Kutipan Tulisan :
Nukman Lutfie Bisa saja seseorang membangun bisnisnya dari awal sendirian. Tapi, bisa juga memilih bermitra saat membangun usaha dengan berbagai alasan rasional, terutama karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki (misalnya modal, pengetahuan, jaringan) serta untuk berbagi risiko. Saya juga termasuk yang lebih nyaman membangun usaha bersama orang lain.
Namun memilih mitra tidaklah mudah. Mendapat mitra yang salah akan memperburuk kinerja bisnis, bahkan bisa membangkrutkan usaha. Saya termasuk yang pernah bangkrut di salah satu usaha (antara lain) karena mitra bisnis keluar dengan membawa seluruh modal dan uang kas yang ada. Untungnya, pengalaman itu hanya sekali, selanjutnya bisa mendapatkan mitra yang lebih bagus.
Pengalaman teman juga mirip. Mendapat mitra yang hanya memasukkan uang sebagai modal, lalu diam saja, namun di saat usaha berhasil, tiba-tiba meminta banyak posisi manajerial, termasuk direktur keuangan, dan perlahan-lahan mengambil alih perusahaan yang sudah jadi tersebut. Namun tak sedikit yang berhasil mendapatkan mitra bisnis bagus, kemudian usahanya berkembang. Dari pengalaman gagal dan berhasil itulah, juga pengalaman pengusaha lain, inilah tips pendek memilih mitra membangun usaha: 1. Pilih mitra bisnis yg punyai value, visi, dan semangat wirausaha yang sejalan dengan kita. Soal value misalnya, saya tidak ingin mengaliri darah karyawan (termasuk anak istrinya) dengan uang haram, maka saya mencari mitra bisnis yang anti korupsi. Mitra ini yang menarik saya keluar saat saya akan terjebak ke tender-tender yang harus dengan uang sogok. Soal visi, jika visi kita ingin menjadi pengusaha kelas nasional, mitra terbaik adalah yg visinya lebih tinggi, sekurang-kurangnya selevel dengan kita. Bukan mitra yang ingin jadi pengusaha kelas daerah.
2. Pilih mitra bisnis yang kompetensi yang berbeda dengan kita dan mengisi kekurangan kita. Audit diri sendiri, apa kekurangan kita untuk membangun usaha. Nah kekurangan itulah yang seharusnya diisi mitra kita. Kalau kita jago di marketing dan lemah di finance, cari mitra bisnis yang jago finance. Mitra yang kompetensinya sama dengan kita hanyalah akan mempersubur pertengkaran dan perbedaan pendapat yang seringkali kurang produktif.
3. Pilih mitra bisnis yg rekam jejak pribadi dan bisnisnya positif. Rekam jejak pribadinya yang tidak positif itu misalnya: suka menindas istri, kurang baik dengan tetangga, sering pinjam uang tak kembali, suka terlambat meeting dengan berbagai alasan, dan lainnya. Rekam jejak bisnis yang kurang positif itu misalnya: ngemplang uang mitra bisnisnya, mengkhianati mitra bisnisnya. Rekam jejak positif itu termasuk memiliki pengalaman bisnis yang baik (bukan hanya pengalaman gagal tapi juga pengalaman berhasil di bisnis). Untuk memulai usaha, sebaiknya hindari yang mitra yang hanya punya pengalaman gagal.
4. Pilih mitra yang kondisi keuangannya sudah stabil. Mitra yang mapan finansial, tidak akan mengganggu keuangan perusahaan. Bisa memisahkan uang perusahaan dan kebutuhan pribadi. Ingat lho, banyak pengusaha pemula yang sulit memisahkan uang pribadi dan bisnis. Selain itu, jika mitra bisnis kita mapan finansial, mereka tidak akan terburu-buru meminta deviden. Dengan demikian, laba usaha bisa lebih maksimal digunakan untuk pengembangan usaha.
Nukman Lutfie Bisa saja seseorang membangun bisnisnya dari awal sendirian. Tapi, bisa juga memilih bermitra saat membangun usaha dengan berbagai alasan rasional, terutama karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki (misalnya modal, pengetahuan, jaringan) serta untuk berbagi risiko. Saya juga termasuk yang lebih nyaman membangun usaha bersama orang lain.
Namun memilih mitra tidaklah mudah. Mendapat mitra yang salah akan memperburuk kinerja bisnis, bahkan bisa membangkrutkan usaha. Saya termasuk yang pernah bangkrut di salah satu usaha (antara lain) karena mitra bisnis keluar dengan membawa seluruh modal dan uang kas yang ada. Untungnya, pengalaman itu hanya sekali, selanjutnya bisa mendapatkan mitra yang lebih bagus.
Pengalaman teman juga mirip. Mendapat mitra yang hanya memasukkan uang sebagai modal, lalu diam saja, namun di saat usaha berhasil, tiba-tiba meminta banyak posisi manajerial, termasuk direktur keuangan, dan perlahan-lahan mengambil alih perusahaan yang sudah jadi tersebut. Namun tak sedikit yang berhasil mendapatkan mitra bisnis bagus, kemudian usahanya berkembang. Dari pengalaman gagal dan berhasil itulah, juga pengalaman pengusaha lain, inilah tips pendek memilih mitra membangun usaha: 1. Pilih mitra bisnis yg punyai value, visi, dan semangat wirausaha yang sejalan dengan kita. Soal value misalnya, saya tidak ingin mengaliri darah karyawan (termasuk anak istrinya) dengan uang haram, maka saya mencari mitra bisnis yang anti korupsi. Mitra ini yang menarik saya keluar saat saya akan terjebak ke tender-tender yang harus dengan uang sogok. Soal visi, jika visi kita ingin menjadi pengusaha kelas nasional, mitra terbaik adalah yg visinya lebih tinggi, sekurang-kurangnya selevel dengan kita. Bukan mitra yang ingin jadi pengusaha kelas daerah.
2. Pilih mitra bisnis yang kompetensi yang berbeda dengan kita dan mengisi kekurangan kita. Audit diri sendiri, apa kekurangan kita untuk membangun usaha. Nah kekurangan itulah yang seharusnya diisi mitra kita. Kalau kita jago di marketing dan lemah di finance, cari mitra bisnis yang jago finance. Mitra yang kompetensinya sama dengan kita hanyalah akan mempersubur pertengkaran dan perbedaan pendapat yang seringkali kurang produktif.
3. Pilih mitra bisnis yg rekam jejak pribadi dan bisnisnya positif. Rekam jejak pribadinya yang tidak positif itu misalnya: suka menindas istri, kurang baik dengan tetangga, sering pinjam uang tak kembali, suka terlambat meeting dengan berbagai alasan, dan lainnya. Rekam jejak bisnis yang kurang positif itu misalnya: ngemplang uang mitra bisnisnya, mengkhianati mitra bisnisnya. Rekam jejak positif itu termasuk memiliki pengalaman bisnis yang baik (bukan hanya pengalaman gagal tapi juga pengalaman berhasil di bisnis). Untuk memulai usaha, sebaiknya hindari yang mitra yang hanya punya pengalaman gagal.
4. Pilih mitra yang kondisi keuangannya sudah stabil. Mitra yang mapan finansial, tidak akan mengganggu keuangan perusahaan. Bisa memisahkan uang perusahaan dan kebutuhan pribadi. Ingat lho, banyak pengusaha pemula yang sulit memisahkan uang pribadi dan bisnis. Selain itu, jika mitra bisnis kita mapan finansial, mereka tidak akan terburu-buru meminta deviden. Dengan demikian, laba usaha bisa lebih maksimal digunakan untuk pengembangan usaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.