Minggu, 26 Agustus 2012

Simbolisasi Makna Hakikat

Simbolisasi atas hakekat makna, sering digunakan manusia untuk berkomunikasi. Dan biasanya yang digunakan adalah lambing huruf, benda, atau logo, dan lain-lainnya.  Kesulitan dalam mengungkapkan apa yang ingin disampaikan menjadi sebab mengapa manusia memilih bahasa symbol atau logo dalam mengungkapkan apa yang diinginkannya. Hal ini dikarenakan, sebab apa-apa yang ingin disampaikan dan diungkapkan  tidak di wadahi oleh tata bahasa manusia atau juga perlu banyak sekali interprestasi dan penjelasan yang harus dituliskan untuk menggambarkan yang dimaksudkan.

Ungkapan rahsa, ungkapan makna filosofi, bahkan ungkapan dalam ‘science’ sendiri memerlukan ‘lambang’, atau ‘logo’ atau ‘simbol-simbol’, agar mampu dikomunikasikan kepada manusia lainnya. Sebuah symbol dianggap akan  mampu mewakili apa yang ingin disampaikan, sehingga para ilmuwan, para filsus, para ahli komunikasi, dan lain-lainnya sering menggunakan ‘model’ bahasa simbolisasi seperti ini.

Bahasa yang simple, sederhana namun kaya makna. Inilah yang diinginkansimbolisasi dalam tata bahasa manusia sangat diperlukan. Kesulitan dalam ber tata bahasa sepertinya mampu di urai dengan menggunakan bahasa ini. Selanjutnya, lambang atau logo atau symbol inilah yang menjadi alat komunikasi antar manusia, antar bangsa, suku, agama, bahkan melintas generasi. Seluruh tata bahasa manusia, apapun itu suku, agama atau keilmuannya pasti menggunakan bahasa ini, yang akan diturunkan kepada generasi-generasi selanjutnya.

Keunikan bahasa symbol adalah dalam sifat  universal-nya. Bahasa  yang akan mampu ditangkap siapa saja. Meski makna mungkin akan sangat tergantung kepada masing-masing yang mencoba memahaminya. Keluasan dan kedalaman bahasa symbol sangat tergantung kepada ‘kedewasaan’ kesadaran para pembacanya. Satu bahasa symbol jika diterjemahkan mungkin saja akan menjadi sebuah buku yang tebal sekali. Itupun masih sangat tergantung siapakah yang menjelaskan bahasa symbol.

Jika seseorang mampu membaca bahasa symbol sebagaimana yang dimaksud dalam interprestasinya, maka kadang pembaca tersebut sudah mampu membaca isi keseluruhan dari buku tersebut, tanpa harus membaca keseluruhan isi buku tersebut. Inilah keunikan bahasa symbol dalam tata bahasa manusia.

Einstein menggunakan bahasa symbol ;

‘E’ untuk memvisualisaikan hakekat Energy ,

‘m’ untuk menggambarkan masa  (materi), dan

‘c’ untuk menggambarkan suatu ‘gerak’benada yang memiliki ‘kecepatan’ yang setara dengan kecepatan cahaya.

Dituliskannya ; E = mc2

Orang-orang yang tidak memiliki referensi atas apa yang disimbolkan Einsten,  tidak akan mampu membaca apa yang ingin disampaikan oleh Einsten.

Sehingga jika pembaca belum memiliki referensi atas apa yang dimaksudkan dengan   ‘Energy’, jika dia belum memiliki referensi perihal ‘masa’ , jika dia belum memiliki referensi akan ‘kecepatan’ yang dimaksudkan itu. Maka bagi dirinya simbolisasi ini tidak memiliki makna apa-apa. Kosong saja. Dan khabar yang ingin disampaikan Einsten menjadi sebuah ke ‘sia-sia’ an saja. Namun Ketika ketemu dengan orang yang tepat maka bahasa symbol ini akan menjadi sangat ‘luar biasa’ sekali. Bahasa symbol akan sangat bermanfaat bagi orang-orang yang ber-ilmu dan memiliki ketertarikan yang sama.

Oleh karenanya bahasa symbol hanya akan mampu dibaca oleh orang-orang yang memiliki kapasitas untuk membaca symbol-symbol. Dalam hal ini adalah para ilmuan yang berkecimpung dalam fisika nuklir.

Maka kita dapati, dari bahasa symbol yang di sampaikan Einsten~kemudian di baca oleh ahli fisika nuklir, terciptalah bom atom. Bahkan saat sekarang ini, energy listrik pun memanfaatkan hasil dari ‘membaca’ bahasa symbol yang dilakukan oleh para ahli fisika nuklir.

Sekarang ini dunia di kuasai oleh ‘kekuatan’ yang berhasil di implementasi dari sebuah bahasa symbol E = mc2. Siapa yang menguasai ‘energy’ maka akan menguasai dunia. Maka orang-orang yang memiliki kemampuan ‘membaca’ bahasa symbol ini, menjadi sangat mahal harga nya. Karena demikian langka-nya orang-orang seperti ini.

Maka dari itu Islam sangat berkepetingan sekali dalam hal ini. Islam menginginkan umatnya untuk mampu membaca bahasa symbol. Islam memahami bahwa betapa pentingnya bahasa symbol dalam perkembangan peradaban tekhnology manusia. Dalam pendewasaan kesadaran manusia. Dalam penyempurnaan jiwa manusia. Maka banyak surah di dalam Al qrur an di mulai dengan bahasa symbol ini.

~ A(alif) la (lam) ma (mim) ~

Inilah salah satu bahasa symbol dalam Al qur an, (dimana) yang di gunakan adalah huruf-huruf Al qur an itu sendiri (arab).

Bahasa symbol Einsten menjelaskan bagaimana mekanisme Energy yang berlaku di alam semesta. Suatu ‘masa’ yang di berikan ‘percepatan’ sedemikian rupa sehingga dirinya ‘bergerak’ dengan kecepatan kudrat dari kecepatan cahaya, maka masa itu akan membelah. Ketika membelah akan melepaskan energy yang maha dahsyat mampu menghancurkan apa saja. Maka ‘proses’ ini harus berada dalam tempat yang benar-benar ‘tertutup’. Inilah hakekat makna postulat Eisnten.

Energy yang tercipta dari ‘proses’ ini adalah energy yang bersifat sebagaimana pisau yang bermata dua. Bisa bermanfaat atau malahan akan menghancurkan dunia. Dan hingga saat ini mansuia masih dilanda kekhawatiran atas ‘efek’ yang dapat di timbulkan atas ‘nuklir’ ini. Inilah sifat ‘energy’ yang ditemukan manusia dari hasil membaca tanpa menggunakan nash Al qur an. Ketika manusia ‘membaca’ tidak atas nama Tuhan maka apa-apa yang dihasilkan akan menjadi pedang bermata dua.

Maka umat muslim diingatkan berkali-kali, agar mampu membaca dari Al qur an saja, agar manusia terhindar dari problematika ‘teknology’ yang di ciptakannya sendiri. Ketika manusia ‘membaca’ tidak atas nama Allah maka apa-apa yang dihasilkan akan menjadi pedang bermata dua. Membaca dengan niat yang tidak di tujukan karena Allah. Tuhan yang menciptakan alam semesta ini. Akan menghasilkan dualitas kembali. Kebaikan dan keburukan atas hasil tekhnology yang diciptakan. Inilah problematikanya

Kebutuhan manusia akan filosofi yang menjadi pijakan perkembangan tekhnolgy bagi peradaban manusia sebenarnya  sudah difasilitasi oleh Al qur an dengan bahasa symbol yang dimaksudkan~ bahasa tersebut haruslah dimaknai oleh umat muslim yang (memang)  memiliki kapasitas untuk ‘membaca’. Sebagaimana para ilmuwan fisika nuklir membaca symbolisasi dalam  postulat Einsten. Nanti kita kan melihat, setelah kita sandingkan kembali postulat Alif lam mim dengan postulat E = mc2 bahwa postulat Alif lam mim, memiliki kedalaman makna yang lebih  sangat  luar biasa dalam menjelaskan kaitan Energy dan seluruh alam semesta. Hukum-hukum yang bekerja di alam semesta ini mampu di dijelaskan hanya dari symbol yang sedrhana tersebut.

Sayang bahasa symbol dalam Al qur an ini telah ter ‘bonsai’ oleh pemahaman yang mengawali semenjak dahulu kala. Bahwasanya bahasa symbol tersebut (Alif lam mim) hanya Allah-lah yang tahu arti dan makna nya. Kesadaran kolektif ini , telah mengesampingkan upaya manusia dalam ikhtiarnya mencoba membaca hukum-hukum sunatulloh di alam semesta ini, melalui Al qur an.  Sehingga siapapun ilmuan yang bermaksud untuk membaca bahasa symbol dari Al qur an akan mengalami ‘kegamangan’ tersendiri. Sebab adanya ke-khawatiran akan menabrak batasan-batasan yang sudah dibuat oleh para musafirin ber abad-abad yang lalu.

Sehingga dapat kita saksikan, umat Islam dalam hal tekhnology hanya jalan di tempat. Pemahaman Islam dalam hal technology tidak bergerak sejak abad ke 7 Masehi. Meski Islam memiliki ilmuwan-ilmuwan hebat di setiap jamannya. Dalam hal perklembangan  tekhnology Islam dan infrastruktur pendukungnya, Islam sangat tertinggal di bandingkan dengan bangsa Yahudi yang dengan berani meng-eksplorasi bahasa-bahasa symbol.

Anggapan bahwasanya symbol ini (Alif lam mim) tidak lazim untuk diuraikan karena sifat ‘kesakralan’ Al qur an menjadi ‘pembatas’ yang menyebabkan ‘kegamangan’ ilmuwan ataupun kaum musafirin dalam menguraikan symbol-symbol tersebut. Stigma ‘bid ah’ dan kafir yang dengan mudah akan disematkan kepada orang yang berusaha untuk ‘membaca’ Al qur an. Menjadi ‘ketakutan’ tersendiri bagi orang yang ingin ‘membaca’ symbol yang digunakan Al qur an dan ingin berkomunikasi dengan Al qur an.

Demikianlah nasib umat Islam, diantara klenik, mitos dan kepercayaan yang membebani umat. Kita umat Islam awam, senantiasa gamang diantara dua dunia yaitu dunia-akherat. Dunia tidak kita raih dan akherat belum tentu dapat. Selalu setengah-setengah. Maka ketertinggalan dan keterbelakangan adalah sebuah kepastian adanya.

Bahasa simbolisasi ternyata telah menjadi bahasa yang merubah tatanan dunia. Maka orang-orang yang mampu membaca bahasa ini, adalah orang-orang yang akan mampu menguasai peradaban manusia. Inilah yang disiyaratkan Al qur an.

Kompromi dalam menarik analogy

Symbol hakekatnya adalah (untuk) meng-komunikasikan apa yang tersirat yang tidak mampu di ungkapkan dengan kata-kata. Maka menjadi ‘aneh’ jika symbol-symbol yang digunakan Al qur an menjadi barang ‘tabu’ untuk kita uraikan maknanya. Hal inilah yang ‘merangsang’ penulis untuk mencoba mengkhabarkan ‘pemikiran’ yang mungkin tak sama dalam memaknai symbol yang digunakan Al qur an.

Dan kajian ini berusaha menyampaikan dari sisi ‘kompromis’ atas analogy yang digunakan untuk menjelaskan satu sama lainnya.

Jika kita lepaskan atribut yang melekat pada symbol-symbol tersebut dan kita susun linear saja, sebagai sebuah rangkaian kata. Sebagaimana  sebuah tulisan biasa. Maka akan di dapat persamaan sebagaimana tersebut di bawah ini. Marilah kita sandingkan.

~ A (alif), la (lam), ma (mim) ~

Inilah bahasa symbol dari Al qur an

~ E (energy), m (materi/masa), c(kecepatan/gerak) ~

Inilah bahasa symbol yang diusung Einstein

Bagaimana membaca Postulat Einstein ?

Symbol E memiliki makna Energy. Semua manusia paham apa itu energy. Sebab energy bisa di indrai oleh manusia. Maka symbol ini kemudian mudah dipahami. Namun jika kita uraikan hakekat sebenarnya atas energy. Seluruh materi memiliki energy baik Energi Potensial maupun Energi Kinetik. Dan juga Energi-energi turunannya. Dan kita akan  membutuhkan ribuan buku untuk menuliskannya. Sementara pemahaman atas energy pun bertingkat-tingkat tergantung kepada kecerdasan dan kedewasaan pembacanya. Penjelasan energy bagi TK tentunya akan berbeda bagi S3.

Ternyata E (energy) meliputi m (materi/masa) yang diam berada dalam konstanta c (kecepatan). Selama dalam keadaan lembamnya  suatu benda akan tetap dalam keadaan diam atau bergerak lurus, selama tidak ada gaya (energy lain)  yang bekerja padanya.

Maka dapat kita simpulkan E (energy) adalah sumber adanya m (masa) dan c (kecepatan). Jika tidak ada E (energy) maka symbol-symbol lainnya tidak akan pernah ada di dunia ini. Inilah hakekat dari postulat Einstein.

Jika pemahaman ini di balik, m (masa) akan melepaskan E (energy) yang dikandungnya, (yang selama ini meliputi dan mengikat materi tersebut tetap dalam keadaan lembam) ~jika kepadanya diberikan gaya (energy) lain. (Yaitu) E (energy) yang mampu merubah arah kecepatan m (materi/masa) tersebut sedemikian rupa sehingga membuka ruang ikatan yang ada di dalamnya. Keterbukaan ruangan inilah yang menyebabkan E (energy) yang berada dalam ikatan m (materi/masa) tersebut terlepas keluar. Reaksi ini di kenal sebagai reaksi fisi nuklir.

Reaksi fisi nuklir adalah reaksi pembelahan inti atom akibat tubrukan inti atom lainnya, dan menghasilkan energi dan atom baru yang bermassa lebih kecil, serta radiasi elektromagnetik. Reaksi fusi juga menghasilkan radiasi sinar alfa, beta dan gamma yang sagat berbahaya bagi manusia.

Berapa c (kecepatan) yang di butuhkan untuk m (materi/masa) tersebut bergerak sehingga, ikatannya terlepas ?. Inilah yang ingin di teliti manusia. Dan Einsten sudah menemukan kecepatan minimal agar ikatan energy suatu m (materi/masa) terlepas keluar dari ikatannya ?. (Yaitu) kecepatan cahaya di kalikan dengan kecepatannya sendiri (kuadrat).

Postulat Einsten mampu menjelaskan bahwasanya setiap m (materi/masa) diliputi oleh E (energy). Dan juga sebaliknya bahwa Energi berada di dalam m (masa/materi). Liputan Energi inilah  inilah yang menyebabkan m (materi/masa) mampu bergerak dengan c (kecepatan) yang tertentu.

Maka secara filosofi bahwasanya antara E (energy), m (materi/masa), dan c (kecepatan) adalah sebuah satu kesatuan yang saling meliputi.  Energy meliputi m (materi/masa), dan c (kecepatan) dan begitu juga sebaliknya m (materi/masa) meliputi E (energy) dan c (kecepatan).

Jika konsepsi ini kita gunakan dalam memaknai hakekat ketuhanan. Ternyata konsepsi tersebut berkesuaian dengan pemahaman para ‘spiritualis’. Kita mengenal adanya pemahaman ‘manunggaling kawula gusti’. Adalah hakekat dalam memahami realitas Energy yang diusung oleh kaum matrialis. Energy yang meliputi materi. Cahaya Allah yang meliputi seluruh alam semesta. Hal ini merupakan analogy pemahaman la haula wala kuawat illa billah.

Bagaimana menjelaskan konsepsi Al qur an perihal ini ?

Symbol adalah tanda, sebuah lambang yang tak berarti apa-apa sampai manusia tersebut mampu memaknai ‘hakekat’ atas symbol tersebut.

Maka bagaimana dengan symbol A (alif) la (lam) ma (mim) ?.

Siapapun manusia dari pendidikan, dari golongan apapun tentunya dapat membaca symbol tersebut. Meskipun penjelasannya mungkin akan berbeda kualitasnya. Anak TK akan mampu  menjelaskan cahaya, dan membicarakannya, tentunya sah-sah saja. Itulah pemahaman mereka anak-anak TK.  Begitu juga orang yang berpendidikan S3. Dalam kapasitas mereka masing-masing, tentu saja ‘pemahaman’ keduanya itu, menjadi benar dalam makom mereka masing-masing. Meskipun S3 memeliki pengetahuan lebih mendalam, namun dia tidak berarti dia bisa menyalahkan pemahaman anak TK tentang cahaya. Inilah perumpamaan yang ingin saya sampaikan dalam upaya memahami symbol-symbol dari Al qur an !.

Symbol tersebut adalah alat komunikasi Al qur an kepada manusia. Maka saya mencoba untuk ber komunikasi. Meskipun mungkin dalam memaknainya sebagaimana anak TK yang menjadi ilustrasi dimuka.

Kerenanya saya cuplikan serat Pepali Ki Ageng Selo, seorang filsuf Jawa yang juga menggunakan bahasa symbol untuk menjelaskan makna hakekat.

Melalui uraian serat Pepali inilah saya mencoba melakukan pendekatan atas makna hakekat symbol A (alif) la (lam) ma (mim).

Serat pepali ini mencoba menjelaskan makna dan hakekat Tuhan dan ketuhanan dalam agama Tauhid (Islam).  Yang menarik dari Serat Pepali ini adalah penulisnya sendiri menjelaskan tafsirannya dengan bahasa simbolisme lagi. Jadi, setiap pembaca karyanya dapat meng-eksplorasi kembali makna-makna symbol-simbol yang di maksud, menjadi tak berbatas ruang dan waktu. Ki Ageng Selo menjelaskan hakekat Tuhan dengan banyak macam simbolisme sbb :

* Samudera Besar
* Tempat tak Bertulisan
* Teratai tak Berkelopak
* Lampu Menyala tanpa Sumbu
* Daun Hijau tak Berpohon
* Muazzin tanpa Bedug
* Buku, Bulan Purnama, dan Gerhana Bintang
* Angka Satu

Keseluruh rangkaian pemahaman melalui simbolisasi tersebut merupakan satu rangkaian yang tali temali, tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Inilah pemahaman hakekat Allah menurut Ki Ageng Selo. Pemahaman yang di hantarkan oleh Ki Ageng Selo tersebut, ternyata dapat di simbolkan (di akomodasi) dengan hanya satu huruf oleh Al qur an yaitu dengan huruf  ~ A (alif) ~ ; Inilah yang saya ingin sampaikan.

Saya cuplikan sebagian serat tersebut ;

Damar murup tanpa sumbu nenggih/Semunira urup aneng Karsa./Dat mutlak iku jatine!/Anglir tirta kamanu,/Kadi pulung sarasa jati./Puniku wujud tunggal,/Aranira iku.

(Lampu menyala tanpa sumbunya/Itu lambang nyala pada Kehendak./Dat Mutlak itu sebenarnya!/Sebagai air yang bercahaya,/Wahyu kesatuan dengan rasa sejati./Itulah bentuk tunggal,/Yang disebut itu.)

Lampu menyala tanpa sumbu. Adalah asal atas E (energy) yang meliputi seluruh alam semesta.. Meskipun nyala api di dalam lampu (terkurung) namun cahayanya mampu menembus (meliputi) sang lampu tersebut.

Dalam Surat Al-Nur 35 terdapat simbolisme. Disitu dikatakan: Cahaya-Nya dianalogikan sebagai sebuah miskat yang di dalamnya ada lampu besar. Lampu besar itu sendiri ada di dalam kaca, sedangkan kaca itu dianalogikan dengan bintang seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah Timur dan tidak pula di sebelah Barat. Minyak tersebut bisa menerangi sekelilingnya, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya. Tuhan membimbing orang yang Ia kehendaki menuju cahaya-Nya itu.. Simbol ‘minyak menerangi tanpa api’ ini amat analog dengan simbol ‘lampu menyala tanpa sumbu’ di atas.

Pada awal penjelasan di dalam surah Al ba qoroh, Al qur an sudah memberikan penjelasannya dengan suatu symbol universal yaitu huruf ~Alif. Mengapa huruf Alif ?. Sebab inilah huruf pertama yang mengawali semua huruf. Sebagai symbol asal muasal semua ‘gerak’ di alam semesta ini. Sehingga sangat relevan jika semua pemahaman yang menyangkut E (energy) atau cahaya kemudian diberikan simbol dengan huruf Alif. Symbol Alif adalah symbol untuk Ruh alam semesta. Sedangkan dalam  ajaran Hindu entitas ini di kenal sebagai Atman. Inilah pemahaman yang saya usung dan saya coba komunikasikan.

“Ingatlah bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keragu-raguan tentang pertemuan dengan tuhan mereka. Ingatlah bahwa sesungguhnya Dia maha meliputi segala sesuatu.” (Qs Fushilat, 41:54)

"Dan kepunyaan Allah lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah maha luas lagi maha mengetahui" (Qs Al baqarah, 2: 115)

Setelah memahami ini maka postulat selanjutnya menjadi mudah saja. La (lam) merupakan symbol keberadaan alam semesta ini. . (Postulat Einstein di symbolkan m). Dan ma (mim) adalah symbol untuk entitas yang menyadari adanya rangkaian kejadian di alam semesta, yang dikenal sebagai Manusia.

Maka dengan menggunakan analogy postulat Einstein, dan kita simbiosiskan dengan pemahaman yang kita dapat dari serat Pepali Ki Ageng Selo, maka dengan itu, kita mencoba ‘membaca’ apa yang ingin di komunikasikan Al qur an kepada kita bahwa;

Cahaya Allah (Alif) meliputi seluruh alam semesta, dan menjadi E (energy) gerak awal mula dari seluruh gerak yang ada di alam semesta ini. Gerak ini meliputi seluruh materi yang ada di alam semesta. Meliputi manusia, meliputi m (materi/masa). Aristoteles menyebutnya sebagai The Unmoved Mover, yang bergerak sendiri tanpa bantuan pribadi lain dan merupakan gerak tunggal yang paling pertama dan yang absolut.

Rangkaian seluruh kejadian yang terjadi di alam semesta ini dan di dalam diri manusia itu sendiri. Dijelaskan dalam bahasa symbol yang lugas, namun tidak akan bermakna apa-apa jika tidak ada yang ‘tahu’, jika tidak ada ‘pengamat’. Sehingga rangkaian symbol  A (alif) la (lam) dan ma (mim), haruslah menjadi satu rangkaian dimana akan  di baca oleh ma (mim/manusia). Maka rangkaian huruf ma (mim) selanjutnya di sertakan (analogy c pada postulat Einstein). Sehingga karenanya~ selanjutnya manusia dapat memetik hikmah atas postulat ini.

Karenanya di butuhkan ‘kecepatan’ ~ yaitu kecerdasan ma (mim) minimal agar seorang ‘pengamat’  (agar) mampu memahami hakekat ‘gerak’ yang terjadi yang meliputi seluruh m (materi/masa) yaitu alam semesta (lam)  dan dirinya sendiri (mim). Jika ‘pengamat’ terlalu lambat atau terlalu cepat maka ‘pengamat’ tidak akan mampu ‘menyadari ‘proses’ datangnya ‘cahaya’ atau E (energy).

Maka karenanya  seorang manusia yang memiliki ma (mim) akan dapat memahami hakekat ketuhanan, melalui (dengan) membaca symbol-symbol ini. Dengan bahasa inilah Al qur an ingin ber komunikasi dengan kita. Orang berilmu sudah  mampu membaca dan  menguraikan makna symbol-symbol ini. Tentunya merekapun sudah memiliki prasyarat dan  memiliki referensi cukup atas semua itu. Sebagaimana membaca postult  E = mc2. Tentunya tidak sembarang orang mampu merealisasikan dan mengimplementasikan postulat ini dari hasil membaca-nya.

Ahli fisika mampu menghasilkan Energi dari postulat Einstein (E = mc2). Memanipulasi agar m (materi/masa) melepaskan E (energy). Maka ahli hikmah pun  memiliki kemampuan yang sama dengan menggunakan postulat Alif lam mim.

Jika postulat Einsten menghasilkan materi yang irreversible dan bersifat radioaktif dan akan mampu merusak apa saja, bahkan mampu menghancurkan dunia.  Maka postulat Alif lam mim di tangan ahli hikmah akan menghasilkan energy yang harmoni dengan alam semesta. Sebagaimana hikayat ahli hikmah dalam kisah nabi Sulaiman as.

Karenanya (harapannya)  jika ahli hikmah dan ahli fisika bekerjasama maka akan dapat menghasilkan  E (energy) yang aman dan harmoni bagi manusia dan alam semesta ini. Adakah ahli hikmah yang ahli fisika ?. Maka (harapannya) kemungkinan tersebut hanya ada di agama Islam.

Maka Al qur an mengisyaratkan agar umatnya senantiasa berfikir dan berfikir. Membaca dan membaca !. Sekali lagi MEMBACA !. Dan selalu berkomunikasi dengan Al qur an.  Wolohualam

salam

arif

Lailatul Qadar dan Cara Mendapatkannya (bagian pertama)

Mendengarkan ceramah buka puasa bersama dari salah seorang pakar al Quran ternama di Indonesia dan adanya pertanyaan seorang teman mengenai hakikat sebenarnya dari Lailatul Qadar membuat saya ingin untuk membahas topik ini kembali. Pakar al Quran yang mengarang buku tafsir terkenal ini berkata bahwa Lailatul Qadar adalah malam di dalam bulan Ramadhan dimana Allah memberikan keistimewaan kepada seluruh manusia yang antara lain terlihat dari tanda-tanda fisik dan kedamaian pada alam semesta seperti yang disebutkan dalam lirik lagu Bimbo yang berjudul Lailatul Qadar.

Menurutnya malam ini dapat dilihat dari teori relativitas dimana meskipun waktunya sangat singkat namun memiliki nilai yang luar biasa, bahkan lebih baik dari 1000 bulan atau 83 tahun. Ciri-ciri manusia yang mendapatkan Lailatul Qadar adalah kedamaian di dalam hatinya.
Lailatul Qadar dijelaskannya dengan sangat rumit sehingga jika saya orang awam, maka boro-boro hendak mendapatkan Lailatul Qadar, memahami maknanya saja sudah teramat sulit. Padahal tujuan Allah menurunkan al Quran adalah tidak membuat manusia menjadi susah, sebagaimana disebutkan dalam Surat 20:2, Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah.
Marilah kita membahas mengenai apa makna dan hakikat dari Lailatul Qadar ini dengan membuka Surat 97 al Qadar.
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (Surat 97:1-2)
Al Quran diturunkan pada waktu malam bukan berarti al Quran diturunkan ketika malam hari. Malam disini adalah perumpamaan kegelapan manusia yang belum mendapatkan cahaya Allah melalui wahyu-Nya, sebagaimana disebutkan dalam Surat 14:1, Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.
Al Quran yang diturunkan kepada manusia yang dalam kondisi gelap. Pada titik Lailatul Qadar itulah kita mulai mendapatkan cahaya Allah dengan mulai memahami al Quran, sebagaimana disebutkan dalam Surat 42:52, Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

Jadi, kesimpulan pertama, malam Lailatul Qadar bukan berarti terjadi pada malam hari, namun dapat terjadi kapan saja ketika seseorang yang sedang dalam kondisi gelap gulita (perumpamaannya sebagai malam) mulai diberikan hidayah dari Allah melalui al Quran. Lailatul Qadar dapat terjadi kapan saja selama seseorang manusia tersebut memenuhi persyaratan sebagai manusia yang paling bertakwa.

Disebutkan sebagai malam kemuliaan, karena terdapat tiga macam kemuliaan pada titik gelap tersebut.
Kemuliaan pertama adalah pada malam tersebut, seseorang yang memenuhi persyaratan mendapatkan hidayah dari Allah adalah seseorang yang mulia yaitu yang paling bertakwa, sebagaimana disebutkan dalam Surat 49:13, Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Kemudian manusia yang mulia ini dipertemukan oleh kemuliaan yang kedua yaitu al Quran yang mulia, sebagaimana disebutkan dalam Surat 56:77, Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia. 

Di dalam memberikan hidayah dalam bentuk kepahaman al Quran ini, Allah mengutus kemuliaan yang ketiga yaitu utusan-Nya yang mulia yang bernama Malaikat Jibril, sebagaimana disebutkan dalam Surat 81:19, sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril),
Jadi, kesimpulan kedua, malam Lailatul Qadar tidak berlaku untuk semua manusia, tetapi berlaku hanya kepada manusia yang paling bertakwa, dimana pada malam tersebut Allah mengutus malaikat Jibril untuk menyampaikan al Quran kepadanya.
Adapun kesimpulan ketiga, malaikat Jibril mendatangi manusia yang bertakwa sehingga konsep bahwa malaikat Jibril hanya mendatangi para Nabi dan sudah menjadi pensiunan setelah Nabi Muhammad wafat perlu dipertanyakan.

Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (Surat 97:3)
Makna dari bulan bukanlah berarti bulan kalender. Bulan dimaksudkan sebagai bercahaya sebagai lawan dari matahari yang bersinar, sebagaimana disebutkan dalam Surat 10:5, Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.

Bulan adalah perumpamaan dari al Quran sebagai wujud dari cahaya Allah, sebagaimana disebutkan dalam Surat 42:52, Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

Seribu bulan adalah perumpamaan dan bukan berarti seribu dibagi dengan dua belas atau delapan puluh tiga tahun. Kesalahan pemaknaan ini mengakibatkan adanya konsep bahwa kalau pada hari itu kita shalat, hitungannya seperti shalat selama 83 tahun.
Jika satu bulan purnama sudah menerangi malam yang gelap, maka seribu bulan adalah perumpamaan al Quran yang merupakan cahaya Allah yang terang benderang, sebagaimana disebutkan dalam Surat 4:174, Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran).
Jadi, kesimpulan keempat, seribu bulan bukanlah bermakna seribu bulan kalender atau 83 tahun, tetapi bermakna al Quran yang memberikan cahaya hidayah yang terang benderang kepada manusia yang dalam keadaan gelap gulita.

Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. (Surat 97:4)
Ketika dikatakan malaikat dan ruhu fiha (Jibril) turun, jangan dibayangkan bahwa malaikat dan Jibril seperti bidadara atau bidadari yang turun dari kahyangan. Makna dari turunnya malaikat dan ruhu fiha adalah turun untuk menjelaskan mengenai cahaya hidayah Allah melalui al Quran. Malaikat dan ruhu fiha (Jibril) bukanlah turun ke bumi dari kahyangan, tetapi turun ke qalbu atau jiwa manusia untuk menguraikan (Jabarul) segala sesuatu yang belum dipahaminya untuk menjadi paham, sebagaimana disebutkan dalam Surat 26:192-194, Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.

Jadi, kesimpulan kelima, malaikat dan Jibril tidak turun ke bumi tetapi ke dalam jiwa atau qalbu manusia untuk menjadi utusan dalam memberikan hidayah dari Allah dalam bentuk kepahaman yang mendalam akan petunjuk Allah dalam al Quran. Melalui kesimpulan ini, maka konsep bahwa terdapat ciri-ciri alam semesta sebagaimana yang digambarkan oleh pakar al Quran tersebut dan lagu Bimbo adalah suatu konsepsi yang kurang tepat.

Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (Surat 97:5)
Ketika dikatakan bahwa malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar, pakar al Quran tersebut mengatakan bahwa fajar adalah bagian dari siklus hidup manusia yang dimulai sejak fajar hingga maghrib. Hakikat yang sesungguhnya dari fajar adalah batas antara gelap dan terang. Ketika manusia yang mulia dipertemukan Allah dengan al Quran yang mulia melalui utusan Allah yang mulia (Jibril), maka manusia tersebut mulai menghadapi masa dari gelap menuju terang dimana berangsur-angsur hidupnya akan menjadi terang benderang karena dibimbing dan dilindungi oleh Allah melalui para malaikat dan Jibril, sebagaimana disebutkan dalam Surat 2:257, Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
(bersambung)
Catatan:
1.    Angka diatas berarti rujukan ayat al Quran, 28:56 berarti surat ke-28 ayat ke-56, mohon dibaca langsung al Qurannya sebagai sumber kebenaran.
2.    Mohon dicek kalau ada kesalahan dalam nomor ayat al Quran nya dan mohon ditambahkan untuk kesempurnaan.

Sony wicaksono

Senin, 06 Agustus 2012

Kasus Rhoma Irama " SARA PILKADA Jakarta "


Rhoma Irama hanyalah satu dari ribuan pemuka agama, apapun agamanya, yang berbicara seperti itu -berdakwah berdasarkan ayat kitab suci yang diyakininya benar- di ruang tertutup, di komunitas homogen dan terbatas. Bukan di depan publik dan tidak untuk disiarkan di media massa.

Saya percaya banyak ulama dan pendeta juga kalau berdakwah lebih tendensius daripada itu, dan itu tidak apa-apa, bukankah kita seharusnya tidak tahu?

Yang amat salah adalah pihak yang sengaja merekam, sengaja melapor, dan sengaja menyebarluaskan. Ada maksud apa? Ini harus juga diselidiki. Dialah yang tengah dan telah berhasil menimbulkan keresahan antar umat beragama dan berpotensi konflik di ranah pilkada Jakarta yang amat panas itu.

Saya mengerti mengapa Rhoma menangis. Bayangkan kalau berdakwah saja sudah dimata-matai, lalu dilarang. Jadi ingat jaman Sudomo dan Benny Murdani.

Kitab suci, kalau mau jujur, juga penuh dengan SARA. Bayangkan: "halal darahnya", "jihad atas nama agama", "tanah yang dijanjikan", "bangsa pilihan", "bangsa terkutuk selamanya", dll, dst .... . Itu sebabnya, tidak baik mendiskusikan agama di ranah publik. Dakwah untuk mengajak umat masuk agama tertentu (missionaries) itu sudah lewat masanya -masa dimana manusia masih primitif dan harus diajari norma-norma. Saat ini kalau ada yang begitu -pendeta mendakwah di perkampungan yg sudah Islam, atau kyai mendakwah di perkampungan yang sudah Hindu, dst- justru menciptakan persoalan bagi kedamaian dunia.

Semoga kasus ini tidak membuat dakwah dan ceramah agama di rumah-rumah ibadah dimata-matai atau dilarang. Semoga ini juga bukan pembungkaman atas kebebasan berpendapat, sekalipun berpendapat tentang calon-calon pemimpin kita (malah perlu ya kita dapat perspetif dari yang dianggap panutan ttg sosok calon-calon pemimpin). Meskipun Rhoma bukan panutan saya, saya anggap yang dilakukannya tidak salah. Sekali lagi, yang salah adalah perekam dan penyebarnya. (Bayangkan, kita bicara di pengajian dan ngomongin Aburizal Bakri, misalnya, lalu pembicaraan kita ada yang merekam dan melaporkan sebagai penghinaan).

Akan halnya 7 menit rekaman, yang hanya diizinkan untuk disiarkan menit ke 1-3 di media massa, ada pertanyaan media (Indiarto, TV One tadi malam, misalnya): "Mengapa menit ke 4-7 tak boleh disiarkan? Berarti lebih seru muatannya daripada menit 1-3?", tanggapan saya: Panwaslu yang membocorkan perbedaan muatan antara menit ke menit itu tidak etis, malah menimbulkan keingintahuan dan menimbulkan kebencian -sebelum menontonnya (karena prasangka). Menurut saya juga, jawaban atas pertanyaan itu: "Katakanlah memang menit ke 4-7 itu lebih seru dari yg sudah beredar, itu justru tak seharusnya ditayangkan, karena tidak semua fakta layak terbit/tayang."


Sumber : Sirikit

Minggu, 05 Agustus 2012

Mengubah Keraguan menjadi keyakinan (iman)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang


Mengubah Keraguan menjadi keyakinan (iman).

Selama ini hampir sebagian besar energy kita terbelenggu dalam keraguan.

Keraguan adalah suatu kondisi dimana kita tidak maju dan mundur.
Mari sekarang ini walau kondisi kita seperti apapun, coba meraih keyakinan
keyakinan atas apa yang ada dalam diri kita, keyakinan atau iman adalah mutlak,
yakin kita sedang berada di jalanNya dengan segala keterbatasan yang kita miliki.
Ketika keraguan itu muncul maka akan berada di tempat saja.
Keyakinan dan lalu ada kesiapan untuk berubah. Berubah ketika Allah memberi petunjuk.
Ketika Iman sudah ada di hati maka Allah akan memberikan Furqon atau pembeda ke hati kita
untuk membedakan mana yang hak dan mana yang bathil.
Hati kita yang akan menuntun,
karena nasehat demi nasehat sudah berjuta di dengar namun yang muncul hanyalahketidakyakinan atau keraguan.

Energy kita hanya dipergunakan untuk pertentangan dan perdebatan seperti selama ini yang kebanyakan kita lakukan.
Dalam proses tentu saja ini diperlukan namun bukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam keseimbangan dan kemapanan yang ada nantinya.

Yang perlu dilakukan adalah sebuah "harmony" untuk mencapai hasil terbaik.
Masing-masing kita berada pada posisi keseimbangan masing-masing. Yang tengah bergerak maju lebih baik.
Yakinlah bahwa kita akan mencapai hasil lebih baik nantinya.

Ketika harmony itu tercapai dalam sebuah tekad yang kokoh, maka perbaikan adalah sebuah kepastian.
Perubahan hanya masalah waktu. Tidak perlu dikhawatirkan atau diragukan karena itu keyakinan di hati.
Semua tengah berjalan dijalanNya dengan usaha maksimal. Namun hasil akhir ada ditanganNya.
Apakah orang di sekitar akan mengikuti ataukah tetap dalam keadaannya, sungguh petunjuk itu datangnya dari Allah.
Yang harus dilakukan hanya usaha terbaik kita.

Sebuah harmony dari keseimbangan diri lebih dahulu:
akal, ruh jiwa, dan raga
diri dengan Sang Pencipta

sehingga akan menuntun dan mengarahkan
dalam sebuah keseimbangan diri yaitu:
diri dengan keluarga
diri dengan bangsa negara
diri dengan alam semesta
dalam sebuah harmoni, Rahmatan lil alamin.



Mencapai keyakinan: Pertemuan dengan Allah

Kita hanya menapaki perjalaan (journey) untuk mengikuti kehendakNya (perintah dan larangan) dengan sepenuh keyakinan (iman).

Menunggu pertemuan dengan Allah dalam setiapperjalanan (journey), menikmati perjalanan, menikmati pemandangan yang tersaji
menikmati alam sekitar, menikmati rasa-rasa yang disajikan sepanjang perjalanan ini. Menggunakan panca indera
untuk mengenali setiap tanda. Tanda-tanda yang diberikan bahwa pertemuan itu semakin dekat
Menunggu saat kebahagiaan itu akan tiba dengan sepenuh harapan
namun dengan tetap tersenyum bahagia sepanjang perjalanan itu
tentu saja dengan mempersiapkan bekal terindah yang akan kita persembahkan

mempersiapkan kado terbaik yang akan kita bawa dan persembahkan kepada Sang Kekasih hati
memilih dan menentukan kado yang mana yang akan dibawa
apakah akan membawa sebuah kado yang besar yang kita akan kepayahan membawanya sepanjang perjalanan ini
ataukah memilih benda-benda kecil yang berharga (contoh dalam hidup kita misalkan emas, intan, berlian)
inilah pilihan-pilihan amal ibadah yang akan kita pilih untuk bekal nanti
untuk kita persembahkan sebagai kado terindah bagi pertemuan dengan Tuhan kita
apakah kita akan memilih amal yang besar namun tak berharga, ataukah kecil tapi berharga
idealnya tentu yang besar dan yang paling berharga, tapi mungkinkah?.
semoga Allah, Tuhan kita menerima dan rela, serta ridho dengan kado pilihan kita
saat kita hidup di dunia ini, karena pilihan itu ada di tangan kita
di sini dan di saat ini

Karena hanya kita sendiri yang tahu kesanggupan untuk memilh kado itu
kita tahu kemampuan diri dalam menentukan pilihan kado itu
dan tentu saja Allah lebih mengerti kadar dan ukuran kita
apakah kita "pelit" dengan kado yang kita bawa
ataukah kita terlalu berlebihan sehingga melupakan tugas kemanusiaan kita
yang tentu saja merupakan tugas kita sebagai khalifah di bumi
untuk membawa "peradaban" yang diridhoi Allah di muka bumi ini.
(yang sebetulnya adalah "kado terbaik" hamba kepada Tuhannya)


Maka menunggu pertemuan itu merupakan nikmat dan nikmat diatas nikmat dan bertambah nikmat.
Sebagaima firman-ya. Maka nikmat mana yang kau dustakan.
Sehingga kita mampu bersaksi.
"Sungguh hamba telah merasakan nikmat itu".
Hamba bersaksi atas nikmat itu.

Hidup akan selalu nikmat. Apalagi saat puasa Ramadhan ini.
Puncak nikmat yg tengah dilipat gandakan.

Rasa itu terjadi ketika ada perubahan. Ada referensi. Ada pembanding.
Ada panas maka ada dingin. Ada manis dan pahit.
Bila berada di satu suhu maka kita tidak "merasakan" nikmat atau sakitnya panas atau dingin.
Juga hal sakit yg sama tidak menjadi terlalu menyakitkan.
Namun sakit berganti-ganti yg lebih menyiksa umpama sakit gigi. Sembuh sakit sembuh lagi.

Demam tinggi. Sering tidak menyakitkan. Tapi panas dingin yg menyakitkan. Rasa.... Rasa. Dualitas rasa.
Demikian pula dengan rasa khusyu'. Atau rasa silatun. Atau rasa iman dan rasa takwa.
Perubahan rasa inilah yang sangat menentukan.

Kalau tanpa perubahan. Maka tidak ada rasanya.
Perubahan bisa terjadi di detik ini ketika kita mulai membandingkan.
Melepaskan diri dari posisi rasa dan menentukan arah yaitu lebih khusyu atau kurang kusyu.
Lebih mendekat ke Allah atau lebih menjauh. Inilah prinsip yang saya ambil contohnya dari
prinsip ketidakpastian heisenberg.
Kita tidak bisa menentukan dua-duanya. Hanya salah satu.
Posisi rasa atau arah perubahan jiwa. Kalau berada di rasa maka kita tidak mampu menentukan arah.
Berada di arah maka posisi rasa menjadi tidak bisa diamati dan ditentukan.
Mudahnya tentukan saja arah jiwa. Karena inilah yang akan membawa arah ke arah yg lurus.
Arahnya jelas mendekat kepada Allah. Lalu bagaimana cara mendekatnya?.
Bagaimana kita tahu kita sudah mendekat?.
Maka kita memiliki indera yaitu hati.
Keyakinan yg sangat kuat dalam dan menghujam.
Dan reaksinya yg kita amati. Yaitu rasa. Terima saja rasa apapun.
Kalau belum seperti yg diharapkan kembalikan lagi ke Allah dg jujur.
Begitu terus interaksi berulang. Berputar. Sampai terasa yakin semakin dekat.
Dan semakin dekat.


Semakin mendekat kepada Allah adalah puncak rasa. Bahagia di atas bahagia.
Yang entah apa namanya. Maka inilah yg disebut sebagai hari ini lebih baik daripada hari kemarin.
Hari ini lbh mendekat kpd Allah dibanding kemarin. Semakin dekat semakin bertambah rasa nikmat itu.
Puncak pertemuan adalah kebahagiaan. Proses menunggu adalah rasa nikmat itu. Maka coba renungkan.
Bisakah meyakini pertemuan sholat tahajud nanti malam (misalnya) akan menjadi puncak kerinduan.
Harapan pertemuan dg kekasih yg paling membahagiakan.
Maka sekarang adalah menunggu saat itu terjadi. Sepenuh harapan dan keyakinan.
Bahwa pertemuan itu akan terjadi. Ulangi dan ulangi. Sehingga merasakan menunggu sholat tahajud terasa nikmat.
Yakin dan semakin yakin. Sampai tidak ada celah sedikitpun akan keraguan.
Akal. Jiwa dan raga.
Bisakah?.

Bahwa sholat itu nanti menjadi saat bertemu.
Insya Allah. Dengan memohon kepada Allah, maka tentu saja bisa dan mudah.
Saat nikmat mulai menyebar dan mengaliri dada.
Rasa mulai nyata dan ada.

Rasa itu selalu baru.
Bukan rasa yg sama dg yg pernah dialami. Karena rasa yg sama pasti sudah tdk berpengaruh.
Kosong. ..........Datar.
Namun rasa yg muncul adalah rasa yg baru dan belum pernah dialami.
Maka perlu mengamati dg sungguh. Membiarkan menguat. Karena kalau diabaikan.
Rasa ini mudah terganti dan terhijab atau tertutup. Kenali rasa asing yg nyaman. Sekilas.
Seperti dada terasa lapang. Dada terasa luas. Terasa lega. Terasa plong dsb....dsb.
Coba perhatikan dan ikuti rasa tersebut.

Sebagai referensi saja.
Rasa itu bisa seperti percikan embun yg menyejukkan di dada.
Lembut dan menyegarkan.
Kadang lembut hangat sepoi-sepoi.
Kadang seperti kabut lembut mengisi dada.
kadang seperti lapisan yang kukuh dan kuat
namun kadang seperti dinding yang memebentengi dada
Bisa juga seperti menjalar semut. Berkedut lembut.
Namun bisa seperti elusan selendang sutera dan lembut.
Bisa juga rongga dada meluas. Meluas seperti mengisi alam semesta.
Seperti kulit menjadi membran tembus hawa. Menyatu dg hawa di luar tubuh.
Masih banyak lagi rasa demi rasa yg sangat bervariasi.
Berbeda-beda namun dampaknya luar biasa.
Seolah kita rela memberikan apapun milik kita asalkan rasa ini ada terus.

Namun rasa ini aneh. Karena bukan milik kita. Ketika silatun lepas. Rasa ini mengendor.
Dan sedikit demi sedikit melemah. bahkan lalu hilang. Kadang bisa sangat mudah tersambung lagi.
namun seringkali sampai mati-matian berusaha namun gagal.
Bagaimana mendapatkan ini sebenarnya?.
Caranya sederhana.
Sejengkal mendekat kpd Allah maka rasa ini muncul.
Tapi dalam bentuk dan wujud rasa yg baru.

Rasa demi rasa ini selalu terbarukan. Selalu muncul rasa yang asing. Aneh.
Yg tdk mampu dijelaskan. Namun sangat dikenal yaitu rasa silatun.
Selalu asing namun seperti kembali ke pelukan yang sangat dikenal.
Yaitu Rasa dekat kpd Allah.
Semakin dekat dan semakin dekat.
Rasa ini ada ketika ada proses mendekat, atau yakin, diri kita leih dekat dibanding sebelumnya.

Jiwa kadang menjadi semakin peka dan sangat sensitif. Mampu merasakan tangisan bumi.
Rintihan pohon. Jeritan binatang. Mampu mendengar bisikan dan bisikan.
Mata seolah melihat keindahan dan kegaiban alam.
Alam menjadi sangat misteri dalam indah yg menakjubkan.

Keindahan yg sangat sulit dimengerti dan sulit difahami.
Seolah rumput ingin disapa. Seperti bunga ingin dikenal.
Tanah seperti berbisik. Seperti mendengar dan merasakan.
Namun semua itu hanya ada dlm kesadaran (kita sebut saja sebagai sebuah keyakinan)
Mungkin saja bisa dianggap sebagai khayalan atau lamunan, namun dalam dimensi kesadaran inilah keyakinan.
Dalam dimensi keyakinan maka ini realitas. Aneh bukan?.


Dan anehnya lagi, seolah jiwa terseret dan hanyut dalam rasa yg memabukkan.
Keindahan yg mempesona. Yang membuat tak henti-hentinya bertasbih.
Berterima kasih. Lalu alam seperti mengajari tentang kekuasaan Allah.
Burung, kupu-kupu, pohon dan semua alam menjadi menyatu dalam kesadaran.
Diri menjadi bagian alam. Berubah menjadi gelombang yg menjalar mengikuti cahaya alam.

Demikian sekedar referensi. Salah satu rasa yg aneh.
Dan bertambah aneh dan sulit dijelaskan.
Namun nyata dlm kesadaran.
Dalam keyakinan.
Dalam persaksian.
Syahadat.

Apakah ini benar, apakah ini khayalan,
inilah dimensi "persaksian", yang mungkin juga pernah disaksikan
karena masing-masing diri saling menyaksikan
lalu saling mengabarkan akan persaksian itu
mengabarkan akan "janji pertemuan" dengan Tuhan itu benar
mengabarkan tanda-tanda kekuasaan Tuhan
mengabarkan akan nikmat-nimat Tuhan yang telah diberikan
mengabarkan sebuah persaksian

Tiada Tuhan selan Allah
Bahwa apa yang diajarakan oleh Muhammad adalah benar
bahwa Muhammad adalah utusan Allah
yang mengabarkan pesan dan janji Allah keada manusia dan seluruh alam semesta ini.

Dan inilah dimensi dalam keyakinan, dimensi persaksian.
Semoga ini kebenaran bukan persangkaan saya.
Sungguh Allah sangat tidak menyukai orang yg mengatakan apa yg tdk dilakukannya.




Wassalam

Imam Sarjono

Pilih perkasa atau Sehat

Kalimat perkasa ini ngingetin saya pada obat kuat yang membikin orang "loyo" menjadi tambah greeeeng dan juga bisa dijadikan kado buat mama hehehe.....

Padahal sebetulnya obat kuat ini bisa juga untuk mereka yang bener-bener membutuhkan untuk kekuatan fisik

Ide obat kuat ini muncul sehabis saya ngobrol dengan seorang teman lama dimana obrolannya nggak jauh dari soal peluang usaha dan menyinggung soal hutang

Diceritakan bahwa ada seseorang yang sangat-sangat sukses sekali, dia menguasai industri dari hulu sampai hilir, menguasai dari pembuatan sampai penjualan

Liputan media juga sudah nggak keitung jumlahnya, foto liputan dan penghargaan menempel rapi dengan gagah di dinding ruang kerjanya

Karyawannya berjumlah puluhan orang yang setiap hari selalu sibuk dengan rutinitas dan dalam periode tertentu kadang-kadang masih membutuhkan tambahan karyawan lagi

Saya sampai bingung ngeliatnya, gimana caranya ya dia bisa sebesar itu..??

Pabrik punya, toko punya, tanah punya, rumah punya, kendaraan punya, pokoknya semua standard orang hidup dia sudah punya semuanya

Usahanya memang sudah berjalan 10 tahun di bidang yang sama tanpa ngelirik usaha lain jadi menurut saya memang sudah pantas dia ada di posisi seperti saat ini

Dan di sela-sela obrolan ternyata ada hal yang mengejutkan saya mengenai teman yang sukses ini yaitu ternyata dia sudah lama menjadi "karyawannya bank dan leasing" artinya semua yang di punya itu hasil dari pinjaman bank dan investor ditambah dengan leasing

Setiap pemasukan puluhan bahkan ratusan juta hanya sekejap saja di rekening habis itu mengalir deras ke beberapa rekening bank investor dan leasing

Sangat sedikit yang masuk ke kantong perusahaan atau bahkan tidak ada sama sekali kalau mau dihitung secara detail

Setelah ditelusuri ternyata dia sudah bertahun-tahun memakai cara gali lobang tutup lobang, mencari pinjaman untuk menutup pinjaman satunya

Sebetulnya dia sadar akan hal ini tetapi karena memang kebutuhannya dia sudah terlanjur banyak ya akhirnya harus dijalani juga cara ini yang entah sampai kapan akan berakhir

Akhirnya obrolan menjurus ke soal riba yang di bagian ini saya lebih banyak menjadi pendengar yang baik tidak berani komentar karena keterbatasan ilmu, daripada di komplain mendingan diem

Tetapi ada hal yang "menancap" di otak saya soal riba ini yaitu bahwa setiap pekerjaan kita tidak akan berkah jika masih ada riba didalamnya, waduuh..., bisa cilaka nih....!!!

Saya tidak tahu ada hubungannya atau tidak tetapi yang jelas setiap orang yang saya temui selalu mengeluh kalau punya hutang biarpun bisnisnya masih berjalan normal, apakah ini tanda-tanda tidak berkah...?? Walahualam saya tidak tahu

Kembali ke cerita kawan tadi, sebetulnya dia sudah dikasih tahu untuk merubah cara lamanya yang selalu mengandalkan hutang pihak ketiga sebab cara ini buat dia sudah tidak cocok lagi tetapi karena dianya masih PD jadi ya dibiarkan saja karena ini bisnisnya dia dan hanya dia sendiri yang tahu

Menurut saya soal menggunakan pinjaman atau tidak kembali ke diri masing-masing, asalkan sudah terukur dan siap menanggung segala resiko maka dijalankan saja karena kita tidak akan tahu sebelum mencoba dijalankan

Memang kalau saya lihat perbedaan antara mereka yang menggunakan hutang pihak ketiga dengan yang tidak menggunakan adalah kelihatan pada percepatan usaha dan kepemilikan aset

Yang menggunakan hutang akan kelihatan kinclong perkasa "di atas" padahal pondasi belum tentu bagus sedangkan yang memakai cara "sehat" tidak pakai hutang akan kelihatan sangaaaat lambat dengan ujung yang kecil tetapi mempunyai pondasi yang sangat kuat, sama seperti ilustrasi gambar di atas

Pilihan ada di tangan kita, semua ada caranya, semua ada resikonya, kenali dan mainkan sebaik mungkin

Salam sukses dunia akherat,

http://prakom.com

Lailatul qadar: Antara Mitos dan Realitas dalam Kesadaran Diri.

Semoga tulisan ini mampu menghadirkan keindahan dan kebahagiaan,
ketenangan, keteduhan,kepastian dan keyakinan akan keagungan Allah, Maha besar, Maha suci
Maha benar, Maha meliputi dan seluruh sifatNya (dalam 99 namaNya)


Lailatul qadar, dalam dimensi kesadaran

Kesadaran akan adanya malam ini diturunkan dari generasi ke generasi, melintas batas waktu
melintas batas golongan, melintas batas ras dan bangsa, melintas batas usia, melintas batas banyak hal
dalam lingkup seorang (diri) yang menyatakan diri ber-Islam, beragama Islam

kesadaran ini yang awalnya satu, sederhana dan mudah, langsung, to the point, mengarah dan jelas
dengan berjalannya rentang waktu yang panjang, menjadi berputar, memilin, melipat, bertambah, dihiasi pernak-pernik
warna-warni yang menakjubkan, dan akhirnya telah menjadi hikayat, legenda, cerita, khayalan dan mitos
lailatul qadar telah menjadi sebuah "kegaiban" yang berada jauh tinggi di awang-awang, yang tak terjangkau
menjadi mimpi yang tidak nyata, seolah menunggu dapat lotre, atau menunggu jatuhnya durian
kita menjadi sekedar mendapat "keberuntungan" jatuhnya lailatul qadar dari langit
karena lailatul qadar adalah sebuah "status maqom" sang suci, status maqom para wali
sehingga hanya orang-orang yang mendapat "karomah" yang mampu meraih malam ini
itulah mitos dalam diri, dan meliputi banyak kesadaran, banyak diri kita yang terbelenggu oleh mitos ini.

Sehingga apabila ada orang yang berkata sudah mendapatkan "malam lailatul qadar ini"
apa yang akan terjadi?. Berpuluh mata seolah aka memandang, bertanya, tidak percaya,
mencibir, mencemooh, merendahkan atau iri hati, atau mungkin kagum, mungkin juga menganggap
hebat, luar biasa atau bahkan suci dan telah mendapatkan sesuatu "yang luar biasa" dari langit
menjadi sebuah misteri yang tak terpecahkan. Kerancuan telah mengakar dalam kesadaran kita.

Kejadian ini sama persis dengan "anggapan" tentang khusyu'. Yang pada awalnya juga telah menjadi mitos
menjadi legenda dan hikayat, namun dengan adanya "pelatihan sholat untuk mendapatkan khusyu"
akhirnya khusyu menjadi "membumi", menjadi sebuah realitas bahwa siapa saja bisa dan mampu mendapatkan
sehinga istilah "khusyu" telah mejadi biasa,telah menjadi sebuah realitas dalam kesadaran kita

Dan inilah yang akan dikupas dan disajikan dalam penkajian ini: Membumikan "malam seribu bulan".
menjadikan malam lailatul qadar ini menjadi sebuah realitas bagi kesadaran setiap orang yang ber-Islam


                                           ==============================
                                           Lailatul qadar adalah sebuah keniscayaan,
                                             sebuah kewajaran, sebuah keharusan bagi muslim
                                                setiap diri seharusnya mampu (wajib) mendapatkan ini
                                                  malam ini ada di dalam diri, di dalam kesadaran diri ini
                                                    maka carilah di dalam diri (jiwa/hati) dgn mengikuti ruh
                                                       bukan di luar diri (akan sangat sulit menemukannya)
                                                       ======================================


Bagaimanakah sebenarnya realitas "lailatul qadar" ini.
Sungguh sulit memahami "realitas" ini, karena realitas ini ada dalam dimensi kesadaran
ketika kita meyakini sesuatu maka itulah realitas bagi diri kita

Tulisan beberepa seri ini mencoba sedikit mengungkap kesadaran diri dalam memahami lailatur qadar
mencoba membuka tabir kayakinan agar melihat "kesederhanaan" lailatul qadar
agar melihat kemudahan lailatul qadar, sebagai bagian dari keyakinan kita sebagai muslim

Lailatul qadar ini begitu sulit difahami kesadaran karena melalui banyak kesadaran
bermula dari alam kun (alam kehendak), melalui alam ruh dan melewati alam-alam energy
membentuk (mewujud) di alam gelombang sehingga mampu diamati di alam materi
(Pembahasan tentang beberapa alam kesadaran ini dituliskan di bagian tersendiri).


Sulitnya lagi, ketika kesadaran kita berada di alam-alam tersebut, maka kita tidak mampu mengamati alam yang lain
ketika kesadaran kita berada di alam ruh maka alam materi akan hilang, demikian pula ketika ada di alam materi
maka kita tidak mampu mengamati alam ruh.Atau dengan kalimat yang sederhana:
Ketika kita sibuk dengan urusan dunia (materi) maka melupakan ruhani, yaitu kita malas melakukan ibadah ruhani
Ketika kita sibuk dengan urusan ruhani maka lupalah (hilanglah) dunia, yaitu kita menjadi malas melakukan kegiatan duniawi
Hanya kesadaran yang mampu berada di atas hal ini, menyeimbangkan.

jadi bagaimana harus mengamati "lailatul qadar" ini
apakah di alam ruh, energy, ilmu, gelombang atau materi?

maka mari kita luruhkan kesadaran kita, untuk berada di apapun kesadaran kita
karena berada dimanapun kesadaran kita, maka kita akan mampu mengamati "lailatul qadar" ini
karena lailatul qadar adalah kepastian, adalah keniscayaaan

setiap muslim seharusnya "mendapatkan lailatul qadar"
setiap muslim sewajarnya "meraih lailatul qadar ini"
sebuah kepastian, sebuah keniscayaan bagi yang meyakini, bagi yang berusaha mendapatkannya


Mengapa sulit?.
Karena biasanya mereka mencari yang "di luar" kesadaran
sedangkan "lailatul qadar" itu hanya mampu diamati oleh kesadaran diri

Sebuah hal yang sangat sederhana
bukan sebuah mitos, tetapi sebuah realitas
tetapi sebuah keyakinan.


Kajian ini akan dihantarkan.



Menunggu Sang Malam seribu bulan




Mencoba sedikit menjelaskan kronologi dan hakekat malam lailatul qadar dalam konteks dan pandangan pribadi.
Saya meyakini pernah mendapatkan malam ini tahun yg lalu. Jadi bisa menjelaskan. Sekedarnya saja.
(Sebagaimana tulisan pendahuluan di atas, dimensi ini adalah dimensi keyakinan diri,
maka tentu saja banyak yang tidak percaya, ada yang mencemooh, mencibir, mengejek atau merendahkan, meremehkan,
atau kagum dan sebagainya. Namun kalau saya mengatakan saya tidak mendapatkan bisa diterima dengan wajar,
mengapa ketika saya berkata mendapatkan bisa menjadi banyak pandangan?. Ya ... karena persepsi
Karena membandingkan dan karena keyakinan, juga karena mitos, asumsi dan anggapan,
namun yang penting dengan adanya keyakinan bahwa saya telah mendapatkan malam ini
selanjutnya saya menjadi seorang yang lebih baik, dari pemarah menjadi pemaaf
dari yang kikir menjadi lebih pemurah, dari yang berkelakukan buruk menjadi lebih baik
maka keyakinan ini adalah sebuah tonggak perubahan, maka keyakinan itu perlu).
Sebagai pembanding saja. Mungkin bermanfaat bagi yg ingin menggapai malam tersebut.
Kalaupun tidak. Sebagai wacana saja. Bahan perbandingan semata.

Malam ini adalah dalam dimensi yakin.
Keyakinan atau iman.

Disebutkan sebagai malam turunnya malaikat dan ruh.
Sederhana sekali.
Ketika turun ruh.
Siapa yg melihat ruh dalam kesadaran?. Ya tentu saja ruh kita.

Untuk apa malaikat dan ruh datang. Untuk menurunkan Al Quran. Sederhana sekali.
Jadi siapapun yg mampu membangkitkan atau menjadikan ruh sebagai diri
maka seharusnya dia mampu melihat kehadiran para ruh yang turun.
Membawa Al Quran. Ruh apa yg terutama turun?. Ruh Al Quran.

Ruh Al Quran turun setiap malam. Itu hakekat yang saya fahami. (Tentu saja dalam keyakinan diri).
Namun kemampuan diri kita yg berbeda-beda dalam menangkap atau menerima kehadiran atau kedatangan ruh ini.
Jadi bukannya menunggu yang di luar. Atau menunggu datangnya "malam lailatul qadar".
Tetapi mengamati yg di dalam dada kita. Yang mampu menangkap kedatangan ruh Al Quran ini.

Mengapa di akhir Ramadhan.
Jawabnya sederhana. Puasa ini untuk menjadikan ruh sebagai diri.
Maka perlu proses. Bukan proses sehari jadi. Namun perlu penempaan diri.
Paling tidak setelah 2/3 dilalui baru ruh mampu menjadi kesadaran diri.

Inilah yang disebut kembali fitrah, kembali kepada diri, kembali kepada awal kejadian, atau asal.
Inilah kemenangan puasa, hasil dari puasa, hasil dari penyucian jiwa: Jiwa yang fitrah
Yang mampu mengamati keberadaan "lailatul qadar" di dalam kesadaran diri.

Bagaimana dengan yg sudah "akhli ibadah". Jawabnya sama saja.
Tingkatan ruh yang akan datang pada malam lailatur qadar berbeda.
Sebagaimana malaikat yg memiliki kekuatan yg berbeda-beda. Kecepatan yg berbeda-beda.
Kemuliaan yg berbeda-beda. Maka ruh Al Quran pun juga sama.
Maka bagi akhli ibadah untuk mendapatkan tingkatan ruh Al Quran
yg sesuai dengan maqomnya harus memerlukan penggemblengan 2/3 bulan.

Jadi lailatul qadar adalah turunnya ruh. Turunnya ruh Al Quran.
Turunnya kesadaran Al Quran yg merupakan anugerah utama di bulan Romadhon.
Seharusnya setiap yg menjalankan puasa dg benar "pasti bertemu" dengan ruh Al Quran ini.

Lailatul qadar ini adalah malam pencerahan ruh (kesadaran) kita. Saat ruh kita disinari ruh Al Quran.
Cahaya Al Quran yang cahaya serta kekuataan cahayanya bagaikan kekuatan seribu buah rembulan.
Untuk menerangi hati. Maka hati akan mendadak terang benderang. Seperti siang hari.
 Namun redup. Tidak panas. Betul-betul gemerlap menyilaukan dada.
Tahukah cahaya itu?.  Mungkin sebagian besar kita sudah tahu.
Cahaya adalah energy.
Cahaya adalah gelombang.
Cahaya adalah partikel.
Dan cahaya adalah informasi.
Pembawa informasi sebagaimana serat optis. Sebagaimana jaringan internet.
Sebagaimana frequency gelombang tv, radio dsb. Kumpulan informasi alam semesta.
Gelombang tv dipancarkan setiap saat. Akan nampak saat kita menyalakan tv.
Gelombang satelit untuk navigasipun sama. Asalkan kita menyalakan receiver.
Kita menangkap informasi. Gelombang internetpun sama.
Dan demikian pula kedatangan ruh Al Quran.

Cahaya seribu rembulan yang datang di malam lailatul qadar bisa diamati
sebagai ruh
sebagai energy
sebagai gelombang
sebagai partikel (materi) biasa kita anggap suasana malam lailatul qadar
bisa sebagai informasi

Maka kesadaran kitapun harus berada di salah satu hal di atas
agar mampu menerima
atau berada di bebarapa alam
bahkan di semua alam di atas
yaitu berada di kesadaran di atas kesadaran
mengamati mewujudnya ruh Al Quran di dalam jiwa kita
dengan kesadaran apapun yang tengah kita pergunakan

       =======================================================================
       Malam lailatul qadar adalah malam dimana Al Quran mewujud di dalam kesadaran kita
       (cahaya) Al Quran akan bersinar seperti seribu buah rembulan yang akan menerangi jiwa kita
       =======================================================================



Wassalam


Imam Sarjono

Sarang Semut Terbukti Sangat Ampuh Atasi Kanker, Tumor Dan Berbagai Penyakit Mematikan


Kesehatan adalah harta yang sangat berharga, tubuh kita tidak sehat,
walau banyak uang sangatlah tidak berarti...

Simak artikel berikut :)

Sarang Semut Terbukti Sangat Ampuh Atasi Kanker, Tumor Dan Berbagai
Penyakit Mematikan

Fakta tentang sarang semut : bebas dari kanker tanpa perlu operasi,
kemoterapi, dan bioksi hanya dalam waktu hitungan bulan saja. juga
terbukti ampuh mengatasi tumor, TBC, diabetes, Hipertensi, Lever, Asam
urat, jantung koroner, dan berbagai penyakit berat lainnya. Sarang
Semut Dikonsumsi oleh ribuan orang dan terus bertambah sejak
diperkenalkan sejak 6 tahun lalu.

Apakah sarang semut itu?

Sarang semut (myrmecodia pendans) merupakan tanaman yang berasal dari
Papua, yang secara tradisional digunakan oleh penduduk asli Papua
untuk mengobati berbagai penyakit secara terus-menerus dan turun
temurun. Dan sekarang penelitian modern mendapati bahwa tanaman Sarang
Semut ini mengandung senyawa aktif penting seperti: flavanoid,
Pokoverol, Penolik dan kaya berbagai mineral yang berguna sebagai anti
oksidan dan anti kanker.

Sarang semut sudah diakui berkhasiat !

Sejak diperkenalkan 6 tahun yang lalu sebagai tanaman obat, pengguna
sarang semut kini semakin bertambah, tidak terbatas di Indonesia,
tetapi juga digunakan di beberapa Negara lain seperti: Singapura,
Malaysia, Jerman, belanda, Inggris, dan Amerika Serikat. Kenyataan ini
sebenarnya cukup beralasan, apalagi banyak penelitaian membuktikannya
melalui berbagai kajian ilmiah.

Mengapa sarang semut begitu berkhasiat?

Keunikan sarang semut terletak pada Interaksi semut yang terletak pada
umbi yang terdapat di lorong-lorong di dalamnya. Kestabilan suhu di
dalamnya membuat koloni semut betah berlama-lama bersarang di dalam
tanaman Sarang Semut ini. Dalam jangka waktu yang lama terjadilah
reaksi kimiawi secara alami antara senyawa yang dikeluarkan semut
dengan zat yang terkandung dalam sarang semut, perbaduan inilah yang
membuat sarang semut dapat mengatasi berbagai macam penyakit, karena
setiap hari semakin banyak saja hasil positif yang dilaporkan oleh
pengguna sarang semut dalam mengobati berbagai penyakit kanker, tumor,
TBC dan sebagainya, maka secara empiris sarang semut tidak dapat
disangkal telah terbukti sebagai tanaman obat berkhasiat.

Barikut ini adalah jenis-jenis panyakit yang sudah terbukti dapat
diatasi oleh sarang semut berdasarkan pengalaman empiris dari para
pengguna :

Monggo baca selanjutnya di :

http://www.sarangsemutonline.com/artikel-sarang-semut-papua/sarang-semut-terbukti-sangat-ampuh-atasi-kanker-tumor-dan-berbagai-penyakit-mematikan/