Sabtu, 26 Maret 2011

Big Brother, Program Reality Show Terbaru Trans TV

TRANS TV semakin mengukuhkan diri sebagai stasiun televisi reality show.

Yang terbaru, Trans TV siap meluncurkan program reality show bertajuk Big Brother Indonesia.

Dalam program ini, masyarakat akan disuguhi drama, konflik dan percintaan muncul karena interaksi dari 16 kontestan yang disatukan dalam satu rumah.

"Semua yang terjadi di rumah itu adalah nyata, itu yang harus kita perkenalkan kepada masyarakat bahwa inilah reality show yang dibuat tanpa rekayasa," bilang Manajer Produksi Program Big Brother, M. Iksan ditemui di di Gedung Trans TV, Jakarta Selatan, Jumat (11/3).

Dijelaskan dia, 16 peserta yang tersaring dari hasil audisi 6000 peserta di enam kota ini akan disatukan dalam satu rumah yang selalu diawasi oleh puluhan kamera berteknologi mutakhir selama 120 hari dan 24 jam nonstop.

Mereka juga tidak diperbolehkan berkomunikasi dengan dunia luar. Dan dalam setiap minggu, ada satu orang peserta yang dieliminasi berdasarkan hasil penilaian penonton yang dikirimkan melalui SMS.

"Kita memantau mereka selama 24 jam nonstop supaya skenarionya enggak basi. Selama 120 hari kita berusaha untuk memainkan emosi yang nyata dari setiap peserta," tambah dia.

Nantinya, satu peserta yang bertahan dalam rumah Big Brother akan mendapatkan hadiah senilai milyaran rupiah. Namun, pihak Trans TV tak ingin membocorkan berapa nominal hadiah yang akan dibawa pulang oleh sang jawara.

"Hadiah tidak mau kita rilis, karena kita nggak mau peserta ikut big brother karena hadiah. Hanya bocoran sedikit, pemenang akan mendapat tempat tinggal dan uang cash yang belum bisa kami sebutkan sekarang," tegasnya.

Dalam acara ini, Trans TV juga ikut mempromosikan budaya Indonesia melalui jenis permainan dan aktivitas yang bersentuhan dengan kultur budaya tanah air. Dengan begitu, khasanah budaya Indonesia akan kental mewarnai program Big Brother yang sudah tayang hampir di 70 negara.

Lost In Papua: Jatuh Cinta Pada Alam Papua

ADA baiknya, jumlah penonton film lokal merosot. Beberapa produser mulai bereksplorasi. Mereka mulai berpikir, tema apa yang belum terjamah?

Yang bisa dibawa ke layar lebar? Salah satu penulis yang mampu menjawab pertanyaan ini, Ace Arca dan Augit Prima. Dua pendatang baru ini menggagas kasus penculikan yang dilakukan suku Korowai,Papua.

Kisahnya dimulai ketika Rangga (Edo Borne) menemami para peneliti luar negeri menjelajah rimba Papua. Tidak disangka, sistem navigasi mengindikasikan, tim Rangga memasuki wilayah RKT 2000. Daerah ini menyimpan mitos, siapa saja yang sampai ke sana tidak akan pernah kembali ke rumah. Dua rekan Rangga yang mencari jalan keluar tiba-tiba menjerit. Baru saja Rangga melacak suara jeritan tadi, ia mendengar jeritan dua peneliti yang ditinggalkannya.

Beberapa bulan berlalu. Tunangan Rangga, Nadia (Fanny Fabriana) ditugaskan Pak Wijaya (Didi Petet) pergi ke Papua. Nadia diminta mensurvei Papua untuk pengembangan area pertambangan. Ia memanfaatkan momen ini untuk melacak Rangga. Bersama Merry (Nila Septian) dan Eby (Petrus), Nadia menembus RKT 2000. Di sana, tim Nadia disandera suku Korowai. Termasuk David (Fauzi Baadilla), yang terobsesi pada Nadia. Dalam penyanderaan itu, terkuak mengapa Rangga dan ayah Merry tak pernah kembali.

Lost In Papua (LIP) bukan yang pertama menyorot Papua. Empat tahun lalu, Ari Sihasale memotret eloknya alam Papua dalam Denias: Senandung Di Atas Awan. Bedanya, Irham membungkus Papua dengan kekelaman. Genre thriller dengan seting rimba Papua yang liar adalah daya tarik utama. Meski thriller menjadi tema utama, Irham dan Merauke Production tampaknya memanfaatkan proyek LIP untuk propaganda wisata Papua.

Pada 50 menit pertama dijadikan ajang pamer betapa Papua tak kalah indah dari Bali dan Jogjakarta. Karakter Eby dan Merry disulap bak pemandu wisata yang menjelaskan kepada Nadia, sejarah bekas penjara Boven Digul, Pantai Lampu Satu, hingga Taman Makam Pahlawan Perintis Tanah Merah. Anggap saja ini segmen pertama. Segmen introduksi tempat-tempat terbaik di pulau paling timur. 50 menit berikutnya, barulah cerita sesungguhnya dimulai.

Petualangan di RKT 2000, segmen yang paling ditunggu penonton. Perjalanan di tanah asing dengan komposisi 3 laki-laki, 2 perempuan. Satu di antara 5 karakter ini adalah villain, dimainkan Fauzy dengan sangat brilian. Kocak dan bikin keki. Yang luput dari Irham dan penulis LIP hanya alur cerita yang kurang stabil dan 50 menit pertama yang terkesan pelesir, tanpa diimbangi gambar-gambar lansekap.

Meski begitu, kami memberi apresiasi positif bagi tim Irham. Keberanian menampilkan tema baru layak diberi kredit positif. Selain suasana senja di Pantai Lampu Satu, yang membekas di film ini adalah pesan moral yang disampaikan naratif oleh Nadia. Berilah ruang bagi alam untuk bergerak. Sejatinya, alam sahabat terbaik manusia. Asal manusia ramah terhadap alam. Jika manusia berbuat seenak jidat, jangan tanya apa yang bisa diperbuat alam dalam amarah. Tsunami di Jepang tempo hari adalah bukti mutakhir murka sang alam.

Pemain: Fanny Fabriana, Fauzi Baadilla, Piet Pagau, Nila Septian, Edo Borne,
Sutradara: Irhamachobahtiar
Penulis: Ace Arca, Augit Prima
Produser: Naynie Ardiansyah, Iwan Trilaksana SP
Produksi: Nayakom Mediatama, Merauke Ent. Production
Durasi: 100 menit