Senin, 20 Januari 2014

Jangan Keseringan "Nyetir " Bisnis Sendirian

Saya suka nyetir, dimulai dari jaman SMP dulu, dengan mendesak sepupu
sayaagar mau melatih, akhirnya
saya bisa mengendarai mobil.

Latihan itu berjalan singkat, dan saya harus kembali ke Solo yang notabene
tidak ada mobil untuk dijadikan alat latihan.

Namun keinginan untuk bisa lancar nyetir tidaklah padam, saya belajar
dengan memperhatikan supir angkot yang saya tumpangi sambil membayangkan
saya juga sedang mengemudikan mobil.

Aktifitas itu berjalan lama, hingga akhirnya saya lulus STM dan mendapat
pekerjaan di salah satu proyek konstruksi di Jakarta pada akhir 2008.

Karena memang suka, saya sering menjadi ‘supir dadakan’ di kantor saya.
Mulai dari mobil pick-up, truck tronton, excavator & buldozer pun pernah
saya kuasai kemudinya. Bahkan, ketika di Qatar pun saya sampai membuat SIM
agar bisa tetap nyupir.

Hingga pada suatu sore, saya mendapatkan tumpangan di mobil guru saya Jaya
Yea <https://www.facebook.com/JayaYEA?directed_target_id=0>, beliau memang
menggunakan jasa driver pribadi, jadinya saya juga duduk tenang di kursi
penumpang.

Saat itu mobil melaju di jalan yang juga sering saya lalui, saya melihat
kiri dan kanan, ternyata banyak hal yang tidak saya sadari keberadaannya
walaupun saya berkali kali melewati jalan itu.

Oh God, akhirnya saya menyadari. Ternyata selama ini saya terlalu asyik
menjadi ‘supir’ yang hanya fokus pada jalan dan menghindari lubang yang
menghalang. Sehingga, saya tidak sempat memperhatikan keadaan sekitar.

Ternyata begitu juga dengan bisnis, banyak pelaku bisnis yang biasanya
terlalu asyik menjadi ‘supir’ di bisnisnya sendiri. Ia lupa untuk melihat
ke kiri dan kanan, siapa tahu ada peluang untuk membesarkan usahanya yang
terlewat ketika ia terlalu sibuk menyupir.

Bisa jadi dia terlalu sibuk memproduksi kue di tempat yang ia bilang
sebagai “bisnis kue”
Bisa jadi dia terlalu sibuk mencukur rambut pelanggan di tempat yang ia
bilang sebagai “bisnis salon”
Bisa jadi dia terlalu sibuk memasak di tempat yang ia bilang sebagai
“bisnis restoran”

Oh god, ternyata banyak yang melupakan salah satu seni kepemimpinan yang
disebut ‘Delegasi’. Dengan mendelegasikan tugas-tugas teknis, kita
mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk berfikir strategis.

Ternyata, selama ini saya juga belum betul-betul memahami salah satu janji
mahasiswa yea indonesia<https://www.facebook.com/youngentrepreneuracademy?directed_target_id=0>
“Konsisten dalam berusaha, dengan tetap berfikir strategis.”

Jadi, perlu diingat sekali lagi, TIDAK PERLU MENJADI BANCI UNTUK MEMBUKA
SALON.
______________
Regards,
@FathurAzwir | Kontraktor | 27D435EF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.