Mendengarkan ceramah buka puasa bersama dari salah seorang
pakar al Quran ternama di Indonesia dan adanya pertanyaan seorang teman
mengenai hakikat sebenarnya dari Lailatul Qadar membuat saya ingin untuk
membahas topik ini kembali. Pakar al Quran yang mengarang buku tafsir terkenal
ini berkata bahwa Lailatul Qadar adalah malam di dalam bulan Ramadhan dimana
Allah memberikan keistimewaan kepada seluruh manusia yang antara lain terlihat
dari tanda-tanda fisik dan kedamaian pada alam semesta seperti yang disebutkan
dalam lirik lagu Bimbo yang berjudul Lailatul Qadar.
Menurutnya malam ini dapat dilihat dari teori relativitas
dimana meskipun waktunya sangat singkat namun memiliki nilai yang luar biasa,
bahkan lebih baik dari 1000 bulan atau 83 tahun. Ciri-ciri manusia yang
mendapatkan Lailatul Qadar adalah kedamaian di dalam hatinya.
Lailatul Qadar dijelaskannya dengan sangat rumit sehingga
jika saya orang awam, maka boro-boro hendak mendapatkan Lailatul Qadar,
memahami maknanya saja sudah teramat sulit. Padahal tujuan Allah menurunkan al
Quran adalah tidak membuat manusia menjadi susah, sebagaimana disebutkan dalam
Surat 20:2, Kami tidak menurunkan Al
Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah.
Marilah kita membahas mengenai apa makna dan hakikat dari
Lailatul Qadar ini dengan membuka Surat 97 al Qadar.
Sesungguhnya Kami
telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah
malam kemuliaan itu? (Surat 97:1-2)
Al Quran diturunkan pada waktu malam bukan berarti al Quran
diturunkan ketika malam hari. Malam disini adalah perumpamaan kegelapan manusia
yang belum mendapatkan cahaya Allah melalui wahyu-Nya, sebagaimana disebutkan
dalam Surat 14:1, Alif, laam raa. (Ini
adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari
gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu)
menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.
Al Quran yang diturunkan kepada manusia yang dalam kondisi
gelap. Pada titik Lailatul Qadar itulah kita mulai mendapatkan cahaya Allah
dengan mulai memahami al Quran, sebagaimana disebutkan dalam Surat 42:52, Dan
demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami.
Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula
mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang
Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.
Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Jadi, kesimpulan pertama, malam Lailatul Qadar bukan berarti
terjadi pada malam hari, namun dapat terjadi kapan saja ketika seseorang yang
sedang dalam kondisi gelap gulita (perumpamaannya sebagai malam) mulai
diberikan hidayah dari Allah melalui al Quran. Lailatul Qadar dapat terjadi
kapan saja selama seseorang manusia tersebut memenuhi persyaratan sebagai
manusia yang paling bertakwa.
Disebutkan sebagai malam kemuliaan, karena terdapat tiga
macam kemuliaan pada titik gelap tersebut.
Kemuliaan pertama adalah pada malam tersebut, seseorang yang
memenuhi persyaratan mendapatkan hidayah dari Allah adalah seseorang yang mulia
yaitu yang paling bertakwa, sebagaimana disebutkan dalam Surat 49:13, Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa
- bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Kemudian manusia yang mulia ini dipertemukan oleh kemuliaan
yang kedua yaitu al Quran yang mulia, sebagaimana disebutkan dalam Surat 56:77,
Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan
yang sangat mulia.
Di dalam memberikan hidayah dalam bentuk kepahaman al Quran
ini, Allah mengutus kemuliaan yang ketiga yaitu utusan-Nya yang mulia yang
bernama Malaikat Jibril, sebagaimana disebutkan dalam Surat 81:19, sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar
firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril),
Jadi, kesimpulan kedua, malam Lailatul Qadar tidak berlaku
untuk semua manusia, tetapi berlaku hanya kepada manusia yang paling bertakwa,
dimana pada malam tersebut Allah mengutus malaikat Jibril untuk menyampaikan al
Quran kepadanya.
Adapun kesimpulan ketiga, malaikat Jibril mendatangi manusia
yang bertakwa sehingga konsep bahwa malaikat Jibril hanya mendatangi para Nabi
dan sudah menjadi pensiunan setelah Nabi Muhammad wafat perlu dipertanyakan.
Malam kemuliaan
itu lebih baik dari seribu bulan. (Surat 97:3)
Makna dari bulan bukanlah berarti bulan kalender. Bulan
dimaksudkan sebagai bercahaya sebagai lawan dari matahari yang bersinar,
sebagaimana disebutkan dalam Surat 10:5, Dia-lah
yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang
demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)
kepada orang-orang yang mengetahui.
Bulan adalah perumpamaan dari al Quran sebagai wujud dari
cahaya Allah, sebagaimana disebutkan dalam Surat 42:52, Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah
Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak
pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya,
yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba
Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang
lurus.
Seribu bulan adalah perumpamaan dan bukan berarti seribu
dibagi dengan dua belas atau delapan puluh tiga tahun. Kesalahan pemaknaan ini
mengakibatkan adanya konsep bahwa kalau pada hari itu kita shalat, hitungannya
seperti shalat selama 83 tahun.
Jika satu bulan purnama sudah menerangi malam yang gelap,
maka seribu bulan adalah perumpamaan al Quran yang merupakan cahaya Allah yang
terang benderang, sebagaimana disebutkan dalam Surat 4:174, Hai manusia, sesungguhnya telah datang
kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah
Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran).
Jadi, kesimpulan keempat, seribu bulan bukanlah bermakna
seribu bulan kalender atau 83 tahun, tetapi bermakna al Quran yang memberikan
cahaya hidayah yang terang benderang kepada manusia yang dalam keadaan gelap
gulita.
Pada malam itu
turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan. (Surat 97:4)
Ketika dikatakan malaikat dan ruhu fiha (Jibril) turun,
jangan dibayangkan bahwa malaikat dan Jibril seperti bidadara atau bidadari
yang turun dari kahyangan. Makna dari turunnya malaikat dan ruhu fiha adalah
turun untuk menjelaskan mengenai cahaya hidayah Allah melalui al Quran.
Malaikat dan ruhu fiha (Jibril) bukanlah turun ke bumi dari kahyangan, tetapi
turun ke qalbu atau jiwa manusia untuk menguraikan (Jabarul) segala sesuatu
yang belum dipahaminya untuk menjadi paham, sebagaimana disebutkan dalam Surat
26:192-194, Dan sesungguhnya Al Quran ini
benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh
Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu agar kamu menjadi salah seorang di antara
orang-orang yang memberi peringatan.
Jadi, kesimpulan kelima, malaikat dan Jibril tidak turun ke
bumi tetapi ke dalam jiwa atau qalbu manusia untuk menjadi utusan dalam
memberikan hidayah dari Allah dalam bentuk kepahaman yang mendalam akan
petunjuk Allah dalam al Quran. Melalui kesimpulan ini, maka konsep bahwa
terdapat ciri-ciri alam semesta sebagaimana yang digambarkan oleh pakar al
Quran tersebut dan lagu Bimbo adalah suatu konsepsi yang kurang tepat.
Malam itu (penuh)
kesejahteraan sampai terbit fajar. (Surat 97:5)
Ketika dikatakan bahwa malam itu penuh kesejahteraan sampai
terbit fajar, pakar al Quran tersebut mengatakan bahwa fajar adalah bagian dari
siklus hidup manusia yang dimulai sejak fajar hingga maghrib. Hakikat yang
sesungguhnya dari fajar adalah batas antara gelap dan terang. Ketika manusia
yang mulia dipertemukan Allah dengan al Quran yang mulia melalui utusan Allah
yang mulia (Jibril), maka manusia tersebut mulai menghadapi masa dari gelap
menuju terang dimana berangsur-angsur hidupnya akan menjadi terang benderang
karena dibimbing dan dilindungi oleh Allah melalui para malaikat dan Jibril,
sebagaimana disebutkan dalam Surat 2:257, Allah
Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan
(kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir,
pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya
kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya.
(bersambung)
Catatan:
1. Angka diatas berarti
rujukan ayat al Quran, 28:56 berarti surat ke-28 ayat ke-56, mohon dibaca
langsung al Qurannya sebagai sumber kebenaran.
2. Mohon dicek kalau
ada kesalahan dalam nomor ayat al Quran nya dan mohon ditambahkan untuk
kesempurnaan.
Sony wicaksono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.