kita men cinta dengan benar,
men cintai-Nya, mencintai apa-apa yang
di cintai-Nya, sebagaimana cinta para kekasih Allah ?. Apakah cinta kita kepada dunia (istri, anak, pacar,
jabatan, mobil, karomah, kesaktian, dll) melebihi cinta kita kepada Allah ?.
Bagaimanakah kita mengetahui itu ?. Seperti apakah tolak ukurnya ?.
Jangan-jangan malahan begitu ?. Hik…!.
Bagaimanakah ini ?.
"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu,cinta-Mu dan cinta orang-orang yang
Engkau cintai ".
Wolohualam.
Masih akan di kaji, kenapakah dan ada apakah dengan cinta ini?.
Adakah yang mau mengerti ?.
Catatan : Kajian ini masih satu rangkain dalam episode kisah cinta pada kajian terdahulu, yang belum selesai di tuliskan.
Wasalam,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.