Kamis, 14 Juni 2012

Rahasia Sukses Om Liem


*Pertama*, Om Liem adalah penganut kuat falsafah bisnis orang Tionghoa: *Anda
butuh apa, saya bisa sediakan.* Ketika masih jadi pekerja pabrik tahu dan
kerupuk, naluri dagang Om Liem langsung terbentuk ketika melihat banyak
pabrik rokok yang membutuhkan cengkeh dan tembakau. Sehingga pada saat itu
juga, beliau langsung berusaha untuk menjadi supplier cengkeh atau
tembakau, yang kemudian sukses di cengkeh. Kemudian ketika pecah perang
revolusi kemerdekaan antara RI - Belanda, Om Liem melihat bahwa tentara RI
membutuhkan sabun, obat-obatan, dan persenjataan, dan seketika itu pula
beliau berusaha menjadi supplier untuk barang-barang tersebut.****

** **

Poinnya disini adalah, jika anda mau punya usaha, maka jangan mencoba untuk
memproduksi produk tertentu kemudian berusaha menjualnya, melainkan:
Pertama-tama cari tahu terlebih dahulu, barang apa yang dibutuhkan oleh
orang-orang disekitar anda, kemudian berusahalah untuk menyediakan dan
menjual barang tersebut. Dijamin jualan anda akan laku karena sejak awal
memang sudah ada pembelinya.****

** **

*Kedua*, Om Liem percaya, sangat percaya, bahwa dirinya beruntung dan
bernasib baik. Dan faktanya Om Liem memang sangat beruntung. Oke, mari coba
kita runut keberuntungan tersebut. Ketika masih sangat muda dan masih
tinggal di Tiongkok, Liem lolos dari perekrutan paksa untuk menjadi tentara
oleh Penjajah Jepang, dan berhasil naik ke kapal yang menuju ke Surabaya,
dan kapal tersebut ternyata memang benar-benar berhasil mendarat di
Surabaya. Ketika itu banyak sekali cerita-cerita yang menyebutkan bahwa
banyak pemuda Tiongkok yang dibuang ke laut, kapalnya tenggelam disergap
tentara Jepang, atau berhasil mendarat namun bukan di kota tujuan. Liem
muda sangat beruntung bisa mendarat dengan selamat di Surabaya, yang memang
merupakan kota tujuannya.****

** **

Tapi dengan mendaratnya Liem di Surabaya, bukan berarti tantangannya sudah
selesai. Liem sempat menjadi gelandangan selama empat hari di pelabuhan,
sebelum akhirnya kakaknya berhasil menjemputnya. Anda jangan berpikir bahwa
ketika itu Liem bisa dengan mudah mengangkat Blackberry-nya kemudian
berkata, ‘Kakak! Saya sudah sampai di Surabaya!’ (woi, di tahun 1938 belum
ada BB!) Apalagi ketika itu kondisi Nusantara masih semrawut dibawah
jajahan Belanda. Andai saja ketika itu Liem tidak berhasil bertemu
kakaknya, maka mungkin Grup Salim juga tidak akan pernah ada.****

** **

Di Kudus, keberuntungan Liem berlanjut. Liem menikah dengan anak orang
kaya, yang mengantarnya pada kesuksesan dalam merintis usaha perdagangan
cengkeh (banyak literatur yang menyebutkan bahwa usaha Om Liem menjadi
sangat maju setelah menikah). Terakhir, ketika dirinya dan ketiga temannya
mengalami kecelakaan mobil pada tahun 1942, Liem dengan ajaibnya berhasil
bertahan hidup, padahal ketiga temannya meninggal. Banyak yang mengatakan
bahwa pasca kecelakaan itulah, Om Liem sadar bahwa dirinya selalu dinaungi
nasib baik. Keyakinan akan nasib baik itulah yang kemudian membuatnya
agresif dan tak kenal lelah dalam berbisnis.****

** **

Kata orang, jika anda percaya bahwa anda beruntung, maka anda akan
beruntung. Jika anda percaya bahwa anda akan sukses, maka anda akan sukses.
Yup, as simple as that. Pokoknya *percaya *saja dulu bahwa anda akan
sukses, selanjutnya biarkan waktu yang menunjukkan jalannya. Om Liem adalah
contoh nyata dari orang yang berhasil menerapkan tips motivasi tersebut.****

** **

*Ketiga*, Om Liem tahu persis bahwa *koneksi *adalah modal utama dalam
berbisnis, yang bahkan lebih penting daripada modal dana. Sejak merintis
bisnis cengkehnya, Om Liem sudah piawai dalam menjalin pertemanan dan
relasi dengan *siapa saja*.****

** **

Saat ini, banyak orang yang mengira bahwa kesuksesan imperium bisnis Grup
Salim adalah berkat koneksi langsung Om Liem dengan Presiden RI, Pak Harto.
Hal itu mungkin memang benar. Tapi yang jarang diingat orang ialah, Om Liem
sudah kenal dan menjalin hubungan baik dengan Pak Harto sejak awal tahun
50-an, atau jauh sebelum Pak Harto menjadi Presiden! Om Liem bukanlah orang
picik ataupun politisi kutu loncat yang hanya mau berteman dengan penguasa.
Dan faktanya, sejak pertama kali merintis usaha penyediaan logistik untuk
tentara, Om Liem tidak hanya berteman dengan Pak Harto saja, melainkan juga
dengan banyak tokoh-tokoh di jaman perang revolusi kemerdekaan (termasuk
Mayor Kemal Idris yang sudah disebut diatas).****

** **

Seorang teman pernah berkata seperti ini kepada penulis: ‘Jika anda hendak
sukses, maka jangan pilih-pilih teman. Bertemanlah *secara tulus *dengan
siapa saja, jalinlah relasi dengan siapa saja, termasuk dengan orang
yang *bukan
siapa-siapa. *Jangan pernah meremehkan dan menyepelekan seseorang hanya
karena dia bukan siapa-siapa. Anda tidak pernah tahu akan jadi apa orang
yang bukan siapa-siapa tersebut, suatu hati nanti.’****

** **

*Keempat*, dan ini sebenarnya hanya tebakan penulis, sepertinya Om Liem
memiliki prinsip bahwa *untuk menjadi sukses, anda harus bisa membuat orang
lain sukses*. Kenapa begitu, karena bisa dibilang hampir semua anak didik
dan partner bisnis Om Liem telah sukses menjadi konglomerat, tidak hanya di
Grup Salim tapi juga di grup usaha milik mereka masing-masing. Diatas sudah
disebutkan nama-nama seperti Mochtar Riady (Grup Lippo), Ibrahim Risjad
(Grup Risjadson), Sudwikatmono (Grup Indika), dan Ciputra (Grup Ciputra).
Sementara Djuhar Sutanto, meski tidak membangun grup usahanya sendiri
hingga besar, namun juga menjadi konglomerat di dalam Grup Salim. Diluar
nama-nama tersebut, kemungkinan Om Liem masih punya banyak ‘anak didik’
lainnya yang juga sukses, termasuk pemilik CT Corp, *Chairul Tanjung, *yang
mulai menjalin relasi dengan Grup Salim sejak tahun 1998.****

** **

Di Indonesia, yang namanya konglomerat memang banyak. Tapi konglomerat yang
bisa mencetak konglomerat lainnya seperti Om Liem ini, ya mungkin cuma Om
Liem saja. Yup, Om Liem tidak pernah mengekang anak buah dan partner
bisnisnya dalam membangun perusahaan, melainkan justru senang jika melihat
mereka bisa maju dan sukses. Prinsip yang sama juga diterapkan oleh salah
satu bank investasi kenamaan Amerika,*Goldman Sachs*. Salah satu prinsip
manajemen sumber daya manusia di Goldman adalah, perusahaan akan memberi
kesempatan kepada karyawannya untuk *berkembang lebih cepat, *dibanding
jika mereka bekerja di perusahaan lain. Bisa jadi prinsip inilah yang
mengantarkan Grup Salim sukses menjadi konglomerasi terbesar di Indonesia,
dan juga mengantarkan Goldman menjadi bank investasi terbesar di dunia,
karena sebetulnya logikanya sederhana saja: Jika anda sanggup membuat
karyawan anda menjadi kaya raya, apalagi anda sebagai bos-nya?****

** **

Terakhir* kelima*, Om Liem adalah pengusaha yang *konservatif*. Beliau
tidak pernah mengincar kesuksesan instan dalam berbisnis, misalnya dengan
cara leverage besar-besaran, atau financial engineering. Beliau hanyalah
seorang pedagang, yang membuat produk, kemudian menjualnya, that’s it. Dan
beliau sangat jenius dalam hal penciptaan produk yang bagus dan diterima
konsumen. Bank BCA menjadi besar karena kualitas pelayanannya yang sangat
baik terhadap nasabah (silahkan anda temui nasabah BCA yang sudah senior,
dan tanyakan mana yang memberikan pelayanan perbankan yang lebih baik: BCA
di tangan Om Liem dulu, atau BCA di tangan Grup Djarum sekarang?). Dan
siapa yang meragukan Indomie sebagai produk makanan yang enak, mudah
dimasak, mengenyangkan, dan murah?****

** **

Konsep berusaha dengan cara konservatif inilah, yang juga berhasil
mempertahankan Grup Salim dari kebangkrutan karena krisis 1998. Yup,
satu-satunya perusahaan yang tidak dijaminkan oleh Grup Salim dalam
memperoleh pinjaman untuk ekspansi usaha, adalah *Indofood. *Sejak awal Om
Liem tahu benar bahwa dalam kondisi terburuk yang bisa terjadi
sewaktu-waktu, seluruh asetnya bisa lenyap seketika karena disita bank atau
negara, namun Indofood sebagai perusahaan consumer goods tidak boleh
menjadi bagian dari aset yang berisiko disita tersebut. Itu sebabnya meski
Grup Salim akhirnya kehilangan BCA dan Indocement, namun Indofood berhasil
dipertahankan.****

** **

Jadi pelajarannya disini adalah, sebaik dan sepercaya diri apapun anda
dalam membangun perusahaan, namun ada baiknya jika anda tetap jaga-jaga
untuk kemungkinan terburuk, bukan begitu?****

** **

Tentunya, masih sangat banyak yang bisa dipelajari dari almarhum Om Liem,
namun berhubung artikel ini sudah kelewat panjang, selebihnya silahkan anda
tambahkan sendiri.****

** **

Terlepas dari segala kontroversi yang mengkait-kaitkan beliau dengan rezim
Orde Baru dibawah Pak Harto, namun di mata penulis, Om Liem adalah salah
satu partner utama dari Bapak Pembangunan, Pak Harto, dalam kapasitasnya
sebagai pengusaha yang menggerakkan roda perekonomian. Sebagai negara
berkembang, Indonesia tidak memiliki banyak merk produk yang go
international dan dikenal baik di pasar global. Kita patut berbangga dengan
Indomie, yang menjadi salah satu dari sedikit produk mampu go international
tersebut. Kedepannya mudah-mudahan akan lebih banyak lagi pengusaha
Indonesia yang mampu membuat produk inovatif dan go international, seperti
mie instan merk Indomie tersebut, amin!****

** **
http://teguhidx.blogspot.com/2012/06/belajar-dari-liem-sioe-liong.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.