Kamis, 23 Mei 2013

Balada sebuah negeri



Desir ombak di pantaimu
bagaikan bisikan sang perindu
mendesah menggetarkan setiap sisi jiwa
butir-butir pasir yang membasah
biru langit yang berpadu birunya laut
celoteh camar saling berkejaran
perahu nelayan yang didayung perlahan
nyiur di pantai yang melambai-lambai
adalah bisikan-bisikan yang membangkitkan
gairah kerinduan yang tak tertahankan
manakah ada negeri seindah negeri ini
terbentang luas bak ratna mutu manikam
bagai zamrud di katulistiwa
sepotong tanah surga yang di letakkan di dunia
matahari yang selalu bersinar
angin yang selalu sejuk
sungai yang membelah pulau
gunung, hutan, satwa dan pepohonan
ribuan pulau yang indah
ribuan km pantai yang mempesona
apakah yang tak ada
bagai geliat gadis remaja nan mempesona
penuh gairah hidup dan keindahan
daya tarik kemudaan yang menawan
apakah yang ingin kau dapatkan?
budaya nan cantik mempesona
dari pelosok ke pelosok yang berbeda
indah dan menggiurkan siapa saja
bahasa nan santun dan menyejukkan
ramah tamah penuh keakraban
apakah yang tak mampu dilakukan olehmu
lihatlah ratusan juta tangan siap bekerja
ratusan juta kaki siap melangkah
dalam semangat dan tekad yang membara
apakah yang tak mampu dilakukan olehmu
ketika pekik gemuruh penuh kekuatan membara
dalam dada bergolak penuh keyakinan
siap berkorban walau darah dan nyawa melayang
apakah yang tak mampu dilakukan olehmu
wahai negeriku … wahai tanah airku
kau memiliki segalanya … kau mempunyai banyak hal
namun …..
bagaikan sapu lidi yang berpuluh dan beratus batang
sayangnya kehilangan tali pengikatnya
tercerai berai mudah dipatahkan
suatu saat nanti
ketika sang ibu pertiwi memanggil
seluruh anak-anak negeri
dengan panggilan lembut untuk membela
berjuang penuh cinta baginya
maka akan disambut panggilan itu dari seluruh pelosok negeri
dari seluruh penjuru dunia, semua anak-anak negeri
maka akan bermunculan “satrio-satrio piningit”
sepuluh…,seratus,. seribu.., sejuta … atau lebih
mereka bergegap gembita menyambut panggilan kasih
untuk berdarma bakti bagi negeri
menyambut panggilan cinta sang ibu pertiwi
untuk memahatkan bukti cinta kepada negeri
negeriku, di pulau-pulau indahmu
telah dipuja-puja bangsa sejak dahulu kala
pantai-pantai yang terhampar
telah diingat sepanjang sejarah bangsa
berlari ingatan membaca sejarah
kidung mataram kuno yang membahana
bersambung dengan kecipak dayung perahu
Sang Sriwijaya yang pekasa
diikuti derap Sang Penyatu Majapahit
dalam Sang Saka Merah Putihnya
lalu Mataram Islam, Demak dan Indonesia
sejarah demi sejarah telah terekam
maka kini saatnya
anak-anak bangsa menulis sejarah
kegemilangan negeri
yang akan mengguncang dunia
ketika berjuta langkah berderap bersama
mencapai kemajuan
kegemilangan bersama
Terutama
ketika tali pengikat itu sudah siap
yaitu sebuah ikatan dalam satu kalimat
“Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah”
tali yang akan mengikat setiap jiwa anak-anak negeri
maka setiap jiwa telah dipersembahkan
telah disucikan, telah diperuntukkan
bagi sebuah kejayaan negeri ini
sebuah negeri di katulistiwa
di mana rakyatnya akan kembali sempurna
mencapai puncak peradaban
menjadi manusianya manusia
bersatu dengan alam
menghargai alam
menjadi penjaga alam
menjadi rahmat bagi seluruh alam
Kutunggu selalu saat itu
kutunggu saat ketika ibu pertiwi
membunyikan peluit
untuk memanggil segenap anak-anak negeri
agar berjuang bahu membahu menyatu dalam satu ikatan
yang sama walau apapun perbedaan kita
sebuah ikatan yang menyatukan seluruh gerak
menyatukan seluruh pandangan hidup
menyatukan seluruh pedoman hidup
karena itulah jalan hidup
jalan hidup!
jalan hidup dalam Islam
bersama Allah dan Rasulnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.