Putro Agus Harnowo - detikHealth
Jakarta,
Permintaan sperma asal Amerika Serikat di seluruh dunia terus meningkat
sebanyak 40 persen dalam 5 tahun terakhir. Negara yang paling banyak
meminta pasokan adalah Inggris, Kanada, Perancis, Israel, Australia,
Chili, Spanyol dan Swedia. Permintaan ini diperkirakan terus meningkat
selama beberapa tahun mendatang.
"Dalam 3 tahun terakhir, kami
telah mengirim sperma ke sekitar 60 negara dengan total penjualan
sebanyak US$ 23 juta atau sekitar Rp 209 miliar tahun lalu," kata Scott
Brown, juru bicara California Cyrobank, bank sperma terbesar di dunia
seperti dilansir The Daily, Rabu (30/5/2012).
Tingginya
permintaan ini didorong oleh perubahan sosial. Wanita lajang dan
pasangan lesbian mulai diakui dan berupaya memiliki anak untuk membangun
keluarga.
Industri kesuburan AS secara keseluruhan telah naik
dari US$ 979 juta atau sekitar Rp 9,235 triliun pada tahun 1988 dan
diperkirakan akan mencapai US$ 4,3 atau sekitar Rp 40,5 triliun pada
tahun 2013.
Berapa persisnya jumlah orang Amerika yang
menyumbangkan sperma setiap tahunnya belum diketahui dengan jelas.
Beberapa laporan menemukan bahwa jumlah donor tanpa nama yang menjalani
inseminasi buatan sebanyak 30.000 per tahun. Namun survei yang tidak
dipublikasikan oleh American Association of Tissue Bank menemukan angka sebanyak 5.000.
Berbeda
dengan AS, donor sperma di Kanada, Australia dan sebagian besar Eropa
Barat tidak memperbolehkan pria mendonorkan sperma tanpa menyebutkan
namanya. Akibatnya, stok sperma lokal seringkali kehabisan dan harus
menunggu untuk waktu yang lama.
Di Australia, 90 persen dari
sperma yang digunakan dalam perawatan bayi tabung berasal dari impor.
Membayar sejumlah uang kepada pendonor sperma merupakan tindakan
melanggar hukum di negara ini. Sebaliknya, pendonor sperma di AS
mendapat kompensasi sampai US$ 500 atau sekitar Rp 4,7 juta tiap kali
mendonor, tergantung pada tingkat pendidikan dan sejarah keluarganya.
Israel
merupakan pusat penyedia layanan inseminasi buatan di Timur Tengah,
sedangkan untuk daerah Amerika Selatan tempatnya ada di Chile. Di
Inggris, Perancis, Swedia dan Australia, ada batasan seberapa banyak
seorang wanita boleh diinseminasi dari donor sperma yang sama. Hal ini
diduga menyebabkan pasokan sperma di negara-negara ini mengering.
"Kami
tidak memiliki catatan berapa banyak anak yang lahir dari setiap donor
tertentu. Kami juga tidak tahu apakah orang yang sama menyumbang ke
beberapa bank. Negara-negara lain memilih kami karena memiliki pasokan
yang banyak dan karena membayar donor dengan baik," kata Naomi Cahn,
profesor hukum dari George Washington University dan penulis buku 'Test
Tube Families: Why the Fertility Markets Need Legal Regulation'.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.