Buku Irshad Manji yang berjudul Allah, Liberty & Love menceritakan tentang keresahan muslimah di seluruh dunia. Irshad menulis buku itu setelah menerima surat elektronik dari muslimah di seluruh dunia. Allah, Liberty, & Love merupakan buku yang bertujuan memberikan semangat bagi kaum perempuan untuk berkarya. (Baca: Apa Isi Buku Karya Irshad Manji dan Irshad Manji: Jurnalis Harus Berani Garap Isu Agama)
Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Ari Dwipayana, mengaku menerima pesan pendek dari Rektorat yang menyatakan diskusi dibatalkan untuk menjaga kebaikan bersama. "Rektor memberikan alasan demi keamanan bersama,” kata Ari ketika dihubungi Tempo, Rabu, 9 Mei 2012.
Rektorat juga meminta agar diskusi itu diselenggarakan di luar kampus UGM. Menurut Ari, UGM seharusnya tidak melarang diskusi tersebut. UGM, kata Ari, bukanlah sebuah institusi politik ataupun keamanan yang dapat melarang diskusi semacam itu.
Ari berpendapat ini adalah diskusi mimbar akademik. UGM adalah institusi yang seharusnya tetap mempertahankan mimbar akademik. Ari menambahkan, Selasa 8 Mei 2012, ada diskusi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) universitas tersebut untuk menolak Irshad. “Kalau diskusi untuk menolak Irshad boleh dilakukan, kenapa diskusi tentang Irshad malah tidak boleh?” (Baca: Alasan UGM Larang Diskusi Irshad Manji)
Sehari sebelumnya di Yogyakarta muncul penolakan keras dari sejumlah kelompok massa atas rencana diskusi dan peluncuran buku Irshad. Setidaknya ada dua kelompok yang menyatakan bakal menghadang acara ini. Kelompok pertama adalah kalangan mahasiswa yang tergabung dalam Komunitas Jama’ah Shalahuddin bersama Kelompok Rohani Islam (KRI) UGM. Sedangkan kelompok kedua dari ormas Front Pembela Islam DI Yogyakarta–Jawa Tengah.
Diskusi Allah Liberty & Love di Gedung Salihara, Jumat, 4 Mei 2012, juga digeruduk dan dibubarkan ormas. (Baca: Kronologi Pembubaran Diskusi di Salihara dan Alasan FPI Protes Diskusi Buku Salihara) Ketua Front Pembela Islam (FPI) Salim Alatas mengatakan alasan FPI melakukan unjuk rasa karena buku itu dianggap merusak moral bangsa. Jika pemerintah mengizinkan, kata Salim Alatas, artinya pemerintah mengakui ajaran sesat itu. “Bila mau jadi lesbi atau gay, sendiri saja. Jangan ajak-ajak,” katanya saat dihubungi Tempo pada Jumat, 4 Mei 2012.
Meski organisasinya memprotes buku itu, Salim Alatas mengaku belum membaca buku yang ditulis oleh Irshad Manji ini. Ia hanya mendapat aduan dari Dewan Pimpinan Wilayah FPI Jakarta Selatan bahwa buku itu mengajarkan kesesatan. “Saya tidak dapat buku itu, yang dapat DPW. Mereka yang laporkan ajaran sesat,” katanya.
Banyak pihak menyayangkan pembubaran ini. Salah satunya putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Yenni Wahid. “Negara jangan tunduk pada ormas (organisasi masyarakat),” kata Yenny saat dihubungi pada Sabtu, 5 Mei 2012. (Baca: Gus Solah Sayangkan Pembubaran Diskusi di Salihara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.