Minggu, 06 Januari 2013

Memerangi Hawa Nafsu

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang
Kalimat demi kalimat telah diuntai
makna telah disampaikan, pesan telah diberikan, isyarat-pun telah pula diterbangkan
bagi yang ingin mengambil hikmah, bagi yang ingin menerima pengajaran, bagi yang ingin
menambah pemahaman: Seandainya semua itu ada dalam kumpulan kalimat ini (bagi yang meyakininya)
dalam keyakinan yang sama kepada Tuhan Pemilik alam semesta ini
karena semua aliran kesadaran ini berasal dariNya
semua rasa tahu ini berasala dariNya, maka semoga diri ini hanya pula mengalirkan
apa yang memang selayaknya dialirkan menurut apa yang dikehendakiNya

lalu ingin menjawab kembali pertanyaan sederhana di awal tulisan:

Apa kiat-kiatnya?. Begitulah kira-kira pertanyaan yang sangat sederhana ini
Dari rangkaian tulisan awal, maka dengan sederhana dan mudah jawabnya, kiatnya adalah: SHOLAT

pertanyaan yang sederhanadan dijawab dengan jawaban yang lebih sederhana

pasti kita akan berkilah dan berkata:
aku, kami, saya sudah sholat

kalau begitu jawabnya adalah: Dirikanlah sholat, yaitu menegakkan bangunan sholat itu

dan pasti kitapun sudah merasa mendirikan sholat
kalau begitu: raihlah ruh sholat, yaitu sampai di mikraj bagi ruh

tapi bagaimana bagi orang yang sholatpun belum mampu?
sholatpun masih asal-asalan, sholat masih berat, sholat masih compang-camping

dan itulah yang ingin kuceritakan lagi,
sebuah pengalaman, saat pertama kali belajar sholat, belajar sholat khusyu'
dan dimana diri ini masih sangat egois, rasional, materialis, atau masih terkungkung dalam "hawa" nafs
dan tidak mampu mengenal diri atau mengenal ruh, masih seorang yang "abangan", dsb...dsb

Dan akupun ingin berkisah, tentang itu, tentang kisah dalam kisah pertemuan pertamaku
dengan ustadz Abu Sangkan dan menangkap satu buah cerita yang terus kupegang dan menjadi bagian diriku

sebuah kisah sederhana yang diceritakan dengan jenaka dengan gaya bahasa "jawa timur"nya
sebuah kisah yang sangat membekas dalam jiwa, dan kisah itu terus bergaung dan meresap
terus menetap menjadi bagian di dalam hidup, kisah itu seolah telah menjadi hidup,
kisah itu seolah adalah kisahku sendiri, atau seolah dirikulah bagian kisah itu,
atau seolah akulah yang berkisah, atau seolah kisah itu telah ada di dalam diriku
jauh sebelum kisah ini diceritakan oleh beliau
akhirnya akupun tak tahu dan tak bisa membedakan, siapakah yang menceritakan kisah ini
apakah kisah ini nyata ataukah gaib, apakah kisah ini benar-benar ada ataukah tidak
apakah kisah ini benar-benar beliau ceritakan ataukah tidak
semua mengendap dan hilang dan hanya menjadi satu bagian saja, kisah itu ada di dalam jiwaku

Kisah itu sangat sederhana dan sedemikian sederhananya, mungkin semua orang sudha mendengar kisah semacam ini
mungkin juga akan mengabaikan kisah ini, sekalipun kuceritakan dan kubumbui dengan aneka ragam kalimat yang menarik
seperti yang tengah kulakukan ini, mungkin tidak akan menarik pula, karena kisah ini memang teramat sangat sederhana
dan akupun juga tidak tahu apakah ada dampak atau efek ketika membaca kisah ini, aku tak tahu
namun bagi seseorang yang "mampu berkata"
telah berusaha memerangi hawa nafsu dan gagal dan gagal dan gagal, maka kisah ini akan bermakna sangat dalam
karena demikianlah keadaanku, demikianlah halku, demikianlah maqomku, demikianlah posisi jiwaku

Kucoba tulis ulang kisah sederhana itu, kisah seorang pencuri:

Seeorang datang kepada ustadz Abu Sangkan dan memohon pengajaran dan doa restu kepada beliau, Tentu saja intinya
sama dengan apa yang sedang kita bahas ini yaitu bertanya, kiat untuk memerangi hawa nafsu yaitu perbuatan buruk,
dalam hal ini adalah pekerjaannya yang mencuri harta benda orang lain karena berbagai alasan, sehingga dia tidak mampu
melepaskan diri dari perbuatannya ini, bagaimanapun caranya berusaha untuk berhenti, dia kembali lagi mengulanginya
dan mengulanginya dengan penyesalan dan tentu saja takut seandainya tertangkap.

Kira-kira apa kiat atau nasehat yang akan beliau sampaikan?. Coba kita luruhkan dan renungkan.
Iya, mungkin akan memberikan nasehat, mungkin akan membacakan hadist-hadist, mungkin pula akan mengemukakan dalil
atau ayat-ayat Al Quran, mungkin pula akan menulis panjang lebar sepertiku ini
atau mungkin akan memberikan ceramah khusus berminggu-minggu, sampai pencuri itu sadar.


namun perlu diingat dan ditegaskan, orang tersebut telah berusaha dengan segala daya untuk berhenti
orang tersebut benar-benar berupaya dengan cara dan metodenya untuk berhenti
dan termasuk bertanya ke banyak orang termasuk akhirnya bertanya ke beliau
begitulah kira-kira keadaab orang tersebut.

Nasehat atau kiat yang diberikan beliau justru sangat sederhana:
Berusaha untuk menahan atau berusaha terus untuk berjuang dan bertahan,
namun bila tetap saja tidak sanggup, maka ketika akan melakukan perbuatan "maksiat" itu
mintalah pertolongan kepada Allah, mohonlah perlindungan, lakukanlah dengan Bismillah,
"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang".
ikuti kata hati dan berdoalah dengan sungguh-sungguh, misalnya berdoalah agar selamat,
berdoalah agar tidak tertangkap, berdoalah agar ini atau itu...

lalu bagaimana kesudahannya?
bagaimana kira-kira akhir kisah orang tersebut?
kisah orang yang menyerah dan tidak mampu melawa hawa nafsunya


dengan sebuah nasehat sederhana untuk menyerah kepada Allah
dalam liputan kasih dan sayangNya
berlindung atas daya rahmat dan kasih sayangNya
menyatakan kelemahan diri atas ketidakmampuan melawan hawa nafsunya

bagaimana kira-kira akhir kisahnya?

perlukah kutuliskan akhir kisah ini?.


biarlah tidak usah kutuliskan akhir kisah ini
mungkin sudah ada yang pernah mendengarnya
yang pasti orang tersebut mengikuti nasehat dan anjuran beliau
setiap tidak mampu bertahan, dia akan mengucapkan doa
dengan sepenuh hati, dengan segala kesungguhan
dalam perlindungan dan kasih sayang Tuhan semesta alam
"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang".


mungkin saja dia berhasil untuk berserah diri dan kembali dalam Islam
mungkin saja dia terus berjuang meraih kasih sayang Allah
atau bahkan bisa jadi mungkin saja dia gagal
?????


mungkin saja dia telah mendapatkan cinta kasih Allah
biarlah kisah inipun akan tetap menjadi misteri bagi sebagian
dan mungkin pula tidak
apakah orang tersebut
bagaimanakah orang tersebut...


semua akan menjadi kisah
apapun yang lalu, saat ini hanyalah kisah
apapun yang terjadi saat ini, maka esok atau lusa
yang terjadi saat ini, hanyalah sepenggal kisah perjalanan

namun hidup tetap harus berjalan....

Demikianlah jawaban sederhana,
jawaban pertama:
Sholat, dirikan sholat, dan masuki mikraj dalam sholat

namun kalau itupun belum mampu dilakukan
maka, jawaban kedua adalah:
Berserah dalam kasih sayang Allah

Renungi makna Bismillahi rohman nirrohiem
ulangi dan ulangi kasih sayang Allah
rasakan dan rasakan kasih sayang Allah
berlindung dengan bismillah
lakukan dalam setiap tindakan
lakukan dan setiap perbuatan
dalam ucapan, dalam fikiran dalam perasaan

terus dan terus ulangi dan ulangi
terus dengan Bismillah.



Ya, cara kedua adalah: Bismillah


Cara kedua secara nampak mata, seperti konyol dan lucu.
yaitu Bismillah lalu bermaksiat

sungguh, seperti sebuah kekonyolan yang tidak masuk akal
namun sekali lagi, cara ini dimaksudkan dan ditujukan
kepada orang tertentu yang telah gagal dan gagal
telah berusaha terus menerus, namun tetap juga dalam kegagalan



Maka saatnya menerima: Posisi jiwa saat itu
menerima kondisi kejiwaan dalam penyerahan total
dan mnenerima bahwa demikianlah keadaan jiwanya saat itu
bila tidak ada pertolongan Allah, maka tiadalah berguna


Demikianlah,

maka hati-hati dalam menentukan pilihan solusi
maka pilihkan keadaan jiwa:
lalu pilih:
- Berlatih sholat
atau
- Bismillah saat (melanjutkan) maksiat


hanya diri sendiri yang tahu keadaan diri

Apakah jawaban ini benar, ataukah justru salah?
entahlah, yang pasti atau satu kepastian dari contoh kedua
yaitu contoh sang pencuri di atas,

baik melakukan Bismillah ataupun tidak, dia tetap melakukan perbuatan itu
minimal ada sekian detik saat dia sadar akan kekuasaan Allah
dalam doa yang tulus, sedetik ruhNya sempat bertemu Tuhan dengan Bismillah

namun baik dengan Bismillah maupun tidak
ketika seorang yang lemah ini terbelenggu nafs-nya
maka dia tidak mampu lepas


maka Bismillah ini yang akan menurunkan "daya" kasih sayang Allah
membebaskan diri dari hawa
menyucikan nafs, menjinakkan nafs

sehingga mampu mencapai ketenangan jiwa


sekali lagi tulisan ini tidak menyarankan untuk "melanjutkan" maksiat
tetapi menegaskan bahwa ketika seseorang telah tidak lagi mampu
melepaskan diri dari hawa nafs, maka masuki dzikir "Bismillah"
demikianlah


Semoga kasih sayang Allah akan berlimpah dan menerangi dada.



Di bagian ini akan kututup dengan tulisan bagian akhir dari Kisah Pasangan Rajawali Kembar di satu sarang 21: Penutup
yang sebetulnya merupakan pengulangan demi pengulangan kisah, berikut cuplikannya:



=..= Akhir kisah ini =..=
 (Angin perubahan/The wind of change)

..........................................................
Kisah yang tengah kusampaikan ini
sebetulnya hanya sebuah rangkaian pengulangan kisah
dari renungan saat Ramadhan
yang saat itu, hanya mampu ku tuliskan sampai di hari ke 21
dan entah mengapa pula ketika sampai di bagian ke 21 kisah ini
harus kuakhiri pula, di hari yang ke 21 di awal tahun baru ini
sebuah pelajaran kehidupan bagiku
mungkin bermakna bagi yang mau memaknainya
siapa saja, mungkin engkau, dia ataukah mereka

kisah-kisah ini awalnya hanya ada di dalam lubuk dada
jauh di relung hati, karena hanya sebuah perjalanan ruhani
sebuah kisah perjalanan spiritual dalam pencarian diri
dalam pengenalan jati diri, dalam pengenalan Tuhan
untuk mengerti makna kehidupan, mengetahui hakekat diri sendiri

mungkin pula engkau akan bertanya mengapa pula harus kutuliskan
atau mengapa pula harus kukisahkan kisah perjalanan ini
kisah yang hanya terjadi di dalam rongga dada saja
maka akan kujawab, dengan:
sebuah jawaban sederhana dan sangat sederhana
sama seperti halnya mengapa penyair menuliskan syair
sama pula dengan pelukis yang melukiskan apa yang ada di dada ke kanvas
sama pula dengan pencipta lagu yang membuat karya indah
sama pula dengan arsitek dengan hasil karya cipta bangunan yang indah
sama dengan petani dengan sawah dan ladangnya
sama dengan semua profesi yang melakukan dan mengerjakan profesinya

maka bagiku, menuliskan ini hanyalah sebuah kewajaran, sebuah keharusan
sebuah kepastian, ketentuan yang memaksaku untuk menuliskan
tentu saja maknanya berbeda bagi yang membaca, terserah kepada pilihan
apakah akan dilihat, dilirik ataukah dicampakkan
sebuah kewajaran pula
sebagaimana karya-karya yang lain
maka menuliskan inipun hanya sebuah proses
proses dalam menjalani kehidupan
menjalani realitas
menggunakan ruh (spirit) dalam menjalani kehidupan
menuangkan apa yang ada di dalam
untuk memompa
untuk memperkokoh
untuk memperteguh
jalan hidup
jalan kehidupan yang dipilih

angin yang membawa semangat perubahan telah begitu sering
menyentuh jiwaku, mengajakku untuk mengikutinya
perubahan ke arah yang lebih baik, perubahan mengikuti arah angin
angin yang dikirimkan oleh Tuhanku, untuk membimbing jiwaku
mengarahkan jiwaku, agar terbang bersamanya
menuju arah yang aku tak tahu
biarlah, aku terbang bersamanya
bersama angin perubahan di hati
angin yang sangat kuat membawaku
menuju kepada Tuhanku
angin perubahan.




Mungkin aku tengah menunggu kisah lagi
ada kisah apa lagi di hari ke 21 nanti?.

apakah masih ada lagi sebuah pengulangan lain?.


Entahlah.

Semoga sebuah kebaikan dan berbuah kebaikan yang lain.



Salam sejahtera



Wassalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.