Minggu, 04 Agustus 2013

Ketika Cahaya Putih Muncul



Kegelapann .....nnn… uh… gelap… pekat
Sempit ..kelam…menyesak jiwa
Jiwa tertekan… tiada arah… tiada tujuan..
Keresahan diatas keresahan
Kekiri derita … ke kanan nestapa
Ke depan hanya masalah
Mundurpun terjerat kesulitan
Beban ini menyiksa…
Jiwa ingin bebas…jiwa ingin lepas
Terhimpit langit … tertekan raga
Terjepit sempitnya dada…
Jiwa menjerit
Jiwa menangis
Jiwa mengeluh
Hati memelas
Hati mendesah…
Hati mengiba…
Hati diremas-remas rasa resah
Hati dibelit kegelisahan
Hati diliputi was-was
Ketakutan…keraguan …kekhawatiran
….
Demikianlah gelapnya hati…
Kadang ada seberkas sinar
Berkilat sesaat
Bergegas hati mengejar
Berharap sinar terang

Sungguh
Hanya kematian saja rasanya
Yg mampu melepas jiwa
Diri ini ingin mati…
Diri ini ingin terbunuh
Terbebas dan terlepas dr dunia ini
….
Demikianlah gambaran jiwa
Demikian lukisan kata hati..
Hampa..kosong..kering..gersang
Tandus…mati…dan keras
…adakah yg pernah mengalami….
Adakah yg pernah merasakan…
Mungkin kau ..dia …mereka…
Mungkin saja baginya tulisan ini
Memberi lilin penerang hati
Dia mampu meminjam nyala api
Untuk menghidupkan lilinnya
Agar mampu tetap melangkah
Menunggu cahaya sejuta rembulan
Yang akan menerangi hatinya….
….
Duhai sang jiwa…
Wahai sang hati…
Wahai sang rasa…
Kemana kau letakkan rindu
Dimana kau simpan cinta
..
Ambil dan dekatkan kini
Gunakan untuk menggali kalimatku
Wahai hati yg gelisah
Ijinkan kupelukmu
Biarkan kelembutan air kataku dan kalimatku
Untuk melembutkan hatimu…
Wahai yg tengah bermegah dlm menara gading kemuliaan
Menara puncak ketinggian hati
Dlm kebenaran diri
Ijinkan pula kubasuh kakimu
Dg kerendahan hatiku

Marilah bergandeng tangan
Menanti datangnya cahaya putih
Lihatlah ujung bulan (hilal) mungkin
Tengah muncul menandakan bulan akan muncul
Dan cahayanya akan menerangi langit jiwa
Sehingga perjalanan jiwa bisa dimulai

Perjalanan jiwa (spiritual) pun dimulai…
Cari teman seperjalanan…
Karena akan memudahkan langkah

Dan temanku kali ini adalah sang matahari kecilku
Aku berjalan bersama matahari kecilku
Saat matahari bersinar aku mengikutinya
Sehingga sampai kegelapan datang lagi
Aku menunggu datangnya rembulan
Cahayanya yg sepotong mampu menerangi
Sehingga aku mampu melanjutkan perjalanan
Terus berjalan dan mengamati langit jiwa
Berharap bulan akan purnama
Sehingga nampak keindahan semesta
Dan muncullah seribu bulan purnama
Mengisi dan menerangi langit jiwa

Demikianlah perjalanan jiwa
Saat bagaimanakah saat purnama tiba?…
Hanya yg pernah mengamati keindahan suasana purnama yg mengerti
Tenang… teduh..damai… indah
Keindahan yg mencekam…
Keindahan yg mistis dan magis
Keindahan yg sulit diceritakan dg kata dan kalimat

Dan demikianlah
Perjalanan bersama sang matahari kecilku
Akan selalu berputar…dan harus melewati kegelapan malam..
Bersiap menyalakan lilin bila diperlukan
Dan menunggu cahaya rembulan…
Mungkin bertemu seribu purnama

Sebuah pertanyaan sederhana
Untuk apa ber-spiritual?…
Aku tak perlu menjawab langsung
Hanya kusampaikan keadaan spirit yg tenang
Keadaan sang pejalan spiritual yg kembali fitrah
Yg kembali bersama alam…yang telah berserah diri
Kepada sang penggenggam jiwanya

Keadaan awal adalah sebuah rasa syukur yg dalam
Rasa yg luar biasa nikmat yg sulit diuntai kata
Kemudian muncul rasa puas yg tak terjangkau kata
Puas atas apa yg ada dan dimiliki
Puas atas kesadaran dan keberadaan diri
Lalu sebuah rasa rela atau ridho atas apa yg terjadi
Dan atas apa yg mungkin terjadi

Semua ditujukan kepada sang pembuat hidup
Yang telah menjadi pusat atau poros kesadaran spiritualnya
Sehingga seluruh perjalanan jiwa adalah menuju Dia
Mendekatkan diri kepadaNya
Merelakan diri…menyerah..mengungsi…meminta pertolongan..memohon perlindungan
Merelakan diri ditawan dan dibawah perlindungannya
Demikian sekedarnya yg menggambarkan kata ikhlas..
Dan mulailah nampak keindahan..
Disingkap keindahan demi keindahan
Apapun yg terlihat mata memiliki mata gaib
Sehingga nampak cahaya keindahan
Warna warni rumput bunga langit..laut..
Dan apapun dalam kabut keindahan cahaya syurga..
Sehingga rasanya bisa gila atau tergila-gila atas keindahan alam…
Dan semakin meningkat dlm rasa nikmat..
Nikmat yg meliputi hati..
Hati semakin luas… meluas seluas samudra bahkan alam semesta…
Hati semakin lembut dan lembut… sedemikian lembutnya sehingga kesulitan menjelaskannya
Hati semakin sejuk dan teduh
Seumpama senja hari nan indah penuh ketenangan
Hati semakin diliputi kekuatan..
Keteguhan…
Keyakinan..
Kepastian…
Demikian sekedar tolok ukur dan pembanding semata…

Demikianlah kebahagiaan bathin..
Inilah sang pejalan jiwa…rambu dan tolok ukurnya
Syukur..tenang… puas…ridho…ikhlas.. nikmat sebuah keyakinan hati.
Bagaimana hasil akhir sesudah mati?…
Aku tidak tahu…
Entahlah… yg ada hanyalah keyakinan
Di dunia aku tengah kembali kepada Tuhanku
Mungkin aku tidak sesat…semoga pula di hari akhir akupun tidak tersesat
Kuserahkan semua ini kepada KEADILAN sang maga adil…
Syurga neraka bukan urusanku…itu hak prerogatif Dia… hak mutlaknya..terserah Dia… semaunya Dia…

Yang penting…
Jiwaku tengah dan telah berada di syurga
Selama aku hidup di dunia…
Aku hidup namun jiwaku mati dan menetap di syurga
Itulah rasanya… dan selalu saja
Ketika aku bersalah…
Maka jiwakupun dilemparkan ke neraka
Api kemarahan
Api kebencian
Api iri hati
Api keserahan
Dan api dari neraka memanaskan hatiku
Membakar dan menghanguskan hatiku
Kering…gersang..tandus dan mati…
Dan ketika itu terjadi lagi

itulah saatnya lagi
Aku menunggu datangnya cahaya putih
Cahaya ujung rembulan (hilal) jiwa
Yang akan memberi petunjuk
Ke arah mana kaki jiwaku melangkah
Dan langkah perjalanan ini yg kuikuti
Dan kutuliskan
Kisah sebatas kisah sang pejalan jiwa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.