Minggu, 05 Agustus 2012

Mengubah Keraguan menjadi keyakinan (iman)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang


Mengubah Keraguan menjadi keyakinan (iman).

Selama ini hampir sebagian besar energy kita terbelenggu dalam keraguan.

Keraguan adalah suatu kondisi dimana kita tidak maju dan mundur.
Mari sekarang ini walau kondisi kita seperti apapun, coba meraih keyakinan
keyakinan atas apa yang ada dalam diri kita, keyakinan atau iman adalah mutlak,
yakin kita sedang berada di jalanNya dengan segala keterbatasan yang kita miliki.
Ketika keraguan itu muncul maka akan berada di tempat saja.
Keyakinan dan lalu ada kesiapan untuk berubah. Berubah ketika Allah memberi petunjuk.
Ketika Iman sudah ada di hati maka Allah akan memberikan Furqon atau pembeda ke hati kita
untuk membedakan mana yang hak dan mana yang bathil.
Hati kita yang akan menuntun,
karena nasehat demi nasehat sudah berjuta di dengar namun yang muncul hanyalahketidakyakinan atau keraguan.

Energy kita hanya dipergunakan untuk pertentangan dan perdebatan seperti selama ini yang kebanyakan kita lakukan.
Dalam proses tentu saja ini diperlukan namun bukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam keseimbangan dan kemapanan yang ada nantinya.

Yang perlu dilakukan adalah sebuah "harmony" untuk mencapai hasil terbaik.
Masing-masing kita berada pada posisi keseimbangan masing-masing. Yang tengah bergerak maju lebih baik.
Yakinlah bahwa kita akan mencapai hasil lebih baik nantinya.

Ketika harmony itu tercapai dalam sebuah tekad yang kokoh, maka perbaikan adalah sebuah kepastian.
Perubahan hanya masalah waktu. Tidak perlu dikhawatirkan atau diragukan karena itu keyakinan di hati.
Semua tengah berjalan dijalanNya dengan usaha maksimal. Namun hasil akhir ada ditanganNya.
Apakah orang di sekitar akan mengikuti ataukah tetap dalam keadaannya, sungguh petunjuk itu datangnya dari Allah.
Yang harus dilakukan hanya usaha terbaik kita.

Sebuah harmony dari keseimbangan diri lebih dahulu:
akal, ruh jiwa, dan raga
diri dengan Sang Pencipta

sehingga akan menuntun dan mengarahkan
dalam sebuah keseimbangan diri yaitu:
diri dengan keluarga
diri dengan bangsa negara
diri dengan alam semesta
dalam sebuah harmoni, Rahmatan lil alamin.



Mencapai keyakinan: Pertemuan dengan Allah

Kita hanya menapaki perjalaan (journey) untuk mengikuti kehendakNya (perintah dan larangan) dengan sepenuh keyakinan (iman).

Menunggu pertemuan dengan Allah dalam setiapperjalanan (journey), menikmati perjalanan, menikmati pemandangan yang tersaji
menikmati alam sekitar, menikmati rasa-rasa yang disajikan sepanjang perjalanan ini. Menggunakan panca indera
untuk mengenali setiap tanda. Tanda-tanda yang diberikan bahwa pertemuan itu semakin dekat
Menunggu saat kebahagiaan itu akan tiba dengan sepenuh harapan
namun dengan tetap tersenyum bahagia sepanjang perjalanan itu
tentu saja dengan mempersiapkan bekal terindah yang akan kita persembahkan

mempersiapkan kado terbaik yang akan kita bawa dan persembahkan kepada Sang Kekasih hati
memilih dan menentukan kado yang mana yang akan dibawa
apakah akan membawa sebuah kado yang besar yang kita akan kepayahan membawanya sepanjang perjalanan ini
ataukah memilih benda-benda kecil yang berharga (contoh dalam hidup kita misalkan emas, intan, berlian)
inilah pilihan-pilihan amal ibadah yang akan kita pilih untuk bekal nanti
untuk kita persembahkan sebagai kado terindah bagi pertemuan dengan Tuhan kita
apakah kita akan memilih amal yang besar namun tak berharga, ataukah kecil tapi berharga
idealnya tentu yang besar dan yang paling berharga, tapi mungkinkah?.
semoga Allah, Tuhan kita menerima dan rela, serta ridho dengan kado pilihan kita
saat kita hidup di dunia ini, karena pilihan itu ada di tangan kita
di sini dan di saat ini

Karena hanya kita sendiri yang tahu kesanggupan untuk memilh kado itu
kita tahu kemampuan diri dalam menentukan pilihan kado itu
dan tentu saja Allah lebih mengerti kadar dan ukuran kita
apakah kita "pelit" dengan kado yang kita bawa
ataukah kita terlalu berlebihan sehingga melupakan tugas kemanusiaan kita
yang tentu saja merupakan tugas kita sebagai khalifah di bumi
untuk membawa "peradaban" yang diridhoi Allah di muka bumi ini.
(yang sebetulnya adalah "kado terbaik" hamba kepada Tuhannya)


Maka menunggu pertemuan itu merupakan nikmat dan nikmat diatas nikmat dan bertambah nikmat.
Sebagaima firman-ya. Maka nikmat mana yang kau dustakan.
Sehingga kita mampu bersaksi.
"Sungguh hamba telah merasakan nikmat itu".
Hamba bersaksi atas nikmat itu.

Hidup akan selalu nikmat. Apalagi saat puasa Ramadhan ini.
Puncak nikmat yg tengah dilipat gandakan.

Rasa itu terjadi ketika ada perubahan. Ada referensi. Ada pembanding.
Ada panas maka ada dingin. Ada manis dan pahit.
Bila berada di satu suhu maka kita tidak "merasakan" nikmat atau sakitnya panas atau dingin.
Juga hal sakit yg sama tidak menjadi terlalu menyakitkan.
Namun sakit berganti-ganti yg lebih menyiksa umpama sakit gigi. Sembuh sakit sembuh lagi.

Demam tinggi. Sering tidak menyakitkan. Tapi panas dingin yg menyakitkan. Rasa.... Rasa. Dualitas rasa.
Demikian pula dengan rasa khusyu'. Atau rasa silatun. Atau rasa iman dan rasa takwa.
Perubahan rasa inilah yang sangat menentukan.

Kalau tanpa perubahan. Maka tidak ada rasanya.
Perubahan bisa terjadi di detik ini ketika kita mulai membandingkan.
Melepaskan diri dari posisi rasa dan menentukan arah yaitu lebih khusyu atau kurang kusyu.
Lebih mendekat ke Allah atau lebih menjauh. Inilah prinsip yang saya ambil contohnya dari
prinsip ketidakpastian heisenberg.
Kita tidak bisa menentukan dua-duanya. Hanya salah satu.
Posisi rasa atau arah perubahan jiwa. Kalau berada di rasa maka kita tidak mampu menentukan arah.
Berada di arah maka posisi rasa menjadi tidak bisa diamati dan ditentukan.
Mudahnya tentukan saja arah jiwa. Karena inilah yang akan membawa arah ke arah yg lurus.
Arahnya jelas mendekat kepada Allah. Lalu bagaimana cara mendekatnya?.
Bagaimana kita tahu kita sudah mendekat?.
Maka kita memiliki indera yaitu hati.
Keyakinan yg sangat kuat dalam dan menghujam.
Dan reaksinya yg kita amati. Yaitu rasa. Terima saja rasa apapun.
Kalau belum seperti yg diharapkan kembalikan lagi ke Allah dg jujur.
Begitu terus interaksi berulang. Berputar. Sampai terasa yakin semakin dekat.
Dan semakin dekat.


Semakin mendekat kepada Allah adalah puncak rasa. Bahagia di atas bahagia.
Yang entah apa namanya. Maka inilah yg disebut sebagai hari ini lebih baik daripada hari kemarin.
Hari ini lbh mendekat kpd Allah dibanding kemarin. Semakin dekat semakin bertambah rasa nikmat itu.
Puncak pertemuan adalah kebahagiaan. Proses menunggu adalah rasa nikmat itu. Maka coba renungkan.
Bisakah meyakini pertemuan sholat tahajud nanti malam (misalnya) akan menjadi puncak kerinduan.
Harapan pertemuan dg kekasih yg paling membahagiakan.
Maka sekarang adalah menunggu saat itu terjadi. Sepenuh harapan dan keyakinan.
Bahwa pertemuan itu akan terjadi. Ulangi dan ulangi. Sehingga merasakan menunggu sholat tahajud terasa nikmat.
Yakin dan semakin yakin. Sampai tidak ada celah sedikitpun akan keraguan.
Akal. Jiwa dan raga.
Bisakah?.

Bahwa sholat itu nanti menjadi saat bertemu.
Insya Allah. Dengan memohon kepada Allah, maka tentu saja bisa dan mudah.
Saat nikmat mulai menyebar dan mengaliri dada.
Rasa mulai nyata dan ada.

Rasa itu selalu baru.
Bukan rasa yg sama dg yg pernah dialami. Karena rasa yg sama pasti sudah tdk berpengaruh.
Kosong. ..........Datar.
Namun rasa yg muncul adalah rasa yg baru dan belum pernah dialami.
Maka perlu mengamati dg sungguh. Membiarkan menguat. Karena kalau diabaikan.
Rasa ini mudah terganti dan terhijab atau tertutup. Kenali rasa asing yg nyaman. Sekilas.
Seperti dada terasa lapang. Dada terasa luas. Terasa lega. Terasa plong dsb....dsb.
Coba perhatikan dan ikuti rasa tersebut.

Sebagai referensi saja.
Rasa itu bisa seperti percikan embun yg menyejukkan di dada.
Lembut dan menyegarkan.
Kadang lembut hangat sepoi-sepoi.
Kadang seperti kabut lembut mengisi dada.
kadang seperti lapisan yang kukuh dan kuat
namun kadang seperti dinding yang memebentengi dada
Bisa juga seperti menjalar semut. Berkedut lembut.
Namun bisa seperti elusan selendang sutera dan lembut.
Bisa juga rongga dada meluas. Meluas seperti mengisi alam semesta.
Seperti kulit menjadi membran tembus hawa. Menyatu dg hawa di luar tubuh.
Masih banyak lagi rasa demi rasa yg sangat bervariasi.
Berbeda-beda namun dampaknya luar biasa.
Seolah kita rela memberikan apapun milik kita asalkan rasa ini ada terus.

Namun rasa ini aneh. Karena bukan milik kita. Ketika silatun lepas. Rasa ini mengendor.
Dan sedikit demi sedikit melemah. bahkan lalu hilang. Kadang bisa sangat mudah tersambung lagi.
namun seringkali sampai mati-matian berusaha namun gagal.
Bagaimana mendapatkan ini sebenarnya?.
Caranya sederhana.
Sejengkal mendekat kpd Allah maka rasa ini muncul.
Tapi dalam bentuk dan wujud rasa yg baru.

Rasa demi rasa ini selalu terbarukan. Selalu muncul rasa yang asing. Aneh.
Yg tdk mampu dijelaskan. Namun sangat dikenal yaitu rasa silatun.
Selalu asing namun seperti kembali ke pelukan yang sangat dikenal.
Yaitu Rasa dekat kpd Allah.
Semakin dekat dan semakin dekat.
Rasa ini ada ketika ada proses mendekat, atau yakin, diri kita leih dekat dibanding sebelumnya.

Jiwa kadang menjadi semakin peka dan sangat sensitif. Mampu merasakan tangisan bumi.
Rintihan pohon. Jeritan binatang. Mampu mendengar bisikan dan bisikan.
Mata seolah melihat keindahan dan kegaiban alam.
Alam menjadi sangat misteri dalam indah yg menakjubkan.

Keindahan yg sangat sulit dimengerti dan sulit difahami.
Seolah rumput ingin disapa. Seperti bunga ingin dikenal.
Tanah seperti berbisik. Seperti mendengar dan merasakan.
Namun semua itu hanya ada dlm kesadaran (kita sebut saja sebagai sebuah keyakinan)
Mungkin saja bisa dianggap sebagai khayalan atau lamunan, namun dalam dimensi kesadaran inilah keyakinan.
Dalam dimensi keyakinan maka ini realitas. Aneh bukan?.


Dan anehnya lagi, seolah jiwa terseret dan hanyut dalam rasa yg memabukkan.
Keindahan yg mempesona. Yang membuat tak henti-hentinya bertasbih.
Berterima kasih. Lalu alam seperti mengajari tentang kekuasaan Allah.
Burung, kupu-kupu, pohon dan semua alam menjadi menyatu dalam kesadaran.
Diri menjadi bagian alam. Berubah menjadi gelombang yg menjalar mengikuti cahaya alam.

Demikian sekedar referensi. Salah satu rasa yg aneh.
Dan bertambah aneh dan sulit dijelaskan.
Namun nyata dlm kesadaran.
Dalam keyakinan.
Dalam persaksian.
Syahadat.

Apakah ini benar, apakah ini khayalan,
inilah dimensi "persaksian", yang mungkin juga pernah disaksikan
karena masing-masing diri saling menyaksikan
lalu saling mengabarkan akan persaksian itu
mengabarkan akan "janji pertemuan" dengan Tuhan itu benar
mengabarkan tanda-tanda kekuasaan Tuhan
mengabarkan akan nikmat-nimat Tuhan yang telah diberikan
mengabarkan sebuah persaksian

Tiada Tuhan selan Allah
Bahwa apa yang diajarakan oleh Muhammad adalah benar
bahwa Muhammad adalah utusan Allah
yang mengabarkan pesan dan janji Allah keada manusia dan seluruh alam semesta ini.

Dan inilah dimensi dalam keyakinan, dimensi persaksian.
Semoga ini kebenaran bukan persangkaan saya.
Sungguh Allah sangat tidak menyukai orang yg mengatakan apa yg tdk dilakukannya.




Wassalam

Imam Sarjono

Pilih perkasa atau Sehat

Kalimat perkasa ini ngingetin saya pada obat kuat yang membikin orang "loyo" menjadi tambah greeeeng dan juga bisa dijadikan kado buat mama hehehe.....

Padahal sebetulnya obat kuat ini bisa juga untuk mereka yang bener-bener membutuhkan untuk kekuatan fisik

Ide obat kuat ini muncul sehabis saya ngobrol dengan seorang teman lama dimana obrolannya nggak jauh dari soal peluang usaha dan menyinggung soal hutang

Diceritakan bahwa ada seseorang yang sangat-sangat sukses sekali, dia menguasai industri dari hulu sampai hilir, menguasai dari pembuatan sampai penjualan

Liputan media juga sudah nggak keitung jumlahnya, foto liputan dan penghargaan menempel rapi dengan gagah di dinding ruang kerjanya

Karyawannya berjumlah puluhan orang yang setiap hari selalu sibuk dengan rutinitas dan dalam periode tertentu kadang-kadang masih membutuhkan tambahan karyawan lagi

Saya sampai bingung ngeliatnya, gimana caranya ya dia bisa sebesar itu..??

Pabrik punya, toko punya, tanah punya, rumah punya, kendaraan punya, pokoknya semua standard orang hidup dia sudah punya semuanya

Usahanya memang sudah berjalan 10 tahun di bidang yang sama tanpa ngelirik usaha lain jadi menurut saya memang sudah pantas dia ada di posisi seperti saat ini

Dan di sela-sela obrolan ternyata ada hal yang mengejutkan saya mengenai teman yang sukses ini yaitu ternyata dia sudah lama menjadi "karyawannya bank dan leasing" artinya semua yang di punya itu hasil dari pinjaman bank dan investor ditambah dengan leasing

Setiap pemasukan puluhan bahkan ratusan juta hanya sekejap saja di rekening habis itu mengalir deras ke beberapa rekening bank investor dan leasing

Sangat sedikit yang masuk ke kantong perusahaan atau bahkan tidak ada sama sekali kalau mau dihitung secara detail

Setelah ditelusuri ternyata dia sudah bertahun-tahun memakai cara gali lobang tutup lobang, mencari pinjaman untuk menutup pinjaman satunya

Sebetulnya dia sadar akan hal ini tetapi karena memang kebutuhannya dia sudah terlanjur banyak ya akhirnya harus dijalani juga cara ini yang entah sampai kapan akan berakhir

Akhirnya obrolan menjurus ke soal riba yang di bagian ini saya lebih banyak menjadi pendengar yang baik tidak berani komentar karena keterbatasan ilmu, daripada di komplain mendingan diem

Tetapi ada hal yang "menancap" di otak saya soal riba ini yaitu bahwa setiap pekerjaan kita tidak akan berkah jika masih ada riba didalamnya, waduuh..., bisa cilaka nih....!!!

Saya tidak tahu ada hubungannya atau tidak tetapi yang jelas setiap orang yang saya temui selalu mengeluh kalau punya hutang biarpun bisnisnya masih berjalan normal, apakah ini tanda-tanda tidak berkah...?? Walahualam saya tidak tahu

Kembali ke cerita kawan tadi, sebetulnya dia sudah dikasih tahu untuk merubah cara lamanya yang selalu mengandalkan hutang pihak ketiga sebab cara ini buat dia sudah tidak cocok lagi tetapi karena dianya masih PD jadi ya dibiarkan saja karena ini bisnisnya dia dan hanya dia sendiri yang tahu

Menurut saya soal menggunakan pinjaman atau tidak kembali ke diri masing-masing, asalkan sudah terukur dan siap menanggung segala resiko maka dijalankan saja karena kita tidak akan tahu sebelum mencoba dijalankan

Memang kalau saya lihat perbedaan antara mereka yang menggunakan hutang pihak ketiga dengan yang tidak menggunakan adalah kelihatan pada percepatan usaha dan kepemilikan aset

Yang menggunakan hutang akan kelihatan kinclong perkasa "di atas" padahal pondasi belum tentu bagus sedangkan yang memakai cara "sehat" tidak pakai hutang akan kelihatan sangaaaat lambat dengan ujung yang kecil tetapi mempunyai pondasi yang sangat kuat, sama seperti ilustrasi gambar di atas

Pilihan ada di tangan kita, semua ada caranya, semua ada resikonya, kenali dan mainkan sebaik mungkin

Salam sukses dunia akherat,

http://prakom.com

Lailatul qadar: Antara Mitos dan Realitas dalam Kesadaran Diri.

Semoga tulisan ini mampu menghadirkan keindahan dan kebahagiaan,
ketenangan, keteduhan,kepastian dan keyakinan akan keagungan Allah, Maha besar, Maha suci
Maha benar, Maha meliputi dan seluruh sifatNya (dalam 99 namaNya)


Lailatul qadar, dalam dimensi kesadaran

Kesadaran akan adanya malam ini diturunkan dari generasi ke generasi, melintas batas waktu
melintas batas golongan, melintas batas ras dan bangsa, melintas batas usia, melintas batas banyak hal
dalam lingkup seorang (diri) yang menyatakan diri ber-Islam, beragama Islam

kesadaran ini yang awalnya satu, sederhana dan mudah, langsung, to the point, mengarah dan jelas
dengan berjalannya rentang waktu yang panjang, menjadi berputar, memilin, melipat, bertambah, dihiasi pernak-pernik
warna-warni yang menakjubkan, dan akhirnya telah menjadi hikayat, legenda, cerita, khayalan dan mitos
lailatul qadar telah menjadi sebuah "kegaiban" yang berada jauh tinggi di awang-awang, yang tak terjangkau
menjadi mimpi yang tidak nyata, seolah menunggu dapat lotre, atau menunggu jatuhnya durian
kita menjadi sekedar mendapat "keberuntungan" jatuhnya lailatul qadar dari langit
karena lailatul qadar adalah sebuah "status maqom" sang suci, status maqom para wali
sehingga hanya orang-orang yang mendapat "karomah" yang mampu meraih malam ini
itulah mitos dalam diri, dan meliputi banyak kesadaran, banyak diri kita yang terbelenggu oleh mitos ini.

Sehingga apabila ada orang yang berkata sudah mendapatkan "malam lailatul qadar ini"
apa yang akan terjadi?. Berpuluh mata seolah aka memandang, bertanya, tidak percaya,
mencibir, mencemooh, merendahkan atau iri hati, atau mungkin kagum, mungkin juga menganggap
hebat, luar biasa atau bahkan suci dan telah mendapatkan sesuatu "yang luar biasa" dari langit
menjadi sebuah misteri yang tak terpecahkan. Kerancuan telah mengakar dalam kesadaran kita.

Kejadian ini sama persis dengan "anggapan" tentang khusyu'. Yang pada awalnya juga telah menjadi mitos
menjadi legenda dan hikayat, namun dengan adanya "pelatihan sholat untuk mendapatkan khusyu"
akhirnya khusyu menjadi "membumi", menjadi sebuah realitas bahwa siapa saja bisa dan mampu mendapatkan
sehinga istilah "khusyu" telah mejadi biasa,telah menjadi sebuah realitas dalam kesadaran kita

Dan inilah yang akan dikupas dan disajikan dalam penkajian ini: Membumikan "malam seribu bulan".
menjadikan malam lailatul qadar ini menjadi sebuah realitas bagi kesadaran setiap orang yang ber-Islam


                                           ==============================
                                           Lailatul qadar adalah sebuah keniscayaan,
                                             sebuah kewajaran, sebuah keharusan bagi muslim
                                                setiap diri seharusnya mampu (wajib) mendapatkan ini
                                                  malam ini ada di dalam diri, di dalam kesadaran diri ini
                                                    maka carilah di dalam diri (jiwa/hati) dgn mengikuti ruh
                                                       bukan di luar diri (akan sangat sulit menemukannya)
                                                       ======================================


Bagaimanakah sebenarnya realitas "lailatul qadar" ini.
Sungguh sulit memahami "realitas" ini, karena realitas ini ada dalam dimensi kesadaran
ketika kita meyakini sesuatu maka itulah realitas bagi diri kita

Tulisan beberepa seri ini mencoba sedikit mengungkap kesadaran diri dalam memahami lailatur qadar
mencoba membuka tabir kayakinan agar melihat "kesederhanaan" lailatul qadar
agar melihat kemudahan lailatul qadar, sebagai bagian dari keyakinan kita sebagai muslim

Lailatul qadar ini begitu sulit difahami kesadaran karena melalui banyak kesadaran
bermula dari alam kun (alam kehendak), melalui alam ruh dan melewati alam-alam energy
membentuk (mewujud) di alam gelombang sehingga mampu diamati di alam materi
(Pembahasan tentang beberapa alam kesadaran ini dituliskan di bagian tersendiri).


Sulitnya lagi, ketika kesadaran kita berada di alam-alam tersebut, maka kita tidak mampu mengamati alam yang lain
ketika kesadaran kita berada di alam ruh maka alam materi akan hilang, demikian pula ketika ada di alam materi
maka kita tidak mampu mengamati alam ruh.Atau dengan kalimat yang sederhana:
Ketika kita sibuk dengan urusan dunia (materi) maka melupakan ruhani, yaitu kita malas melakukan ibadah ruhani
Ketika kita sibuk dengan urusan ruhani maka lupalah (hilanglah) dunia, yaitu kita menjadi malas melakukan kegiatan duniawi
Hanya kesadaran yang mampu berada di atas hal ini, menyeimbangkan.

jadi bagaimana harus mengamati "lailatul qadar" ini
apakah di alam ruh, energy, ilmu, gelombang atau materi?

maka mari kita luruhkan kesadaran kita, untuk berada di apapun kesadaran kita
karena berada dimanapun kesadaran kita, maka kita akan mampu mengamati "lailatul qadar" ini
karena lailatul qadar adalah kepastian, adalah keniscayaaan

setiap muslim seharusnya "mendapatkan lailatul qadar"
setiap muslim sewajarnya "meraih lailatul qadar ini"
sebuah kepastian, sebuah keniscayaan bagi yang meyakini, bagi yang berusaha mendapatkannya


Mengapa sulit?.
Karena biasanya mereka mencari yang "di luar" kesadaran
sedangkan "lailatul qadar" itu hanya mampu diamati oleh kesadaran diri

Sebuah hal yang sangat sederhana
bukan sebuah mitos, tetapi sebuah realitas
tetapi sebuah keyakinan.


Kajian ini akan dihantarkan.



Menunggu Sang Malam seribu bulan




Mencoba sedikit menjelaskan kronologi dan hakekat malam lailatul qadar dalam konteks dan pandangan pribadi.
Saya meyakini pernah mendapatkan malam ini tahun yg lalu. Jadi bisa menjelaskan. Sekedarnya saja.
(Sebagaimana tulisan pendahuluan di atas, dimensi ini adalah dimensi keyakinan diri,
maka tentu saja banyak yang tidak percaya, ada yang mencemooh, mencibir, mengejek atau merendahkan, meremehkan,
atau kagum dan sebagainya. Namun kalau saya mengatakan saya tidak mendapatkan bisa diterima dengan wajar,
mengapa ketika saya berkata mendapatkan bisa menjadi banyak pandangan?. Ya ... karena persepsi
Karena membandingkan dan karena keyakinan, juga karena mitos, asumsi dan anggapan,
namun yang penting dengan adanya keyakinan bahwa saya telah mendapatkan malam ini
selanjutnya saya menjadi seorang yang lebih baik, dari pemarah menjadi pemaaf
dari yang kikir menjadi lebih pemurah, dari yang berkelakukan buruk menjadi lebih baik
maka keyakinan ini adalah sebuah tonggak perubahan, maka keyakinan itu perlu).
Sebagai pembanding saja. Mungkin bermanfaat bagi yg ingin menggapai malam tersebut.
Kalaupun tidak. Sebagai wacana saja. Bahan perbandingan semata.

Malam ini adalah dalam dimensi yakin.
Keyakinan atau iman.

Disebutkan sebagai malam turunnya malaikat dan ruh.
Sederhana sekali.
Ketika turun ruh.
Siapa yg melihat ruh dalam kesadaran?. Ya tentu saja ruh kita.

Untuk apa malaikat dan ruh datang. Untuk menurunkan Al Quran. Sederhana sekali.
Jadi siapapun yg mampu membangkitkan atau menjadikan ruh sebagai diri
maka seharusnya dia mampu melihat kehadiran para ruh yang turun.
Membawa Al Quran. Ruh apa yg terutama turun?. Ruh Al Quran.

Ruh Al Quran turun setiap malam. Itu hakekat yang saya fahami. (Tentu saja dalam keyakinan diri).
Namun kemampuan diri kita yg berbeda-beda dalam menangkap atau menerima kehadiran atau kedatangan ruh ini.
Jadi bukannya menunggu yang di luar. Atau menunggu datangnya "malam lailatul qadar".
Tetapi mengamati yg di dalam dada kita. Yang mampu menangkap kedatangan ruh Al Quran ini.

Mengapa di akhir Ramadhan.
Jawabnya sederhana. Puasa ini untuk menjadikan ruh sebagai diri.
Maka perlu proses. Bukan proses sehari jadi. Namun perlu penempaan diri.
Paling tidak setelah 2/3 dilalui baru ruh mampu menjadi kesadaran diri.

Inilah yang disebut kembali fitrah, kembali kepada diri, kembali kepada awal kejadian, atau asal.
Inilah kemenangan puasa, hasil dari puasa, hasil dari penyucian jiwa: Jiwa yang fitrah
Yang mampu mengamati keberadaan "lailatul qadar" di dalam kesadaran diri.

Bagaimana dengan yg sudah "akhli ibadah". Jawabnya sama saja.
Tingkatan ruh yang akan datang pada malam lailatur qadar berbeda.
Sebagaimana malaikat yg memiliki kekuatan yg berbeda-beda. Kecepatan yg berbeda-beda.
Kemuliaan yg berbeda-beda. Maka ruh Al Quran pun juga sama.
Maka bagi akhli ibadah untuk mendapatkan tingkatan ruh Al Quran
yg sesuai dengan maqomnya harus memerlukan penggemblengan 2/3 bulan.

Jadi lailatul qadar adalah turunnya ruh. Turunnya ruh Al Quran.
Turunnya kesadaran Al Quran yg merupakan anugerah utama di bulan Romadhon.
Seharusnya setiap yg menjalankan puasa dg benar "pasti bertemu" dengan ruh Al Quran ini.

Lailatul qadar ini adalah malam pencerahan ruh (kesadaran) kita. Saat ruh kita disinari ruh Al Quran.
Cahaya Al Quran yang cahaya serta kekuataan cahayanya bagaikan kekuatan seribu buah rembulan.
Untuk menerangi hati. Maka hati akan mendadak terang benderang. Seperti siang hari.
 Namun redup. Tidak panas. Betul-betul gemerlap menyilaukan dada.
Tahukah cahaya itu?.  Mungkin sebagian besar kita sudah tahu.
Cahaya adalah energy.
Cahaya adalah gelombang.
Cahaya adalah partikel.
Dan cahaya adalah informasi.
Pembawa informasi sebagaimana serat optis. Sebagaimana jaringan internet.
Sebagaimana frequency gelombang tv, radio dsb. Kumpulan informasi alam semesta.
Gelombang tv dipancarkan setiap saat. Akan nampak saat kita menyalakan tv.
Gelombang satelit untuk navigasipun sama. Asalkan kita menyalakan receiver.
Kita menangkap informasi. Gelombang internetpun sama.
Dan demikian pula kedatangan ruh Al Quran.

Cahaya seribu rembulan yang datang di malam lailatul qadar bisa diamati
sebagai ruh
sebagai energy
sebagai gelombang
sebagai partikel (materi) biasa kita anggap suasana malam lailatul qadar
bisa sebagai informasi

Maka kesadaran kitapun harus berada di salah satu hal di atas
agar mampu menerima
atau berada di bebarapa alam
bahkan di semua alam di atas
yaitu berada di kesadaran di atas kesadaran
mengamati mewujudnya ruh Al Quran di dalam jiwa kita
dengan kesadaran apapun yang tengah kita pergunakan

       =======================================================================
       Malam lailatul qadar adalah malam dimana Al Quran mewujud di dalam kesadaran kita
       (cahaya) Al Quran akan bersinar seperti seribu buah rembulan yang akan menerangi jiwa kita
       =======================================================================



Wassalam


Imam Sarjono

Sarang Semut Terbukti Sangat Ampuh Atasi Kanker, Tumor Dan Berbagai Penyakit Mematikan


Kesehatan adalah harta yang sangat berharga, tubuh kita tidak sehat,
walau banyak uang sangatlah tidak berarti...

Simak artikel berikut :)

Sarang Semut Terbukti Sangat Ampuh Atasi Kanker, Tumor Dan Berbagai
Penyakit Mematikan

Fakta tentang sarang semut : bebas dari kanker tanpa perlu operasi,
kemoterapi, dan bioksi hanya dalam waktu hitungan bulan saja. juga
terbukti ampuh mengatasi tumor, TBC, diabetes, Hipertensi, Lever, Asam
urat, jantung koroner, dan berbagai penyakit berat lainnya. Sarang
Semut Dikonsumsi oleh ribuan orang dan terus bertambah sejak
diperkenalkan sejak 6 tahun lalu.

Apakah sarang semut itu?

Sarang semut (myrmecodia pendans) merupakan tanaman yang berasal dari
Papua, yang secara tradisional digunakan oleh penduduk asli Papua
untuk mengobati berbagai penyakit secara terus-menerus dan turun
temurun. Dan sekarang penelitian modern mendapati bahwa tanaman Sarang
Semut ini mengandung senyawa aktif penting seperti: flavanoid,
Pokoverol, Penolik dan kaya berbagai mineral yang berguna sebagai anti
oksidan dan anti kanker.

Sarang semut sudah diakui berkhasiat !

Sejak diperkenalkan 6 tahun yang lalu sebagai tanaman obat, pengguna
sarang semut kini semakin bertambah, tidak terbatas di Indonesia,
tetapi juga digunakan di beberapa Negara lain seperti: Singapura,
Malaysia, Jerman, belanda, Inggris, dan Amerika Serikat. Kenyataan ini
sebenarnya cukup beralasan, apalagi banyak penelitaian membuktikannya
melalui berbagai kajian ilmiah.

Mengapa sarang semut begitu berkhasiat?

Keunikan sarang semut terletak pada Interaksi semut yang terletak pada
umbi yang terdapat di lorong-lorong di dalamnya. Kestabilan suhu di
dalamnya membuat koloni semut betah berlama-lama bersarang di dalam
tanaman Sarang Semut ini. Dalam jangka waktu yang lama terjadilah
reaksi kimiawi secara alami antara senyawa yang dikeluarkan semut
dengan zat yang terkandung dalam sarang semut, perbaduan inilah yang
membuat sarang semut dapat mengatasi berbagai macam penyakit, karena
setiap hari semakin banyak saja hasil positif yang dilaporkan oleh
pengguna sarang semut dalam mengobati berbagai penyakit kanker, tumor,
TBC dan sebagainya, maka secara empiris sarang semut tidak dapat
disangkal telah terbukti sebagai tanaman obat berkhasiat.

Barikut ini adalah jenis-jenis panyakit yang sudah terbukti dapat
diatasi oleh sarang semut berdasarkan pengalaman empiris dari para
pengguna :

Monggo baca selanjutnya di :

http://www.sarangsemutonline.com/artikel-sarang-semut-papua/sarang-semut-terbukti-sangat-ampuh-atasi-kanker-tumor-dan-berbagai-penyakit-mematikan/