Gajahmati boleh punya Gandul. Kemiri bisa memiliki Soto. Kalau Runting?
Ada Petis. Lengkap sudah. Gajahmati bawa sapi, Kemiri raja ayam, dan
Runting jagonya kambing. Ketiganya merupakan nama desa di Kecamatan Pati
Kabupaten Pati. Mereka menawarkan makanan khas kebanggaan kota pantai
utara Jawa ini.
Petis?
Ini
bukan cairan pekat hitam olahan dari rebusan ikan yang mengolesi tahu
goreng. Ia bukan “tahu petis” yang sudah dikenal umum. Petis yang satu
ini merupakan variasi masakan daging kambing. Masakan ini bisa dimakan
gado atau boleh dilahap dengan nasi. Sama nikmatnya. Plus murah meriah.
Sekilas rupa makanan ini seperti gule. Kuahnya hijau bersantan. Bedanya
dari gule, kuah itu bercampur tepung beras dan rebusan daging yang
sudah lebur. Jadi, ada sensasi banyak butiran kenyal hangat yang lumer
ketika kuah sudah masuk di mulut. Rasa duduh itu gurih. Zonder kecap
sudah nikmat. Ada beberapa potong bagian kambing yang berenang di kuah.
Cuma, keratan itu kebanyakan gajih atau lemak serta balungan. Enaknya
menghajar petis yah itu. Kita harus sedikit repot menghisap-hisap
tulang.
Runting punya banyak warung makan kambing. Tiap lapak
menawarkan menu sate dan gule. Kepala kambing juga ada. Sebagian warung
menambahkan menu petis sebagai penarik pengunjung. Belakangan orang
Runting hijrah ke desa lain buka warung kambing. Tapi, jika Anda mau
petis, harus rela bertandang ke Runting. Di sinilah petis tulen berada.
Salah satu pengusaha warung Petis Kambing, Darmini, dapat menghabiskan
seekor kambing muda dalam sehari. Walau sederhana, warung yang mulai
buka pukul 09.00 pagi itu selalu diserbu para pelanggan dari berbagai
daerah. Alhasil, pada pukul 01.00 siang, dagangan Darmini sudah habis.
Menurut salah seorang pelanggan, petis kambing jauh lebih enak dari
gulai. “Enak, soalnya tidak pakai santan dan rasanya manis pedas,”
ucapnya.
Gajahmati boleh punya Gandul. Kemiri bisa memiliki Soto. Kalau Runting?
Ada Petis. Lengkap sudah. Gajahmati bawa sapi, Kemiri raja ayam, dan
Runting jagonya kambing. Ketiganya merupakan nama desa di Kecamatan Pati
Kabupaten Pati. Mereka menawarkan makanan khas kebanggaan kota pantai
utara Jawa ini.
Petis?
Ini bukan cairan pekat hitam olahan dari rebusan ikan yang mengolesi tahu goreng. Ia bukan “tahu petis” yang sudah dikenal umum. Petis yang satu ini merupakan variasi masakan daging kambing. Masakan ini bisa dimakan gado atau boleh dilahap dengan nasi. Sama nikmatnya. Plus murah meriah.
Sekilas rupa makanan ini seperti gule. Kuahnya hijau bersantan. Bedanya dari gule, kuah itu bercampur tepung beras dan rebusan daging yang sudah lebur. Jadi, ada sensasi banyak butiran kenyal hangat yang lumer ketika kuah sudah masuk di mulut. Rasa duduh itu gurih. Zonder kecap sudah nikmat. Ada beberapa potong bagian kambing yang berenang di kuah. Cuma, keratan itu kebanyakan gajih atau lemak serta balungan. Enaknya menghajar petis yah itu. Kita harus sedikit repot menghisap-hisap tulang.
Runting punya banyak warung makan kambing. Tiap lapak menawarkan menu sate dan gule. Kepala kambing juga ada. Sebagian warung menambahkan menu petis sebagai penarik pengunjung. Belakangan orang Runting hijrah ke desa lain buka warung kambing. Tapi, jika Anda mau petis, harus rela bertandang ke Runting. Di sinilah petis tulen berada.
Salah satu pengusaha warung Petis Kambing, Darmini, dapat menghabiskan seekor kambing muda dalam sehari. Walau sederhana, warung yang mulai buka pukul 09.00 pagi itu selalu diserbu para pelanggan dari berbagai daerah. Alhasil, pada pukul 01.00 siang, dagangan Darmini sudah habis.
Menurut salah seorang pelanggan, petis kambing jauh lebih enak dari gulai. “Enak, soalnya tidak pakai santan dan rasanya manis pedas,” ucapnya.
Petis?
Ini bukan cairan pekat hitam olahan dari rebusan ikan yang mengolesi tahu goreng. Ia bukan “tahu petis” yang sudah dikenal umum. Petis yang satu ini merupakan variasi masakan daging kambing. Masakan ini bisa dimakan gado atau boleh dilahap dengan nasi. Sama nikmatnya. Plus murah meriah.
Sekilas rupa makanan ini seperti gule. Kuahnya hijau bersantan. Bedanya dari gule, kuah itu bercampur tepung beras dan rebusan daging yang sudah lebur. Jadi, ada sensasi banyak butiran kenyal hangat yang lumer ketika kuah sudah masuk di mulut. Rasa duduh itu gurih. Zonder kecap sudah nikmat. Ada beberapa potong bagian kambing yang berenang di kuah. Cuma, keratan itu kebanyakan gajih atau lemak serta balungan. Enaknya menghajar petis yah itu. Kita harus sedikit repot menghisap-hisap tulang.
Runting punya banyak warung makan kambing. Tiap lapak menawarkan menu sate dan gule. Kepala kambing juga ada. Sebagian warung menambahkan menu petis sebagai penarik pengunjung. Belakangan orang Runting hijrah ke desa lain buka warung kambing. Tapi, jika Anda mau petis, harus rela bertandang ke Runting. Di sinilah petis tulen berada.
Salah satu pengusaha warung Petis Kambing, Darmini, dapat menghabiskan seekor kambing muda dalam sehari. Walau sederhana, warung yang mulai buka pukul 09.00 pagi itu selalu diserbu para pelanggan dari berbagai daerah. Alhasil, pada pukul 01.00 siang, dagangan Darmini sudah habis.
Menurut salah seorang pelanggan, petis kambing jauh lebih enak dari gulai. “Enak, soalnya tidak pakai santan dan rasanya manis pedas,” ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.