SAKTI Madiun: Harmoni dan Lokalitas Televisi
“Wah, gambarnya sekarang lebih kinclong dari sebelumnya ya,” ujar seorang teman.
“Ndak
cuma gambarnya saja, tapi program-program tayangannya sekarang juga
jauh lebih bagus. Ada program tayangan yang inspiratif seperti TV anu
(menyebut salah satu stasiun televisi di Jakarta). Kalau program
beritanya, ndak kalah dengan TV anu (menyebut salah satu staisun TV
berita di Jakarta),” timpal teman yang lain.
PERCAKAPAN
dua orang sahabat ini saya dengarkan sendiri. Dan, yang sedang mereka
perbincangkan adalah stasiun televisi lokal di Madiun, Jawa Timur:
Sakti Madiun. Terbersit rasa gembira dalam hati saya mendengarkan
komentar positif seperti ini.
Ya,
Sakti Madiun adalah nama baru dari Madiun TV. Keberadaan Madiun TV di
kota Madiun dan sekitarnya sudah ada sejak 2009 lalu. Seperti
kebanyakan televisi lokal yang jumlahnya lebih dari 100 stasiun
televisi, Madiun TV mengalami masa-masa sulit sejak berdiri. Kondisi
sulit ini tak bisa dilepaskan dari pengelolaan stasiun televisi lokal
yang belum berpijak pada pola manajemen modern. Selain itu, hampir
semua stasiun televisi lokal masih menggunakan peralatan broadcasting
dengan kualitas abal-abal.
Maka,
tak heran bila nyaris seluruh stasiun televisi lokal di Indonesia,
sampai saat ini kondisinya masih megap-megap. Pemasukan iklan yang tak
seberapa, sangat tidak berbanding lurus dengan biaya operasional yang
cukup tinggi. Namun, sejatinya televisi lokal bisa hidup dan
mendapatkan untung, bila dikelola secara profesional dan ditunjang
dengan peralatan teknik yang memadai.
Survei
yang dilakukan Sakti Network Televisi menunjukkan data-data yang jelas.
Ada tiga faktor utama yang menjadikan sebuah stasiun televisi lokal
bisa mendapatkan penonton: gambar yang jernih, kualitas gambar yang
bagus, program tayangan yang berkelas.
Untuk
itulah, Sakti Network Televisi yang berpusat di Surabaya, Jawa Timur,
hadir. Sakti Network Televisi meyakini bahwa pengelolaan dengan basis
profesionalisme, akan mampu menempatkan televisi lokal dalam skala
persaingan sehat dengan stasiun-stasiun televisi yang ada di Jakarta.
Terlebih
lagi jika kehadiran stasiun televisi lokal di berbagai daerah ini
diikat dalam sebuah hubungan berjaringan. Konsep televisi berjaringan
ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kebijakan pemerintah
mengenai televisi berjaringan yang tertuang dalam Undang-Undang
Penyiaran.
Tak
hanya berniat menjalankan amanah UU Penyiaran, Sakti Network Televisi
sengaja memilih dan menjalankan konsep televisi berjaringan dengan
pertimbangan bisnis. Kajian bisnis yang dilakukan Sakti Network
Televisi memperlihatkan hasil yang mencengangkan. Ternyata, potensi
pasar untuk mendapatkan keuntungan dari bisnis televisi, tetap ada di
daerah-daerah.
Padahal,
selama ini banyak pihak yang sudah terlanjur memvonis bahwa kue iklan
hanya beredar di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Dengan konsep
berjaringan, pola berjualan spot iklan dan program-program non on air
akan lebih mudah dilakukan. Ibarat tagline banyak iklan: buy one get
one free.
Bayangkan, kalau jaringan Sakti Network ada di tujuh kota di Jawa Timur, maka tagline tadi akan menjadi: buy one get seven free. Tentunya, implementasi dari tagline tadi akan mengikuti dan memenuhi kaidah-kaidah bisnis secara umum.
Program-program
tayangan yang diproduksi Sakti Madiun tentunya tidak akan pernah lepas
dari unsur lokalitas. Konsep lokalitas ini penting untuk mengangkat
unsur kelokalan masyarakat Madiun dan sekitarnya, utamanya dari segi
kultur. Inilah yang menjadi salah satu keunggulan Sakti Madiun. Dengan
konsep ini, unsur kedekatan secara psikologis akan menjadi sebuah
keniscayaan.
Madiun
dan sekitarnya. Dan, pada 19 Februari 2012, Sakti Madiun akan makin
mendekatkan diri dengan masyarakat Madiun dan sekitarnya. Karena pada
19 Februari nanti, Sakti Madiun akan mengusung sebuah acara bertajuk
“Harmoni Langkah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.