Akulah lautan kata.
Panas matahari telah membakarku dan menguapkan menjadi awan. Angin
membawa kemana dia suka. Menjatuhkanku sebagai hujan. Menetes ke bumi
mengalir bersama , bersatu dengan kata-kata lainnya. Saling berperang
untuk mengisi hati manusia. Mewarnai kancah amuk manusia. Kadang aku
bersembunyi di balik relung hati terdalam. Aku ketakutan sendiri !.
…
“Aku mati sebagai mineral, dan menjelma sebagai tumbuhan, aku mati sebagai
tumbuhan
dan lahir kembali sebagai binatang. Aku mati sebagai binatang dan kini manusia. Kenapa aku harus takut?. Maut tidak pernah mengurangi sesuatu dari diriku.” Itulah ucap Rummi memberikan permisal padaku.
dan lahir kembali sebagai binatang. Aku mati sebagai binatang dan kini manusia. Kenapa aku harus takut?. Maut tidak pernah mengurangi sesuatu dari diriku.” Itulah ucap Rummi memberikan permisal padaku.
…
Dalam rimpak dua rebana, dan bejana yang membelah dua diantaranya. Diseling hujan yang turun merintik. Hafizs menari dan terus menari hingga transenden, memasukikeghaibannya sendiri. Sementara lelaki kemarin yang datang bersama sang istri, diabaikannya dalam keadaan begitu.
…
Semoga Hafizs mengetahui jika Aku berada di dalam hati lelaki ini. “Akulah segumpal tanya yang siap memberangus siapa saja !.” Harapku selalu begitu jika bertemu dengan orang arif.
…
Dialah Hafizs manusia
itu. Sepanjang katanya, telah membunuhi banyak kawanku, namun aku tak
perduli. Sebab aku di lahirkan memang untuk itu. Aku di hantarkan lelaki
ini untuk mati di tangan sang Hafizs. Lelaki ini ingin mengenyahkanku dari relung hatinya. Maka inilah kisahku.
…
“Wahai tuan yang diberkati, kata-katamu bagai mutiara, mahal dan tak terganti. Berilah permisal kepadaku.”
Rebana
mengalir cepat iramanya. Berputar sang Hafizs bagai roda. Mendekati
titik kulminasi immanent. Blaar..!. Malam cerah menyebar dari titik awal
dia berdiri. Berhenti diam dalam geraknya sendiri. Menatap
menghadapiku.
…
Ada kata-kata tanpa
suara.
“Istriku
tidaklah cantik. Hitam pendek dan tubuh penuh daki. Perangainya seperti
keledai yang tak diurapi. Semua lelaki yang melihatnya pasti akan
berkata, bahwasanya aku telah mendapat musibah yang besar dengan
memperistrinya. “
“Wahai Hafizs berilah alasan, mengapa aku tidak mampu menceraikannya !. ”
Riak nafas menahanku melontarkan serapah. Ada cahaya yang mengikatku untuk berbuat tak pantas.
…
“Terpujilah
wahai manusia, iman telah merasuki dalam hatimu. Engkau tidak mau
menceraikan istrimu sebab karena engkau takut itu di sebabkan nafsumu
saja. Bukan karena Allah.
Karena
istrimu tidak cantik itulah maka engkau tidak menceraikannya. Dan
istrimu engkau jadikan sebagai teman dalam melatih imanmu.
Benar kata Allah Istrimu adalah ujian bagimu. Engkau uji dirimu sendiri. Dan Engkau berusaha bersabar karena itu.
Hikmah
mengalir atasmu. Istrimu telah memberikan hikmah kesabaran kepadamu. Maka engkau patut berterima kasih padanya”
…
“Mari menarilah bersamaku, menikmati hidup dengan rasa syukur. Bahwasanya semua tergantung kepada kita memaknai kejadian.”
…
“Aku mati sebagai mineral, dan menjelma sebagai tumbuhan, aku mati sebagai tumbuhan
dan lahir kembali sebagai binatang. Aku mati sebagai binatang dan kini manusia. Kenapa aku harus takut?. Maut tidak pernah mengurangi sesuatu dari diriku.”
dan lahir kembali sebagai binatang. Aku mati sebagai binatang dan kini manusia. Kenapa aku harus takut?. Maut tidak pernah mengurangi sesuatu dari diriku.”
Aku
kehabisan kata-kataku, nafasku tersedak. Aku telah bersama binatang,
tumbuhan, dan juga lainnya. Namun aku meski mengakui, jikalau kini aku
telah mati. Aku sang ‘tanda tanya’ yang tadinya akan menyesatkan siapa saja !.
…
Dia
sudah ikhlas akan keadaannya. Dengan rahsa syukur. Maka kepada Tuhannya
dia memuji atas segala nikmat yang diberi. Meski istrinya tak secantik
wanita. Inilah kisahnya, di dalam relung hatinya tidak ada lagi ‘tanda
tanya’.
Sebab dia telah berserah (Islam) !.
…
Alhamdulillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.