Simbolisasi atas hakekat makna, sering digunakan manusia untuk berkomunikasi. Dan biasanya yang digunakan adalah lambing huruf, benda, atau logo, dan lain-lainnya. Kesulitan dalam mengungkapkan apa yang ingin disampaikan menjadi sebab mengapa manusia memilih bahasa symbol atau logo dalam mengungkapkan apa yang diinginkannya. Hal ini dikarenakan, sebab apa-apa yang ingin disampaikan dan diungkapkan tidak di wadahi oleh tata bahasa manusia atau juga perlu banyak sekali interprestasi dan penjelasan yang harus dituliskan untuk menggambarkan yang dimaksudkan.
Ungkapan rahsa, ungkapan makna filosofi, bahkan ungkapan dalam ‘science’ sendiri memerlukan ‘lambang’, atau ‘logo’ atau ‘simbol-simbol’, agar mampu dikomunikasikan kepada manusia lainnya. Sebuah symbol dianggap akan mampu mewakili apa yang ingin disampaikan, sehingga para ilmuwan, para filsus, para ahli komunikasi, dan lain-lainnya sering menggunakan ‘model’ bahasa simbolisasi seperti ini.
Bahasa yang simple, sederhana namun kaya makna. Inilah yang diinginkansimbolisasi dalam tata bahasa manusia sangat diperlukan. Kesulitan dalam ber tata bahasa sepertinya mampu di urai dengan menggunakan bahasa ini. Selanjutnya, lambang atau logo atau symbol inilah yang menjadi alat komunikasi antar manusia, antar bangsa, suku, agama, bahkan melintas generasi. Seluruh tata bahasa manusia, apapun itu suku, agama atau keilmuannya pasti menggunakan bahasa ini, yang akan diturunkan kepada generasi-generasi selanjutnya.
Keunikan bahasa symbol adalah dalam sifat universal-nya. Bahasa yang akan mampu ditangkap siapa saja. Meski makna mungkin akan sangat tergantung kepada masing-masing yang mencoba memahaminya. Keluasan dan kedalaman bahasa symbol sangat tergantung kepada ‘kedewasaan’ kesadaran para pembacanya. Satu bahasa symbol jika diterjemahkan mungkin saja akan menjadi sebuah buku yang tebal sekali. Itupun masih sangat tergantung siapakah yang menjelaskan bahasa symbol.
Jika seseorang mampu membaca bahasa symbol sebagaimana yang dimaksud dalam interprestasinya, maka kadang pembaca tersebut sudah mampu membaca isi keseluruhan dari buku tersebut, tanpa harus membaca keseluruhan isi buku tersebut. Inilah keunikan bahasa symbol dalam tata bahasa manusia.
Einstein menggunakan bahasa symbol ;
‘E’ untuk memvisualisaikan hakekat Energy ,
‘m’ untuk menggambarkan masa (materi), dan
‘c’ untuk menggambarkan suatu ‘gerak’benada yang memiliki ‘kecepatan’ yang setara dengan kecepatan cahaya.
Dituliskannya ; E = mc2
Orang-orang yang tidak memiliki referensi atas apa yang disimbolkan Einsten, tidak akan mampu membaca apa yang ingin disampaikan oleh Einsten.
Sehingga jika pembaca belum memiliki referensi atas apa yang dimaksudkan dengan ‘Energy’, jika dia belum memiliki referensi perihal ‘masa’ , jika dia belum memiliki referensi akan ‘kecepatan’ yang dimaksudkan itu. Maka bagi dirinya simbolisasi ini tidak memiliki makna apa-apa. Kosong saja. Dan khabar yang ingin disampaikan Einsten menjadi sebuah ke ‘sia-sia’ an saja. Namun Ketika ketemu dengan orang yang tepat maka bahasa symbol ini akan menjadi sangat ‘luar biasa’ sekali. Bahasa symbol akan sangat bermanfaat bagi orang-orang yang ber-ilmu dan memiliki ketertarikan yang sama.
Oleh karenanya bahasa symbol hanya akan mampu dibaca oleh orang-orang yang memiliki kapasitas untuk membaca symbol-symbol. Dalam hal ini adalah para ilmuan yang berkecimpung dalam fisika nuklir.
Maka kita dapati, dari bahasa symbol yang di sampaikan Einsten~kemudian di baca oleh ahli fisika nuklir, terciptalah bom atom. Bahkan saat sekarang ini, energy listrik pun memanfaatkan hasil dari ‘membaca’ bahasa symbol yang dilakukan oleh para ahli fisika nuklir.
Sekarang ini dunia di kuasai oleh ‘kekuatan’ yang berhasil di implementasi dari sebuah bahasa symbol E = mc2. Siapa yang menguasai ‘energy’ maka akan menguasai dunia. Maka orang-orang yang memiliki kemampuan ‘membaca’ bahasa symbol ini, menjadi sangat mahal harga nya. Karena demikian langka-nya orang-orang seperti ini.
Maka dari itu Islam sangat berkepetingan sekali dalam hal ini. Islam menginginkan umatnya untuk mampu membaca bahasa symbol. Islam memahami bahwa betapa pentingnya bahasa symbol dalam perkembangan peradaban tekhnology manusia. Dalam pendewasaan kesadaran manusia. Dalam penyempurnaan jiwa manusia. Maka banyak surah di dalam Al qrur an di mulai dengan bahasa symbol ini.
~ A(alif) la (lam) ma (mim) ~
Inilah salah satu bahasa symbol dalam Al qur an, (dimana) yang di gunakan adalah huruf-huruf Al qur an itu sendiri (arab).
Bahasa symbol Einsten menjelaskan bagaimana mekanisme Energy yang berlaku di alam semesta. Suatu ‘masa’ yang di berikan ‘percepatan’ sedemikian rupa sehingga dirinya ‘bergerak’ dengan kecepatan kudrat dari kecepatan cahaya, maka masa itu akan membelah. Ketika membelah akan melepaskan energy yang maha dahsyat mampu menghancurkan apa saja. Maka ‘proses’ ini harus berada dalam tempat yang benar-benar ‘tertutup’. Inilah hakekat makna postulat Eisnten.
Energy yang tercipta dari ‘proses’ ini adalah energy yang bersifat sebagaimana pisau yang bermata dua. Bisa bermanfaat atau malahan akan menghancurkan dunia. Dan hingga saat ini mansuia masih dilanda kekhawatiran atas ‘efek’ yang dapat di timbulkan atas ‘nuklir’ ini. Inilah sifat ‘energy’ yang ditemukan manusia dari hasil membaca tanpa menggunakan nash Al qur an. Ketika manusia ‘membaca’ tidak atas nama Tuhan maka apa-apa yang dihasilkan akan menjadi pedang bermata dua.
Maka umat muslim diingatkan berkali-kali, agar mampu membaca dari Al qur an saja, agar manusia terhindar dari problematika ‘teknology’ yang di ciptakannya sendiri. Ketika manusia ‘membaca’ tidak atas nama Allah maka apa-apa yang dihasilkan akan menjadi pedang bermata dua. Membaca dengan niat yang tidak di tujukan karena Allah. Tuhan yang menciptakan alam semesta ini. Akan menghasilkan dualitas kembali. Kebaikan dan keburukan atas hasil tekhnology yang diciptakan. Inilah problematikanya
Kebutuhan manusia akan filosofi yang menjadi pijakan perkembangan tekhnolgy bagi peradaban manusia sebenarnya sudah difasilitasi oleh Al qur an dengan bahasa symbol yang dimaksudkan~ bahasa tersebut haruslah dimaknai oleh umat muslim yang (memang) memiliki kapasitas untuk ‘membaca’. Sebagaimana para ilmuwan fisika nuklir membaca symbolisasi dalam postulat Einsten. Nanti kita kan melihat, setelah kita sandingkan kembali postulat Alif lam mim dengan postulat E = mc2 bahwa postulat Alif lam mim, memiliki kedalaman makna yang lebih sangat luar biasa dalam menjelaskan kaitan Energy dan seluruh alam semesta. Hukum-hukum yang bekerja di alam semesta ini mampu di dijelaskan hanya dari symbol yang sedrhana tersebut.
Sayang bahasa symbol dalam Al qur an ini telah ter ‘bonsai’ oleh pemahaman yang mengawali semenjak dahulu kala. Bahwasanya bahasa symbol tersebut (Alif lam mim) hanya Allah-lah yang tahu arti dan makna nya. Kesadaran kolektif ini , telah mengesampingkan upaya manusia dalam ikhtiarnya mencoba membaca hukum-hukum sunatulloh di alam semesta ini, melalui Al qur an. Sehingga siapapun ilmuan yang bermaksud untuk membaca bahasa symbol dari Al qur an akan mengalami ‘kegamangan’ tersendiri. Sebab adanya ke-khawatiran akan menabrak batasan-batasan yang sudah dibuat oleh para musafirin ber abad-abad yang lalu.
Sehingga dapat kita saksikan, umat Islam dalam hal tekhnology hanya jalan di tempat. Pemahaman Islam dalam hal technology tidak bergerak sejak abad ke 7 Masehi. Meski Islam memiliki ilmuwan-ilmuwan hebat di setiap jamannya. Dalam hal perklembangan tekhnology Islam dan infrastruktur pendukungnya, Islam sangat tertinggal di bandingkan dengan bangsa Yahudi yang dengan berani meng-eksplorasi bahasa-bahasa symbol.
Anggapan bahwasanya symbol ini (Alif lam mim) tidak lazim untuk diuraikan karena sifat ‘kesakralan’ Al qur an menjadi ‘pembatas’ yang menyebabkan ‘kegamangan’ ilmuwan ataupun kaum musafirin dalam menguraikan symbol-symbol tersebut. Stigma ‘bid ah’ dan kafir yang dengan mudah akan disematkan kepada orang yang berusaha untuk ‘membaca’ Al qur an. Menjadi ‘ketakutan’ tersendiri bagi orang yang ingin ‘membaca’ symbol yang digunakan Al qur an dan ingin berkomunikasi dengan Al qur an.
Demikianlah nasib umat Islam, diantara klenik, mitos dan kepercayaan yang membebani umat. Kita umat Islam awam, senantiasa gamang diantara dua dunia yaitu dunia-akherat. Dunia tidak kita raih dan akherat belum tentu dapat. Selalu setengah-setengah. Maka ketertinggalan dan keterbelakangan adalah sebuah kepastian adanya.
Bahasa simbolisasi ternyata telah menjadi bahasa yang merubah tatanan dunia. Maka orang-orang yang mampu membaca bahasa ini, adalah orang-orang yang akan mampu menguasai peradaban manusia. Inilah yang disiyaratkan Al qur an.
Kompromi dalam menarik analogy
Symbol hakekatnya adalah (untuk) meng-komunikasikan apa yang tersirat yang tidak mampu di ungkapkan dengan kata-kata. Maka menjadi ‘aneh’ jika symbol-symbol yang digunakan Al qur an menjadi barang ‘tabu’ untuk kita uraikan maknanya. Hal inilah yang ‘merangsang’ penulis untuk mencoba mengkhabarkan ‘pemikiran’ yang mungkin tak sama dalam memaknai symbol yang digunakan Al qur an.
Dan kajian ini berusaha menyampaikan dari sisi ‘kompromis’ atas analogy yang digunakan untuk menjelaskan satu sama lainnya.
Jika kita lepaskan atribut yang melekat pada symbol-symbol tersebut dan kita susun linear saja, sebagai sebuah rangkaian kata. Sebagaimana sebuah tulisan biasa. Maka akan di dapat persamaan sebagaimana tersebut di bawah ini. Marilah kita sandingkan.
~ A (alif), la (lam), ma (mim) ~
Inilah bahasa symbol dari Al qur an
~ E (energy), m (materi/masa), c(kecepatan/gerak) ~
Inilah bahasa symbol yang diusung Einstein
Bagaimana membaca Postulat Einstein ?
Symbol E memiliki makna Energy. Semua manusia paham apa itu energy. Sebab energy bisa di indrai oleh manusia. Maka symbol ini kemudian mudah dipahami. Namun jika kita uraikan hakekat sebenarnya atas energy. Seluruh materi memiliki energy baik Energi Potensial maupun Energi Kinetik. Dan juga Energi-energi turunannya. Dan kita akan membutuhkan ribuan buku untuk menuliskannya. Sementara pemahaman atas energy pun bertingkat-tingkat tergantung kepada kecerdasan dan kedewasaan pembacanya. Penjelasan energy bagi TK tentunya akan berbeda bagi S3.
Ternyata E (energy) meliputi m (materi/masa) yang diam berada dalam konstanta c (kecepatan). Selama dalam keadaan lembamnya suatu benda akan tetap dalam keadaan diam atau bergerak lurus, selama tidak ada gaya (energy lain) yang bekerja padanya.
Maka dapat kita simpulkan E (energy) adalah sumber adanya m (masa) dan c (kecepatan). Jika tidak ada E (energy) maka symbol-symbol lainnya tidak akan pernah ada di dunia ini. Inilah hakekat dari postulat Einstein.
Jika pemahaman ini di balik, m (masa) akan melepaskan E (energy) yang dikandungnya, (yang selama ini meliputi dan mengikat materi tersebut tetap dalam keadaan lembam) ~jika kepadanya diberikan gaya (energy) lain. (Yaitu) E (energy) yang mampu merubah arah kecepatan m (materi/masa) tersebut sedemikian rupa sehingga membuka ruang ikatan yang ada di dalamnya. Keterbukaan ruangan inilah yang menyebabkan E (energy) yang berada dalam ikatan m (materi/masa) tersebut terlepas keluar. Reaksi ini di kenal sebagai reaksi fisi nuklir.
Reaksi fisi nuklir adalah reaksi pembelahan inti atom akibat tubrukan inti atom lainnya, dan menghasilkan energi dan atom baru yang bermassa lebih kecil, serta radiasi elektromagnetik. Reaksi fusi juga menghasilkan radiasi sinar alfa, beta dan gamma yang sagat berbahaya bagi manusia.
Berapa c (kecepatan) yang di butuhkan untuk m (materi/masa) tersebut bergerak sehingga, ikatannya terlepas ?. Inilah yang ingin di teliti manusia. Dan Einsten sudah menemukan kecepatan minimal agar ikatan energy suatu m (materi/masa) terlepas keluar dari ikatannya ?. (Yaitu) kecepatan cahaya di kalikan dengan kecepatannya sendiri (kuadrat).
Postulat Einsten mampu menjelaskan bahwasanya setiap m (materi/masa) diliputi oleh E (energy). Dan juga sebaliknya bahwa Energi berada di dalam m (masa/materi). Liputan Energi inilah inilah yang menyebabkan m (materi/masa) mampu bergerak dengan c (kecepatan) yang tertentu.
Maka secara filosofi bahwasanya antara E (energy), m (materi/masa), dan c (kecepatan) adalah sebuah satu kesatuan yang saling meliputi. Energy meliputi m (materi/masa), dan c (kecepatan) dan begitu juga sebaliknya m (materi/masa) meliputi E (energy) dan c (kecepatan).
Jika konsepsi ini kita gunakan dalam memaknai hakekat ketuhanan. Ternyata konsepsi tersebut berkesuaian dengan pemahaman para ‘spiritualis’. Kita mengenal adanya pemahaman ‘manunggaling kawula gusti’. Adalah hakekat dalam memahami realitas Energy yang diusung oleh kaum matrialis. Energy yang meliputi materi. Cahaya Allah yang meliputi seluruh alam semesta. Hal ini merupakan analogy pemahaman la haula wala kuawat illa billah.
Bagaimana menjelaskan konsepsi Al qur an perihal ini ?
Symbol adalah tanda, sebuah lambang yang tak berarti apa-apa sampai manusia tersebut mampu memaknai ‘hakekat’ atas symbol tersebut.
Maka bagaimana dengan symbol A (alif) la (lam) ma (mim) ?.
Siapapun manusia dari pendidikan, dari golongan apapun tentunya dapat membaca symbol tersebut. Meskipun penjelasannya mungkin akan berbeda kualitasnya. Anak TK akan mampu menjelaskan cahaya, dan membicarakannya, tentunya sah-sah saja. Itulah pemahaman mereka anak-anak TK. Begitu juga orang yang berpendidikan S3. Dalam kapasitas mereka masing-masing, tentu saja ‘pemahaman’ keduanya itu, menjadi benar dalam makom mereka masing-masing. Meskipun S3 memeliki pengetahuan lebih mendalam, namun dia tidak berarti dia bisa menyalahkan pemahaman anak TK tentang cahaya. Inilah perumpamaan yang ingin saya sampaikan dalam upaya memahami symbol-symbol dari Al qur an !.
Symbol tersebut adalah alat komunikasi Al qur an kepada manusia. Maka saya mencoba untuk ber komunikasi. Meskipun mungkin dalam memaknainya sebagaimana anak TK yang menjadi ilustrasi dimuka.
Kerenanya saya cuplikan serat Pepali Ki Ageng Selo, seorang filsuf Jawa yang juga menggunakan bahasa symbol untuk menjelaskan makna hakekat.
Melalui uraian serat Pepali inilah saya mencoba melakukan pendekatan atas makna hakekat symbol A (alif) la (lam) ma (mim).
Serat pepali ini mencoba menjelaskan makna dan hakekat Tuhan dan ketuhanan dalam agama Tauhid (Islam). Yang menarik dari Serat Pepali ini adalah penulisnya sendiri menjelaskan tafsirannya dengan bahasa simbolisme lagi. Jadi, setiap pembaca karyanya dapat meng-eksplorasi kembali makna-makna symbol-simbol yang di maksud, menjadi tak berbatas ruang dan waktu. Ki Ageng Selo menjelaskan hakekat Tuhan dengan banyak macam simbolisme sbb :
* Samudera Besar
* Tempat tak Bertulisan
* Teratai tak Berkelopak
* Lampu Menyala tanpa Sumbu
* Daun Hijau tak Berpohon
* Muazzin tanpa Bedug
* Buku, Bulan Purnama, dan Gerhana Bintang
* Angka Satu
Keseluruh rangkaian pemahaman melalui simbolisasi tersebut merupakan satu rangkaian yang tali temali, tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Inilah pemahaman hakekat Allah menurut Ki Ageng Selo. Pemahaman yang di hantarkan oleh Ki Ageng Selo tersebut, ternyata dapat di simbolkan (di akomodasi) dengan hanya satu huruf oleh Al qur an yaitu dengan huruf ~ A (alif) ~ ; Inilah yang saya ingin sampaikan.
Saya cuplikan sebagian serat tersebut ;
Damar murup tanpa sumbu nenggih/Semunira urup aneng Karsa./Dat mutlak iku jatine!/Anglir tirta kamanu,/Kadi pulung sarasa jati./Puniku wujud tunggal,/Aranira iku.
(Lampu menyala tanpa sumbunya/Itu lambang nyala pada Kehendak./Dat Mutlak itu sebenarnya!/Sebagai air yang bercahaya,/Wahyu kesatuan dengan rasa sejati./Itulah bentuk tunggal,/Yang disebut itu.)
Lampu menyala tanpa sumbu. Adalah asal atas E (energy) yang meliputi seluruh alam semesta.. Meskipun nyala api di dalam lampu (terkurung) namun cahayanya mampu menembus (meliputi) sang lampu tersebut.
Dalam Surat Al-Nur 35 terdapat simbolisme. Disitu dikatakan: Cahaya-Nya dianalogikan sebagai sebuah miskat yang di dalamnya ada lampu besar. Lampu besar itu sendiri ada di dalam kaca, sedangkan kaca itu dianalogikan dengan bintang seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah Timur dan tidak pula di sebelah Barat. Minyak tersebut bisa menerangi sekelilingnya, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya. Tuhan membimbing orang yang Ia kehendaki menuju cahaya-Nya itu.. Simbol ‘minyak menerangi tanpa api’ ini amat analog dengan simbol ‘lampu menyala tanpa sumbu’ di atas.
Pada awal penjelasan di dalam surah Al ba qoroh, Al qur an sudah memberikan penjelasannya dengan suatu symbol universal yaitu huruf ~Alif. Mengapa huruf Alif ?. Sebab inilah huruf pertama yang mengawali semua huruf. Sebagai symbol asal muasal semua ‘gerak’ di alam semesta ini. Sehingga sangat relevan jika semua pemahaman yang menyangkut E (energy) atau cahaya kemudian diberikan simbol dengan huruf Alif. Symbol Alif adalah symbol untuk Ruh alam semesta. Sedangkan dalam ajaran Hindu entitas ini di kenal sebagai Atman. Inilah pemahaman yang saya usung dan saya coba komunikasikan.
“Ingatlah bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keragu-raguan tentang pertemuan dengan tuhan mereka. Ingatlah bahwa sesungguhnya Dia maha meliputi segala sesuatu.” (Qs Fushilat, 41:54)
"Dan kepunyaan Allah lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah maha luas lagi maha mengetahui" (Qs Al baqarah, 2: 115)
Setelah memahami ini maka postulat selanjutnya menjadi mudah saja. La (lam) merupakan symbol keberadaan alam semesta ini. . (Postulat Einstein di symbolkan m). Dan ma (mim) adalah symbol untuk entitas yang menyadari adanya rangkaian kejadian di alam semesta, yang dikenal sebagai Manusia.
Maka dengan menggunakan analogy postulat Einstein, dan kita simbiosiskan dengan pemahaman yang kita dapat dari serat Pepali Ki Ageng Selo, maka dengan itu, kita mencoba ‘membaca’ apa yang ingin di komunikasikan Al qur an kepada kita bahwa;
Cahaya Allah (Alif) meliputi seluruh alam semesta, dan menjadi E (energy) gerak awal mula dari seluruh gerak yang ada di alam semesta ini. Gerak ini meliputi seluruh materi yang ada di alam semesta. Meliputi manusia, meliputi m (materi/masa). Aristoteles menyebutnya sebagai The Unmoved Mover, yang bergerak sendiri tanpa bantuan pribadi lain dan merupakan gerak tunggal yang paling pertama dan yang absolut.
Rangkaian seluruh kejadian yang terjadi di alam semesta ini dan di dalam diri manusia itu sendiri. Dijelaskan dalam bahasa symbol yang lugas, namun tidak akan bermakna apa-apa jika tidak ada yang ‘tahu’, jika tidak ada ‘pengamat’. Sehingga rangkaian symbol A (alif) la (lam) dan ma (mim), haruslah menjadi satu rangkaian dimana akan di baca oleh ma (mim/manusia). Maka rangkaian huruf ma (mim) selanjutnya di sertakan (analogy c pada postulat Einstein). Sehingga karenanya~ selanjutnya manusia dapat memetik hikmah atas postulat ini.
Karenanya di butuhkan ‘kecepatan’ ~ yaitu kecerdasan ma (mim) minimal agar seorang ‘pengamat’ (agar) mampu memahami hakekat ‘gerak’ yang terjadi yang meliputi seluruh m (materi/masa) yaitu alam semesta (lam) dan dirinya sendiri (mim). Jika ‘pengamat’ terlalu lambat atau terlalu cepat maka ‘pengamat’ tidak akan mampu ‘menyadari ‘proses’ datangnya ‘cahaya’ atau E (energy).
Maka karenanya seorang manusia yang memiliki ma (mim) akan dapat memahami hakekat ketuhanan, melalui (dengan) membaca symbol-symbol ini. Dengan bahasa inilah Al qur an ingin ber komunikasi dengan kita. Orang berilmu sudah mampu membaca dan menguraikan makna symbol-symbol ini. Tentunya merekapun sudah memiliki prasyarat dan memiliki referensi cukup atas semua itu. Sebagaimana membaca postult E = mc2. Tentunya tidak sembarang orang mampu merealisasikan dan mengimplementasikan postulat ini dari hasil membaca-nya.
Ahli fisika mampu menghasilkan Energi dari postulat Einstein (E = mc2). Memanipulasi agar m (materi/masa) melepaskan E (energy). Maka ahli hikmah pun memiliki kemampuan yang sama dengan menggunakan postulat Alif lam mim.
Jika postulat Einsten menghasilkan materi yang irreversible dan bersifat radioaktif dan akan mampu merusak apa saja, bahkan mampu menghancurkan dunia. Maka postulat Alif lam mim di tangan ahli hikmah akan menghasilkan energy yang harmoni dengan alam semesta. Sebagaimana hikayat ahli hikmah dalam kisah nabi Sulaiman as.
Karenanya (harapannya) jika ahli hikmah dan ahli fisika bekerjasama maka akan dapat menghasilkan E (energy) yang aman dan harmoni bagi manusia dan alam semesta ini. Adakah ahli hikmah yang ahli fisika ?. Maka (harapannya) kemungkinan tersebut hanya ada di agama Islam.
Maka Al qur an mengisyaratkan agar umatnya senantiasa berfikir dan berfikir. Membaca dan membaca !. Sekali lagi MEMBACA !. Dan selalu berkomunikasi dengan Al qur an. Wolohualam
salam
arif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.