Sumber http://jalanpengusaha.com/artikel/pengusaha-atau-penguasa/
Ujilah pada orang-orang di sekeliling Anda dengan pertanyaan bagaimana
citra seorang pengusaha dalam benak mereka. Jawaban terbanyak adalah betapa
nikmatnya jadi seorang pengusaha. Seolah-olah segala beban yang dipikul
oleh seorang pengusaha jauh lebih kecil ketimbang menjadi seorang karyawan.
Bukankah seorang pengusaha memiliki karyawan yang dapat diperintah atau
didelegasikan tugas dan pekerjaan? Bila tidak, buat apa pula seorang
pengusaha memiliki karyawan? Begitulah argumen mereka.
Benarkah demikian?
Kali ini cobalah Anda melakukan survei kecil-kecilan terhadap teman-teman
Anda yang sudah berstatus “pengusaha”. Kira-kira apa keluhan mereka?
Sebagian besar akan curhat tentang bagaimana susahnya mendapatkan karyawan
yang memiliki kompetensi tinggi. Rata-rata menuntut upah yang tinggi
sementara kompetensi belum teruji. Bahkan ada yang begitu frustasinya
sampai memasang status di media sosial dengan kalimat yang intinya
mengkritik para karyawan yang bekerja hanya demi uang.
Sementara di sisi karyawan, alasan yang paling sering diakui oleh mereka
yang ingin menjadi pengusaha karena penghasilan yang didapatkannya dari
tempat ia bekerja dirasa kurang.
Sepertinya telah terjadi sebuah kondisi yang kontradiktif, ya?
Sebagai pengusaha, sebenarnya mereka adalah pucuk pimpinan perusahaan yang
menjadi *role model* bagi para karyawannya. Mereka adalah pemimpin dari
sebuah tim besar yang bernama perusahaan.
Dari sekian lama saya berprofesi sebagai karyawan di beberapa perusahaan
yang berbeda, ditemukan bahwa budaya perusahaan cenderung sangat terpaut
dengan perilaku pimpinannya; terutama bila pimpinan tersebut adalah pemilik
langsung.
Bila di perusahaan Anda banyak terdapat karyawan penjilat; cobalah amati
bagaimanakah selama ini Anda menahkodai perusahaan sehingga timbul budaya
seperti itu?
Bila produk yang perusahaan Anda tidak dibeli oleh karyawan Anda sendiri,
apa saja kah yang telah Anda lakukan sehingga mereka berperilaku demikian?
Ada sebuah pesan yang seolah menampar diri saya, “Bisnis Anda hanya akan
sebesar pertumbuhan pribadi Anda”. Jadi bila usaha Anda mengalami
kemandekan ataupun penurunan, mudah-mudahan hal ini bukan Andalah yang
memiliki andil terhadap situasi tersebut.
Karena ada kalimat lain yang jauh lebih menyakitkan: “Biasanya (meski tidak
selalu), perilaku karyawan itu merupakan cerminan dari bosnya“.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.