Catatan Sholihin Hidayat
Jacob Oetama dan Kompas Grup Siap Kawal Dahlan Iskan
GAYA
bicara dan style kepemimpinan Dahlan Iskan, sama sekali tak berubah.
Hampir sama saat dia menjadi CEO Jawa Pos Grup atau Dirut PLN. Padahal,
kini dia menduduki jabatan yang sangat strategis di negeri ini, yakni
Meneg BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Kemeneg BUMN adalah gudangnya
duit dan aset. Karena itu, seringkali jadi rebutan dan sapi perah.
Memimpin seperti Dahlan memang sesuatu yang baru di jajaran kabinet.
Terbuka dengan siapa saja, termasuk soal kiat-kiat dan langkah-langkah
strategis yang akan dilakukan di BUMN. Apalagi, Dahlan juga menyatakan
tidak mau terima gaji sebagai menteri, tidak menempati rumah dinas,
tidak menggunakan mobil dinas, dan fasilitas-fasilitas lain.
Yang luar biasa, menurut saya, Dahlan tidak mau mengenakan pakaian
dinas dan pin menteri. Kenapa luar biasa. Umumnya, kita ini amat bangga
dengan pakaian kebesaran. Apa itu pakaian safari, jas, batik, atau
bahkan pakaian sebagai identitas seorang agamawan, semisal kopyah
puytih dan serban. Pakaian dinas atau pakaian kebesaran melambangkan
status seseorang. Apalagi, kalau itu dilengkapi dengan pin Garuda atau
bintang-bintang lainnya di pundak dan bahu.
Bagi Dahlan, formalitas dan pakaian adalah semu. Pakaian bisa terdiri
dari apa saja dan bisa dikenakan oleh siapa saja. Bagi dia, kehebatan
seseorang tidak dilihat dari baju. Baju atau pakaian hanya sebuah alat
atau upaya untuk menutupi badan. Lantas, kenapa harus diistimewakan
atau diagungkan? Dahlan memilih biasa-biasa saja, meski dia orang yang
luar biasa. Itu pilihan dia, yang tidak semua orang setuju atau bisa
enjoy.
Mengenakan hem panjang polos dan sepatu kets. Itu kebiasaan Dahlan yang
juga tak berubah. Gaya bicaranya ceplas-ceplos, terbuka, dan mau
diwancarai wartawan di mana saja. Bisa di ruang kerja, lift kantor
Kemeneg BUMN, bahkan di jalan saat dia berolahraga atau berangkat kerja
dengan jalan kaki.
Kemarin pagi, sekitar pukul 10.00, Dahlan menelepon saya setelah saya
SMS. Dia minta saya untuk meluncur ke kantor Kompas-Gramedia Jl
Palmerah, sekaligus menemani Dahlan untuk menemui Jacob Oetama, CEO
Kompas-Gramedia Grup. Saya pun bergegas menuju kantor Kompas I.
Ternyata Jacob berada di kantor Kompas tahap II. Segera saja saya
berjalan menuju kantor II yang letaknya di belakang Kompas tahap I.
Baru beberapa langkah berjalan, Dahlan menelepon, ‘’Anda di mana Hin,’’
tanya sang menteri. Saya bilang sudah sampai di kantor Kompas. Dia
bilang juga sudah sampai. Ternyata Dahlan dan saya sama-sama keliru.
Nah, di sinilah keaslian Dahlan kian tampak. Dia jalan dari Kompas I ke
Kompas II, yang jaraknya sekitar 600 meter. Berarti dia berada di
belakang saya. Benar, Dahlan berjalan kaki diiringi Budi, wartawan Indo
Pos Jakarta, yang dijadikan ajudan.
Saya melihat penampilan Dahlan yang sangat sederhana, untuk ukuran
seorang menteri. Apalagi, itu menteri BUMN, yang omzet per tahunnya
mencapai Rp 2000 triliun. Jumlah itu di atas APBN, yang ’’hanya’’ Rp
1500 triliun. Tetap baju polos dipadu celana gelap dan sepatu kets.
Tangannya dibiarkan kosong tanpa mengenakan arloji.
Tentu saja pertamuan dua bos grup media terbesar di Indonesia
itu sangat menarik dan gayeng. Saya pun diperkenalkan oleh Dahlan
kepada Jacob. ’’Ini Sholihin Hidayat, mantan pemimpin redaksi Jawa Pos,
pengganti saya,’’ jelas Dahlan. Jacob mengulurkan tangan menjabat
hangat.
Pertemuan di lantai 6 itu juga diikuti jajaran elite Kompas dan para
redaktur. Tanpa basa-basi, Dahlan langsung menyatakan bahwa dirinya
sengaja datang menemui Jacob, yang dianggap sebagai sesepuh wartawan
Indonesia. ’’Sudah seharusnya saya datang ke Pak Jacob, setelah
sebelumnya saya menemui Goenawan Mohamad (pendiri majalah TEMPO dan
mantan Pemred TEMPO) dan Fikri Jufri (juga mantan Pemred TEMPO,’’
ujarnya.
Jacob dengan antusias memuji Dahlan. ’’Luas biasa Pak Dahlan. Saya
bangga dia jadi menteri BUMN. Gaya wartawan Pak Dahlan juga tetap
dipertahankan,’’ ujar Jacob. Ketika Jacob memanggil Dahlan dengan Pak
Menteri, Dahlan menyahut, ’’Saya Dahlan, pak. Nama saya memang Dahlan.
Jabatan menteri BUMN ini kan hanya tiga tahun, sedangkan nama Dahlan
akan saya bawa sampai mati. Jadi, tetap panggil saya dengan Dahlan,’’
jawabnya.
Pertemuan berlangsung hangat dan diwarnai canda ria. Dua-duanya
wartawan senior yang amat terkenal, meski punya gaya dan style berbeda.
Jacob menceritakan bahwa tuga Meneg BUMN sangatlah berat. Banyak
intervensi dari kalangan mana pun, terutama partai politik. Sebab, BUMN
gudangnya duit dan layak dijadikan sapi perah.
Karena itu, Jacob dengan tegas menyatakan bahwa dia dan Kompas Grup
akan mengawal Dahlan sampai selesai memimpin Kementerian BUMN. ’’Saya
siap mengawal Pak Dahlan selama menjalankan tugas sebagai Menteri BUMN.
Tugas Pak Dahlan sangat berat. Akan terjadi banyak intervensi dan
perebutan jabatan strategis di BUMN. Mudah-mudahan Pak Dahlan kuat dan
sukses mengemban amanat,’’ tegas Jacob.
Tentu ini amat luar biasa. Dukungan serta semangat Jacob dan Kompas
Grup untuk mem-back-up Dahlan akan sangat berarti bagi kesuksesan dalam
memimpin BUMN, yang terdiri dari 141 perusahaan berskala besar-kecil.
Ada PLN, Bank BRI, Bank Mandiri, Telkom, Garuda, Semen Gresik, Petrokimia, PT DI Bandung, dan puluhan BUMN perkebunan yang rata-rata merugi.
Dahlan pun kian optimistis memimpin BUMN dengan adanya pengawalan dari
Jacob dan Kompas-Gramedia Grup. Karena itu, Dahlan juga menyatakan akan
curhat kepada wartawan jika ada persoalan terkait dengan BUMN atau
adanya intervensi dan tekanan.
Menurut dia, pers tetap akan menjadi alat social control yang efentif dalam pelaksanaan demokrasi dan penyelenggaraan negara.
Karena itu, Dahlan sangat yakin, dengan latar belakang dia sebagai
wartawan, tugas-tugas dia sebagai meneteri BUMN akan sukses. Semoga!
Selamat bertugas Pak Dahlan!
*penulis adalah mantan pimred Jawa Pos, dewan pakar redaksi Lensaindonesia.com
http://www.lensaindonesia.com/2011/11/01/jacob-oetama-dan-kompas-grup-siap-kawal-dahlan-iskan.html
Dahlan Iskan Layak jadi Capres 2014
LENSAINDONESIA.COM: Dahlan Iskan Pantas kita jagokan bersama menjadi
Capres 2014. Pasalnya, Dahlan Iskan tergolong orang yang tak pernah
mengambil gaji sebagai Direktur Utama (Dirut) PLN. Alasannya, sumber
penghidupannya sudah cukup dari Jawa Pos.
Dahlan Iskan membuktikan dirinya mampu melakukan pekerjaan rumit dalam
bidang kelistrikan. Kuncinya ialah mengandalkan pengalaman, intuisi,
dan feeling.
Dialah wartawan pertama yang mampu mengendalikan birokrasi PLN
mencapai kemajuan pesat, sehingga mampu memuaskan banyak pelanggan
yang sebelumnya banyak diteror gangguan byar-pet atau pemadaman
listrik.
Masalahnya, banyak orang yang menggantungkan kehidupannya pada energi
listrik. Mulai dari kalangan pengusaha, rumah tangga, hingga
masyarakat awam sangat terpukul ketika terjadi insiden pemadaman
listrik yang berujung pada kerugian para konsumen listrik.
Peringatan Hari Listrik Nasional (HLN) ke-66 yang jatuh pada 27
Oktober 2011 ,seharusnya menjadi momentum bagi kebangkitan pembangunan
dunia kelistrikan nasional.
Semenjak Direktur Utama PT PLN (Persero) dipegang oleh Dahlan Iskan
sejak Desember 2009, BUMN terbesar kedua di negeri ini mengalami
kemajuan luar biasa.
Selama hampir dua tahun PLN dipegang raja koran dari Surabaya,
PLN mengalami kemajuan luar biasa. Padahal selama puluhan tahun, nasib
PLN benar-benar menjadi bahan hujatan dan kritik akibat mengalami
pemadaman (byar-pet) sehingga banyak merugikan pelanggan.
Apalagi, banyak daerah yang belum tersentuh aliran listrik. Daftar
antre calon pelanggan yang menginginkan sambungan listrik baru menjadi
problem berat dalam dunia kelistrikan.
Namun di tangan Dahlan Iskan, kini PLN menuai banyak pujian dan
prestasi. Program sejuta sambungan dalam sehari menjadi gebrakan baru
yang bisa mengatasi permasalahan listrik selama 65 tahun, yang
berhasil dipecahkan hanya dalam hitungan satu tahun kepemimpinannya.
Padahal ketika ia ditunjuk menjadi Direktur Utama PLN, banyak orang
yang meragukan kepemimpinannya. Bahkan ketika dilantik menjadi Dirut
PLN, ratusan pendemo melakukan aksi unjuk rasa menolak pelantikannya
menggantikan Fahmi Mochtar.
Para pendemo itu menilai Dahlan Iskan tidak berpengalaman dan awam di
bidang manajemen kelistrikan. Namun tak disangka, meski latar
belakangnya seorang jurnalis tulen, kemampuan Dahlan Iskan dalam
memanajemeni PLN mencapai banyak prestasi yang sangat menakjubkan.
Ada lima
masalah pelik menelikung kenapa PLN mengalami banyak hambatan dalam
menyediakan energi listrik. Pertama, terbatasnya kemampuan PLN
melayani sambungan baru, sehingga menyebabkan daftar tunggu yang
panjang. Kedua, kurang sehatnya keuangan PLN karena regulasi tarif,
subsidi, dan marjin pendapatan PLN.
Ketiga, tidak seimbangnya pertumbuhan sarana pembangkit transmisi dan
distribusi dengan pertumbuhan konsumen dan penjualan listrik. Keempat,
PLN terjebak biaya tinggi akibat besarnya energi yang dibangkitkan
dengan bahan bakar minyak, yang sebelumnya banyak disubsidi
pemerintah. Kelima, terjadinya kekurangan daya listrik dan pemadaman
bergilir di banyak kota. Berbagai kendala di atas dijawab Dahlan Iskan
dengan solusi cerdik.
Sangat menarik membaca detail berbagai gagasan yang diutarakan dalam
buku berjudul Indonesia Habis Gelap Terbitlah Terang (Kisah Inspiratif
Dahlan Iskan, Gaya Wartawan Mengelola Kelistrikan) karena menyajikan
berbagai komentar-komentar orisinal yang mengkritisi mutu dan gaya
kepemimpinan Dahlan Iskan.
Terdapat 21 tokoh yang menorehkan pendapatnya mengenai gaya
kepemimpinan Dahlan Iskan dalam buku eksklusif ini. Mereka ialah
Ishadi SK, Sofjan Wanandi, Sabam P Siagian, Don Kardono, Iwan Darusman
M, Muhammad Reza, Murtaqi Syamsuddin, Alvin Edison Woisiri, dll.
Menurut pendapat Sofjan Wanandi, yang dibutuhkan bangsa ini adalah
orang yang bisa memanage, berani melakukan terobosan, dan bertanggung
jawab. Dahlah Iskan adalah orang bertipe demikian. Dia tidak punya
gelar doktor atau profesor, tapi cepat belajar.
Mulai tanggal 20 Oktober 2011 kemarin, Dahlan Iskan resmi diplot
menjadi Menteri BUMN, yang membawahi tak kurang 141 perusahaan negara,
di mana 18 di antaranya kini tengah terancam kolaps (merugi) sehingga
merugikan keuangan negara Rp 1,29 triliun. Apakah Dahlan Iskan akan
berhasil menjadi sang arsitektur Kementerian BUMN, sebagaimana ia
sukses mempiloti PLN selama hampir 2 tahun yang sudah berlalu? Kita
nantikan saja kiprahnya lebih lanjut. Kalau tidak keburu tua, ialah
sang kandidat presiden 2014 nanti. Pantas kita jagokan bersama menjadi
Capres 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.